Homili 15 November 2013

Hari Jumat, Pekan Biasa XXXII

Keb 13:1-9

Mzm 19: 2-3.4-5

Luk 17: 26-37

 

Allah hadir dalam segala ciptaanNya

 

PJSDBKita memulai hari baru ini dengan sebuah doa dari sang Pemazmur: “Langit mewartakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan karya tanganNya. Hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain dan malam yang satu menyampaikannya kepada malam berikut.” (Mzm 19:2-3). Doa kecil ini mengingatkan kita akan kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian. Kalimat-kalimat pertama di dalam Kitab Kejadian berbunyi: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan Ia melihat semuanya itu baik” (Kej 1:1 dst). Ini berarti Tuhan memiliki rencana yang istimewa untuk menjadikan segala sesuatu baik adanya dan dapat dikisahkan turun temurun oleh segala ciptaan. Inti kisah turun temurun adalah Allah itu baik, Dialah Pencipta dan kita umatNya. Pertanyaan bagi kita adalah, apakah kita menyadari kebaikan Allah hari demi hari dan mengisahkannya kepada sesama kita? Apakah anak-anak di dalam keluarga percaya kepada Tuhan yang mahabaik karena orang tua mewartakan kebaikan Tuhan kepada mereka?

Pada hari ini kita semua akan diingatkan oleh penulis Kitab Kebijaksanaan dalam bacaan pertama untuk mengenal sosok Allah sebagai Pencipta kita. Ia memiliki rencana yang indah untuk menciptakan bumi dan isinya serta manusia yang ditugaskan untuk menguasainya. Masalahnya adalah ada orang yang tidak menyadari dan percaya kepada Allah sebagai Pencipta kita. Banyak orang masih percaya sia-sia karena mereka belum mengenal Allah. Maka dengan tegas Penulis Kitab Kebijaksanaan menulis: “Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; mereka yang tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan! Walaupun berhadapan dengan karya-karyaNya mereka tidak mengenal senimannya. Sebaliknya yang mereka anggap sebagai allah penguasa jagad ialah api atau angin atau badai, gugusan bintang-bintang atau air yang bergelora, atau pun penerang-penerang yang di langit” (Keb 13:1-2). Jadi kita melihat satu titik kelemahan manusiawi kita adalah kecenderungan untuk percaya pada fenomena alam, kuasa gaib dan keindahan barang duniawi dan lupa bahwa Tuhanlah yang memiliki kuasa atas segalanya.

Titik kelemahan manusiawi yang lain adalah banyak kali kita lupa akan segala kebaikan Tuhan. Tuhan memberi semuanya gratis dan kita bersikap hanya menerimanya, sehingga bersyukur kepadaNya pun bisa kita lupakan. Bahkan lebih parah lagi banyak orang menyembah berhala. Banyak orang memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mendengar (Mrk 8:18). Padahal Tuhan menjadikan segalanya baik, indah dan mempesona. Kadang-kadang dengan menikmati keindahan ciptaan, manusia tidak menyembah Allah sang Pencipta tetapi menyembah ciptaan dari Allah. Banyak orang menganggap ciptaan-ciptaan Allah sebagai allah mereka padahal seharusnya mereka percaya kepada sang Penciptanya. Sang Pencipta keindahan adalah Bapa yang baik dan kekal. Dialah yang harus disembah dan dipuji bukan ciptaannya yang disembah atau dipuji atau dianggap sebagai allah.

Bacaan pertama ini mengoreksi cara pandang kita yang selalu lupa akan Allah sebagai Pencipta yang mahabaik dengan menjadikan ciptaanNya sebagai allah kita. Banyak kali kita terpukau pada ciptaan yang kelihatan sehingga lupa kepada sang Pencipta yaitu Tuhan sendiri. Kalau saja ada manusia yang menyembah ciptaan sebagai allah dan melupakan Allah sebagai Pencipta maka orang itu tidak dapat dimaafkan (Keb 13:8).

Di dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus melanjutkan diskursus tentang hari Tuhan. Hari Tuhan adalah sebuah hari yang menjadi kerinduan orang Yahudi pada zaman Yesus. Ia mengajar para muridNya deskripsi umum tentang hari kedatanganNya dengan gambaran yang sudah mereka ketahui di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Satu hal yang umum adalah orang makan dan minum, kawin dan dikawinkan seperti halnya pada zaman Nuh. Pada zaman Lot, orang-orang juga makan dan minum, membeli dan menjual, menanam dan membangun. Dua peristiwa besar di dalam Kitab Perjanjian Lama kiranya membuka wawasan mereka tentang makna hari Tuhan. Dalam hal ini peristiwa air bah pada zaman Nuh bertujuan untuk melahirkan sebuah generasi manusia baru yang hidup layak dan berkenan kepada Tuhan. Demikian juga peristiwa turunnya api dan belerang dari langit untuk memwujudkan sebuah generasi baru yang setia kepada Tuhan. Sebuah generasi baru yang setia dan yang tidak terikat pada dosa-dosanya.

Selanjutnya Yesus mengatakan bahwa kedatangan Anak Manusia juga ditandai dengan pemisahan-pemisahan dalam relasi antar pribadi manusia. Dalam arti, tidak ada ikatan antar pribadi dan barang-barang yang mereka miliki. Yesus berkata: “Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya”. Hal yang seharusnya dipegang teguh adalah bahwa Kerajaan Allah sudah hadir di tengah manusia tetapi manusianya yang tidak membuka diri untuk mengenalnya di dalam diri Yesus Kristus.

Sabda Tuhan yang kita dengar pada hari ini mengarahkan kita untuk semakin bertumbuh dalam iman kepada Allah yang benar. Banyak kali kita lebih terpesona dan mendewakan segala ciptaan daripada penciptaanya sendiri. Banyak kali kita lupa dan mempersoalkan hal-hal yang tidak berguna sama seperti para murid di dalam bacaan Injil yang lebih suka bertanya tentang hari Tuhan daripada mengenal kehadiran Kerajaan Allah di dalam diri Yesus Kristus. Hari ini hendaknya mata kita tertuju kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena Engkau menciptakan segala sesuatu untuk kami. Namun demikian banyak kali kami lupa sehingga lebih memprioritaskan pikiran kami kepada ciptaanMu dan lupa akan Engkau sebagai Pencipta segala sesuatu. Ampunilah kami ya Tuhan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply