Homili 4 Maret 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa VIII

1Ptr 1:10-16;

Mzm 98:1,2-3ab,3c-4;

Mrk 10:28-31

Hendaklah Kamu menjadi Kudus

Fr. JohnSt. Petrus mengawali suratnya yang pertama dengan seruan kepada Allah Tritunggal Mahakudus untuk menguatkan iman para baptisan baru. Mereka mengalami intimidasi tertentu dari sesamanya. Oleh karena itu Petrus mengharapkan agar jemaat menyerahkan dirinya kepada Kristus sampai mati. Mereka memang tidak mengenal Yesus Kristus secara fisik tetapi mengasihi dan percaya kepadaNya. Tiga kebajikan ilahi atau kebajikan teologal disampaikan oleh Petrus untuk menguatkan mereka yakni iman, harapan dan kasih. Ketiga kebajikan teologal ini juga mendorong jemaat Kristiani untuk berjalan bersama, menghadapi penderitaan dan kemalangan tetapi akan mencapai kemuliaan bersama dengan Yesus Kristus. Ada banyak pencobaan tetapi Kristuslah yang akan menguatkan mereka dan mereka akan menang!

Situasi dalam komunitas Petrus kiranya mirip juga dengan gereja masa kini terutama di daerah-daerah tertentu yang mengalami intimidasi atau diskriminasi tertentu. Ada banyak saudara yang sulit untuk membangun Gereja, mengalami hambatan dan larangan untuk beribadah. Banyak yang rumah ibadahnya dihancurkan. Orang sudah lupa bahwa Roh Kristus yang menghidupkan Gereja. Bangunan boleh hancur tetapi Roh Kristus tidak akan hancur. Kristus sendiri yang akan menguatkan GerejaNya.

Kebajikan-kebajikan ilahi juga menjadi penopang bagi Gereja. Apa makna kebajikan-kebajikan teologal ini? Menurut Katekismus Gereja Katolik (1814-1816), iman adalah keutamaan teologal yang olehnya kita percaya kepada Allah dan semua yang sudah diwahyukan kepada kita dan disampaikan oleh Gereja karena Allah adalah kebenaran. Melalui iman, manusia dengan bebas menyerahkan dirinya kepada Allah. Orang yang percaya berusaha mencari dan melaksanakan kehendak Allah karena “iman bekerja melalui kasih” (Gal 5:6). Harapan adalah keutamaan teologal, dengannya kita merindukan dan menantikan kehidupan abadi yang berasal dari Allah sebagai kebahagiaan kita, mempercayakan diri kita kepada janji Kristus, dan bersandar pada bantuan rahmat Roh Kudus agar pantas menerimanya dan tetap bertahan sampai akhir hidup kita. (KGK, 1817-1821) Cinta kasih adalah keutamaan teologal, dengannya kita mengasihi Allah di atas segala sesuatu dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. (KGK, 1822-1829). Cinta kasih adalah pengikat kesempurnaan (Kol 3:14).

Menurut Petrus, para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama telah menubuatkan rahmat Allah bagi jemaat baru. Para nabi dan pewarta Injil mengabdikan dirinya untuk jemaat atau Gereja. Kuasa Roh Kudus juga menguatkan para nabi dan pewarta Injil supaya mengabdikan dirinya bagi kemuliaan Tuhan. Oleh karena itu hendaknya roh jemaat selalu siap sedia. Sambil menanti kedatangan Tuhan maka mereka harus berjaga-jaga sehingga layak menerima rahmat Tuhan. Petrus juga berharap agar jemaat mengalami pertobatan dalam arti mereka berubah dari hidup yang lama ke hidup yang baru. Tuhan Yesus sendiri yang memanggil mereka maka hendaklah mereka menjadi kudus dalam seluruh hidupnya. Tuhan adalah kudus maka “hendaklah kamu menjadi kudus karena Aku kudus”.

Pengajaran Petrus ini masih aktual di dalam Gereja. Pengalaman penderitaan dan kemalangan janganlah menjadi penghalang untuk berjumpa dengan Tuhan dan menjadi kudus. Manusia harus hidup dalam iman, harapan dan kasih. Tuhan memang selalu memperkenalkan keselamatan yang dari padaNya.

Petrus yang sama di dalam bacaan Injil bertanya kepada Yesus nasibnya dan teman-teman sebagai pewarta Injil. Ia berkata: “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau”. Yesus meyakinkan para muridNya akan kelimpahan rahmat yang berlipat ganda bagi mereka, asal saja dalam mewartakan Injil mereka rendah hati dan memprioritaskan Tuhan. Biarlah nama Tuhan semakin besar dan dimuliakan oleh banyak orang. Para murid Kristus yang setia adalah mereka yang memiliki sikap lepas bebas. Mereka harus berani meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus dan akan menerima seratus kali lipat. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.” (Mrk 10:29-30). Hendaklah kita semua bertumbuh menjadi kudus!

Doa: Tuhan Yesus bantulah kami untuk bertahan dalam penderitaan di kala melayani Engkau sehingga dapat menjadi kudus. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply