Homili 20 Maret 2014

Hari Kamis , Pekan Prapaskah II

Yer 17:5-10

Mzm 1:1-2.3.4.6

Luk 16:19-31

Tuhan Allah Menolong

Fr. JohnPada suatu ketika saya menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan pesawat terbang dari Indonesia Timur ke Jakarta. Kebetulan teman sederetanku juga orang katolik dan melayani sebagai guru agama di sebuah daerah pedalaman. Ia menceritakan banyak pengalaman pastoral bersama orang-orang di pedalaman yang baginya masih merupakan orang katolik baru. Ia merasa benar-benar mencurahkan perhatiannya sebagai guru agama dan misionaris awam terhadap umat di daerah pedalaman tersebut. Dia juga merasa bahagia melakukan karya pelayanan itu karena Tuhan selalu menolongnya dan ia tidak pernah mengalami suatu kekurangan apa pun. Ketika ada kesulitan, selalu ada jalan yang terbuka baginya untuk keluar dari kesulitan tersebut. Singkat kata, ia menerima banyak berkat dari Tuhan dan berjanji untuk membaktikan diri sepenuhnya bagi sesama.

Selama masa prapaskah ini kita semua merenungkan cinta kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Ia datang ke dunia untuk menolong umat manusia, melepaskannya dari segala dosa-dosa. Sebagai jawaban atas pertolongan dari Tuhan maka kita perlu melakukan Aksi Puasa Pembangunan yang konkret dengan melakukan karya amal kasih, berdoa dan berpuasa. Ketiga pilar kekudusan ini mengingatkan kita bahwa Allah itu selalu menolong kita. Ia tidak pernah melupakan anda dan saya sebagai peziarah di dunia ini. Oleh karena itu dengan memberi diri secara total dalam pelayanan-pelayanan tertentu, kita tidak akan mengalami suatu kekurangan apapun karena Ia memihak kita. Ia senantiasa mengulurkan tanganNya yang kudus untuk memberkati, menjamah dan menyembuhkan sakit penyakit kita.

Nabi Yeremia hari ini menyadarkan kita akan dua kutub kehidupan manusia yakni kutukan dan berkat. Kutukan dan berkat merupakan dua kata yang saling berlawanan satu sama lain tetapi bisa menyatu dalam hidup kita. Orang mudah memberikan kata-kata kutukan kepada sesama dan lupa meminta berkat Tuhan bagi mereka. Orang bisa juga merindukan berkat-berkat dari Tuhan tetapi selalu mengeluarkan kata-kata kutukan kepada sesama lain. Inilah hidup manusia di atas bumi. Mengapa orang suka mengutuk? Karena orang tersebut lebih mengandalkan dirinya dan lupa bahwa Tuhan memiliki kuasa atas segalanya. Tuhan berfirman: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari Tuhan. Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik, ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (Yer 17:5-6). Banyak kali kita memang lebih mengandalkan diri kita sendiri. Kita telah lupa bahwa Tuhan adalah sumber hidup, asal muasal hidup kita. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Terlepas dari Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).

Tuhan juga berfirman: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambat akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalamai datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah” (Yer 17:7-8). Manusia diingatkan untuk sadar diri bahwa Tuhan adalah segalanya. Semua yang ada di atas dunia, harta kekayaan berasal dari Tuhan dan berguna untuk kebaikan manusia bukan untuk kejahatannya. Jadi harta kekayaan bukanlah tujuan hidup manusia, tetapi menjadi sarana untuk mencapai Tuhan sebagai sumber kehidupan. Semuanya itu demi kemuliaan nama Tuhan.

Di hadirat Tuhan, kita tidak dapat membohongiNya. Dia mengenal diri kita sebagai ciptaanNya yang luhur. Ia berfirman: “Aku Tuhan, yang menyelidiki hati, yang menguji bathin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya” (Yer 17:10). Dialah Allah dan pencipta kita, kita adalah umatNya. Dia mengenal hidup kita. Daud pernah berdoa: “Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan” (Mzm 1:6). “Engkau mengenal celaku, maluku dan nodaku, semua lawanku ada di hadapanMu” (Mzm 69:10/69:20).

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang orang kaya yang hidup dalam kelimpahan dengan orang miskin bernama Lazarus (Eleazar: Allah Penolong). Orang kaya itu memiliki banyak harta, pakaiannya jubah ungu dan kain halus serta suka berpesta. Lazarus, seorang miskin, badan penuh borok dan berada di dekat pintu rumah orang kaya. Sahabat-sahabatnya adalah anjing yang menjilati boroknya. Kedua-duanya meninggal dunia. Lazarus langsung dibawa oleh para malaikat dan duduk di pangkuan Abraham. Orang kaya berada di neraka. Mereka terpisah dengan jurang yang tak terseberangi.

Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk kesejahteraan manusia. Artinya bukan hanya diri pribadi kita tetapi sesama juga ikut menikmatinya. Ada rasa empati, saling berbagi di dalam hidup. Orang kaya itu menyalahgunakan kekayaannya dan ia lupa bahwa ada sesama yang harus dibantunya. Lazarus adalah orang miskin di mana tidak ada seorang saudara yang bersedia membantunya, hanya Allah saja yang bisa membantunya. Banyak orang menyalahgunakan kekayaan untuk menindas manusia yang lain. Banyak orang juga menggunakan kekuasaan untuk mencuri, merampok, membuat korupsi di mana-mana.

Dalam masa prapaskah ini mari kita membersihkan hati kita. Ingatlah bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan dan patutlah kita berbagi dengan sesama. Mari kita melakukan karya amal kasih bagi sesama. Jangan pelit!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk berani berbagi dengan sesama kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply