Homili 25 November 2013

Hari Senin, Pekan Biasa XXXIV

Dan 1:1-6.8-20

Mzm 3:52-56

Luk 21:1-4

 

Tuhan Allah Turut Bekerja

 

P. John SDBSaya pernah mendengar dialog beberapa anak remaja ketika mereka mengerjakan tugas dari sekolah. Ada satu pertanyaan dari tugas sekolah itu: “Bagaimana anda menyadari bahwa Tuhan itu ada?” Anak-anak ini tidak belajar Filsafat dan Teologi maka mereka tidak menggunakan berbagai argumen seperti argumen kosmologis, teleologis, rasional, ontologis dan moral tengan eksistensi Allah. Salah seorang anak mengatakan bahwa ia percaya bahwa Allah ada karena ia merasa bahwa setiap hari Allah turut bekerja di dalam kehidupannya. Allah memulai hari  baru dengan memberi matahari dan mengakhiri hari dengan memberi bulan dan bintang. Allah tidak pernah berhenti memberi udara untuk dihirup, makanan dan minuman bagi segala makhluk. Dia sendiri merasa bahwa Allah turut bekerja karena memberikan tubuhnya di mana darahnya tidak pernah berhenti beredar karena jantungnya tetap bekerja. Semua fenomena ini membuatnya percaya bahwa hingga detik ini Allah ada dan Ia tetap bekerja di dalam dirinya dan dunia. Semua anak yang lain tertegun dengan jawaban sederhana ini. Banyak di antara kita juga memiliki pertanyaan tentang apakah Tuhan ada atau tidak ada. Ada yang terbuka dan mengakui keberadaanNya tetapi yang lain tidak mengakui adanya Tuhan.

Pada hari ini kita mendengar dari Bacaan pertama pengalaman rohani Daniel, Hananya, Misael dan Azarya yang dibawa oleh Nebukadnezar raja Babel ke Babel. Di kisahkan bahwa pada tahun ketiga pemerintahan raja Yoyakim, masuklah Nebukadnezar, raja Babel ke Yerusalem dan merebut kekuasaan Yoyakim serta mengambil perkakas-perkakas di dalam bait Allah. Barang-barang itu mereka bawa ke Sinear dan dititip di rumah perbendaharaan dewannya. Di samping perkakas-perkakas Bait Allah, Nebukadnezar juga meminta kepada Aspenas yang menjabat sebagai kepala istana untuk membawa beberapa pemuda Israel. Kriterianya adalah mereka adalah keturunan bangsawan, tidak bercela, berperawakan baik, memahami berbagai hikmat, berpengetahuan luas, mempunyai pengertian tentang ilmu. Para pemuda ini akan menyantap makanan dan minuman yang sama dengan raja.

Daniel, Hananya, Mishael dan Azarya terpilih untuk pergi ke Babel. Mereka memiliki satu prinsip yaitu tidak mau mencemarkan diri mereka dengan makanan dan minuman dari raja. Mereka dengan diam-diam meminta untuk makan sayuran dan minum air. Badan mereka ternyata lebih sehat. Tuhan juga memberi pengetahuan dan kepandaian kepada mereka sehingga mereka juga dapat memahami banyak hikmat. Daniel sendiri memiliki penglihatan dan memahami mimpi. Mereka bekerja di dalam Kerajaan Babel untuk melayani Nebukadnezar tetapi iman mereka kepada Yahwe tidak goyah. Mereka teguh mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan.

Kisah Daniel bersama ketiga pemuda Yahudi ini memang menakjubkan serta menarik perhatian kita. Mereka dapat beradaptasi dengan baik di tempat mereka bekerja dan menunjukkan kesetiaan kepada Allah yang benar. Pada zaman ini banyak orang yang tidak setia mengikuti Kristus. Sangat sulit untuk memberi kesaksian bagaimana dapat menegakkan kebenaran dan keadilan di dalam masyarakat. Banyak yang memilih untuk ikut mencemarkan diri di dalam dosa daripada kehilangan pekerjaan atau kedudukan. Banyak yang memilih murtad karena uang, kedudukan dan pasangan hidup. Pengalaman Daniel dan teman-temannya menginspirasikan kita untuk memiliki daya tahan yang kuat terhadap semua peristiwa kehidupan di sekitar kita.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil mengajar para muridNya untuk memahami nilai dari sebuah pemberian yang tulus. Ia menceritakan bagaimana orang-orang berdatangan ke dalam Bait Allah untuk mempersembahkan derma ke dalam peti persembahan. Ada seorang janda miskin yang hanya memiliki dua peser dan memasukannya ke dalam peti. Yesus mengatakan kepada para muridNya bahwa janda miskin itu memberi seluruh nafkah hidupnya. Orang kaya memberi dari kelimpahan, si janda miskin memberi seluruh nafkah hidupnya. Kualitasnya ternyata berbeda. Memberi seluruh nafkah yang dimiliki kualitasnya lebih tinggi dari pada memberi karena berkelimpahan. Banyak kali kita berpikir bahwa kita memberi karena kita sudah berkelimpahan!

Kisah Injil ini mau mengoreksi cara pandang kita dalam memberi. Kalau kita mau memberi atau berbagi, lakukanlah dengan tulus. Jangan tangan kiri memberi sesuatu yang diketahui tangan kananmu. Jangan menceritakan berapa barang yang sudah anda berikan karena segala yang anda miliki adalah milik Tuhan. Jangan memberi dengan penuh perhitungan atau takut menjadi miskin. Tuhan akan membalasnya dengan aneka kelimpahan rahmatNya. Hal lain yang patut menjadi refleksi kita adalah dalam pelayanan-pelayanan kita. Kalau anda melayani, layanilah dengan tulus. Kita melayani karena Tuhan ada di dalam diri kita dan Dialah yang menggerakan hati kita untuk melakukannya. Ketika kita menyadari bahwa kita selalu berada di hadirat Tuhan, kita pun akan menyadari bahwa Ia turut bekerja di dalam hidup kita.

Doa: Tuhan, kami memohon berkatMu untuk semua kegiatan pada hari ini. Semoga kami dapat memberi waktu, tenaga dan bakat-bakat kami dengan sukacita untuk mengabdi Engkau dan sesama kami.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply