Homili 6 Maret 2014

Hari Kamis sesudah Rabu Abu

Ul 30:15-20;

Mzm 1:1-2,3,4,6;

Luk 9:22-25

 

Mengasihi Tuhan Allah

Fr. JohnSambil menyiapkan homili pagi ini, saya terinspirasi dengan sebuah lagu berjudul: “Aku mengasihi Engkau Yesus”. Lagu ini sederhana tetapi sangat inspiratif dalam masa prapaskah ini. Inilah lirik lagunya: “Aku mengasihi Engkau Yesus, dengan segenap hatiku. Aku mengasihi Engkau Yesus, dengan segenap jiwaku. Kurenungkan firmanMu siang dan malam, Kupegang printahMu dan kulakukan. Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku, hanyalah untuk menyenangkan hatiMu.” Selama masa prapaskah ini kita semua memang diajak untuk mengasihi Tuhan Yesus yang mengorbankan diriNya bagi kita. Wujud kasih kita adalah mendengar dan melakukan SabdaNya, mengikuti perintah-perintahNya dan berusaha menyenangkan hati Tuhan dengan hidup suci di hadiratNya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengajak kita untuk fokus pada diri kita supaya dapat mengasihi Tuhan lebih dari yang lain. Musa berkata kepada umat Israel: “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan” Keempat hal ini sedang dialami umat Israel di padang gurun. Mereka sedang menuju ke tanah terjanji untuk memperoleh hidup baru. Berada di padang gurun memang penuh perjuangan untuk merasakan keuntungan dan kemalangan, penuh dengan pergumulan hidup maka mereka memang membutuhkan Tuhan. Kematian dan kecelakaan juga merupakan dua hal yang dialami oleh setiap pribadi. Orang boleh takut dengan kematian, tetapi kematian itu sendiri akan datang dan menjemput. Orang boleh takut dengan kecelakaan tetapi selalu ada kemungkinan terjadi di padang gurun. Banyak ular dan kalajengking berbisa yang dapat mematikan manusia setiap saat.

Dalam situasi yang menunjukkan pergumulan hidup di hadirat Tuhan, Musa memerintahkan umat Israel untuk mengasihi Tuhan Allah. Wujud nyata mengasihi Tuhan Allah adalah hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, berpegang pada perintah-perintah, ketetapan dan peraturanNya. Dengan mengasihi Tuhan Allah maka kita semua akan memiliki hidup. Tidak mengasihi Tuhan berarti berpaling daripadaNya maka kebinasaan adalah ganjaran yang diterima. Tidak ada keselamatan bagi orang yang berpaling dari Tuhan. Musa sekali lagi mengatakan tiga kata untuk meyakinkan umat Israel supaya lebih beriman: kematian, berkat dan kutuk. Mereka disarankan oleh Musa untuk memilih hidup. Dengan demikian mereka akan hidup dan keturunannya pun akan hidup selamanya.

Pada akhirnya Musa sekali lagi mengingatkan orang Israel supaya mengasihi Tuhan Allah dengan kesiapan untuk mendengarkan suaraNya dan berpaut padaNya. Dengan demikian mereka akan mengalami hidup yang berkelimpahan. Janji Tuhan sungguh digenapiNya ketika umat Israel berhasil masuk ke tanah Kanaan yang sudah dijanjikan Tuhan, kaya dengan susu dan madunya.

Musa dalam bacaan pertama ini mempersiapkan kita dalam masa pra paskah ini untuk beberapa hal yang penting. Pertama, kita semua dipanggil untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Tuhan hendaknya menjadi pusat, sumber kehidupan kita. Kedua, Kita semua diajak untuk membuka telinga dan mendengar suaraNya. Artinya dalam masa prapaskah ini kita diajak untuk semakin rajin bersahabat dengan Tuhan dengan membaca, mendengar, merenungkan dan melakukan Firman Tuhan. Ketiga, Kita dipanggil untuk menjadi setia kepada Tuhan. Kesetiaan ditunjukkan dengan mendenga Sabda, melakukan perintah dan ketetapan Tuhan.

Perkataan Musa juga menjadi kekuatan bagi kita supaya melaksanakan perintah Injil pada hari ini. Tuhan Yesus berkata: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal diriNya, memikukl salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (Luk 9:23). Orang yang mengasihi Yesus dan mau mengikutNya harus melewati tiga proses ini: Pertama, Menyangkal dirinya. Tentu saja menyangkal diri ini tidak lazim bagi kebanyakan orang. Para atlet melakukan penyangkalan diri supaya mendapat mahkota kemenangan (1Kor 9:25). Orang menyangkal diri supaya mendapat keuntungan lebih banyak dalam business. Yesus mengajak kita untuk menyangkal diri teristimewa pada kedalaman jati diri kita sehingga dengan demikian hidup kita hanya bersama denganNya. Kedua, Memikul salib setiap hari. Salib adalah pengalaman hidup bisa berupa penderitaan, pengorbanan diri supaya sesama kita memperoleh kebahagiaan. Yesus memikul salib supaya kita memperoleh keselamatan bukan demi popularitasNya. Ketiga, Mengikuti Jejak Kristus. Seorang murid akan pergi kemana Yesus pergi, mengasihi apa dan siapa yang dikasihi Yesus, dan mentaati perintah-perintahNya. Yesus sendiri berkata: “Di mana Aku berada, hambaKu juga berada (Yoh 12:26). Yesus adalah Anak Manusia yang tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala (Luk 9:58). Seorang murid akan mengikuti kehendak Allah bukan kehendak dirinya (Luk 22: 42). Seorang murid juga mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang menganiayanya.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat meneguhkan kita untuk menjalankan masa prapaskah ini dengan penuh sukacita. Mari kita berbalik kepada Tuhan dan mengasihiNya lebih dari segala sesuatu.

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya dapat mengasihi Engkau dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply