Homili Hari Raya St. Yusuf, Suami St. Maria – 2014

Hari Raya St. Yusuf, Suami St. Maria
2Sam 7:4-5a.12-14a.6
Mzm 89:2-3.4-5.27.29
Rm 4:13.16-18.22
Mat 1:16.18-21. 24a atau
Luk 2:41-51a

Namanya Yusuf

Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Hari Raya St. Yusuf, suami St. Maria. Nama Yusuf berasal dari bahasa Yahudi יוֹסֵף, yang berarti Allah menumbuhkan atau menambahkan. Dengan membawa nama yang sama, Yusuf dipercayakan untuk menjadi Bapa Pengasuh bagi Yesus Kristus dan Suami Bunda Maria. Jadi Tuhan menambahkan tugas istimewa baginya untuk terlibat dalam karya keselamatan. Yusuf melakukannya dengan diam-diam tetapi penuh dengan kepastian dan ketaatan kepada kehendak Allah.

Informasi tentang Yusuf kita temukan sedikit dalam Injil. Penginjil Matius menginformasikan dalam silsilah Yesus bahwa dari keturunan Daud lahirlah Matan yang kemudian memperanakan Yakub. Dari Yakub, lahir Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus (Mat 1:15-16). Bagaimana relasi Yusuf, Maria dan Yesus? Dikisahkan bahwa Maria bertunangan dengan Yusuf ternyata Maria sudah mengandung dari Roh Kudus sebelum mereka hidup sebagai suami dan istri (Mat 1:18). Jadi relasi manusiawi antara Yusuf dan Maria sampai ke tingkat bertunangan itu ada. Namun Tuhan memiliki rencana yang lain bagi Yusuf dan Maria. Yusuf akan mengambil Maria sebagai istrinya sebagaimana dikatakan Tuhan kepadanya dalam mimpi tetapi mereka tidak memiliki relasi manusiawi sebagai suami dan istri. Yusuf akan menjadi bapak pengasuh bagi Yesus.

Yusuf digambarkan oleh penginjil Matius sebagai pribadi yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum (Mat 1:19). Tulus hati itu milik orang yang jujur dan selalu terbuka kepada rencana Allah.Yusuf memiliki hati yang tulus dan mengikuti kehendak Allah. Segala keraguannya terhadap Maria hilang karena ia percaya bahwa Tuhan Allah memiliki rencana yang indah baginya. Tuhan sendiri selalu hadir dan mendampingi Yusuf melalui malaikatNya. Dalam mimpi Tuhan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamai Dia Yesus karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa” (Mat 1:21-22). Reaksi Yusuf adalah ia bangun dan mengambil Maria sebagai istrinya (Mat 1:24). Menerima Maria berarti menerima dan bertanggung jawab juga terhadap Yesus Puteranya.

Gambaran diri Yusuf menurut Penginjil Matius ini sangat luhur dan dia pantas menjadi orang kudus. Yusuf adalah pria yang tulus hati. Ia memiliki hati yang jujur dan terarah kepada Tuan serta siap untuk melakukan semua rencana Tuhan. Hati yang tulus ini dibangun di atas dasar kasih kepada Allah dan sesama dengan hati yang tak terbagi. Hati yang tulus ini inspiratif bagi semua keluarga kristiani untuk melakukannya di dalam hidup. Pada zaman ini nilai ketulusan dan kejujuran dalam keluarga-keluarga merupakan perjuangan istimewa. Para pasutri boleh mengulangi janji pernikahan tetapi keinginan daging tetap merajalela. Kitab butuh St. Yusuf dan doa-doanya bagi keluarga-keluarga dan juga bagi kaum hidup bakti untuk setia dan tulus dalam panggilannya.

Yusuf adalah pria yang taat kepada Allah. Ia harus melawan arus pada zaman itu, tetapi sebagai seorang pria yang beriman, ia menerima Maria dan Yesus apa adanya. Ia tidak takut dengan perkataan orang lain tetapi ia percaya kepada perkataan Tuhan. Ia memiliki komitmen dan bertanggung jawab terhadap Yesus dan Maria. Kita ingat kisah perjalanan Maria ke Ayin Karem untuk mengunjungi Elisabeth saudaranya, perjalanan dari Nazareth ke Betlehem dan susahnya mencari tempat penginapan, suasana penuh kesederhanaan pada saat Yesus di lahirkan di Betlehem, perjalanan penuh perjuangan ke Mesir, kembali dari Mesir ke Nazareth, perjalanan ziarah ke Yerusalem, keseharian sebagai tukang kayu. Yusuf memiliki komitmen, keberanian untuk menerima Yesus dan Maria dan mewujudkan kasih Allah di dalam keluarga yang disebut keluarga kudus dari Nazareth.

Yusuf menerima Maria apa adanya. Sikap Yusuf ini juga inspiratif bagi keluarga-keluarga zaman ini untuk saling menerima satu sama lain. Bunda Maria tidak melakukan kesalahan, ia taat kepada rencana Allah untuk menjadi Ibu Yesus dan Yusuf menerimanya apa adanya. Apakah para suami dan istri juga dapat saling menerima satu sama lain, ketika ada kesalahan, kekeliruan bahkan kalau salah satunya jatuh dalam dosa berat? Apakah ada saling mengampuni sebagai pasangan suami dan istri?

Pada hari ini kita berdoa, semoga santo Yusuf tidak hanya menjaga keluarga Nazareth tetapi ia juga menjaga keluarga-keluarga umat manusia untuk  tetap bersatu, rukun dan damai. Kiranya dengan doa-doa santo Yusuf keluarga-keluarga juga menjadi kudus seperti keluarga kudus dari Nazareth.

Doa: Tuhan, kami bersyukur karena Engkau memberikan st. Yusuf sebagai model kekudusan bagi kami. Kiranya hidup kami sepanjang hari ini menampakkan ketulusan hati satu sama lain di dalam keluarga dan komunitas. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply