Homili Hari Minggu Prapaskah III/A – 2014

Hari Minggu Prapaskah III/A

Kel 17:3-7

Mzm 95:1-2.6-7.8-9

Rm. 5:1-2.5-8

Yoh 4:5-42

Bersyukurlah atas Sakramen Pembaptisan!

Fr. JohnAda seorang ibu yang membagi pengalaman rohani dalam sebuah acara pendalaman iman di lingkungan. Ia mengatakan bahwa dari banyak hal yang ia banggakan di dalam Gereja Katolik, satu hal yang selalu ia banggakan adalah Sakramen Pembaptisan. Ia mengatakan bahwa Sakramen ini merupakan momen awal ia bersatu dengan Kristus dan selalu diperbaharui pada saat-saat istimewa. Misalnya, ketika ada baptisan bayi kita sebagai orang dewasa membaharui janji babptis, pada malam paskah kita menguangi janji baptis dan ketika mengikuti seminar hidup baru dalam Roh, khusus saat pencurahan Roh, kita juga mengulangi janji Baptis. Pada saat mengulangi janji baptis selalu didahului dengan kesiapan bathin untuk menolak setan. Sharing sederhana ini membuka pikiran kita untuk selalu bersyukur kepada Tuhan atas sakramen pembaptisan yang kita terima.

Bacaan-bacaan liturgi pada hari minggu ini mengarahkan kita untuk mengerti dengan baik makna air pembaptisan yang kita terima saat dibaptis. Di dalam bacaan pertama dari Kitab  Keluaran, kita mendengar bagaimana orang Israel bersungut-sungut di padang gurun tepatnya di Rafidim karena kekurangan air minum. Mereka melayangkan protes dan bersungut-sungut kepada Tuhan melalui Musa karena meraka kehausan. Musa memohon kepada Tuhan supaya memberi air kepada umat pilihannya ini. Dengan tongkatnya, ia memukul batu dan dari dalam batu keluar air untuk di minum. Tempat ini dinamakan Masa dan Meriba karena orang-orang Israel mencobai Tuhan Allah dengan bertanya: “Apakah ada Tuhan Allah di tengah-tengah kita?” (Kel 3:7).

Pada zaman ini masih banyak orang yang mencobai Tuhan Allah dengan pertanyaan yang sama, meskipun orang itu sudah dibaptis. Mereka bertanya: “Kalau Tuhan Allah itu mahabaik mengapa ada penderitaan di atas dunia? Apakah Tuhan sungguh-sungguh berada di tengah-tengah kita? Inilah pergumulan hidup manusia yang tidak mengandalkan Tuhan. Mereka hanya bisa mencobai Tuhan dan lupa untuk percaya kepadaNya. Orang-orang seperti ini masih terus mengalami kehausan rohani sehingga tidak bisa melihat Tuhan.

St.Paulus dalam bacaan kedua membantu kita untuk mengerti bahwa kita semua dibenarkan oleh iman akan Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus kita beroleh damai dan kasih karunia yang berlimpah. Kasih karunia dari  Allah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus. Dalam sakramen Pembaptisan kita semua menerima kasih karunia yang tidak lain adalah Roh Kudus sendiri yang menguduskan kita. Inilah iman yang kita banggakan di dalam hidup setiap hari. St.Paulus juga mengajak kita untuk selalu berbahagia manakala dinista  karena nama Kristus karena Roh Allah ada di dalam diri kita. Pengikut Kristus yang baik adalah orang yang menderita karena Kristus. Penderitaan dalam Kristus adalah jalan menuju hidup bersama Kristus. Nah, konsekuensi dari sakramen pembaptisan adalah kesediaan hati untuk menerima Roh Kudus dan siap untuk berbakti kepada Kristus sampai tuntas.

Paulus juga mengatakan bahwa di dalam kasih karunia kita berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Pengharapan itu tidak akan mengecewakan kita karena kasih karunia dari Allah yakni Roh Kudus sendiri. Tuhan Yesus sendiri telah rela mati di kayu salib untuk orang-orang durhaka. Kasih Allah bagi manusia dalam diri AnakNya yang tunggal. Ia telah wafat dan bangkit untuk keselamatan kita. Dialah yang mengajar kita untuk menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran.

Penginjil Yohanes menghadirkan kisah menarik tentang perjumpaan antara Yesus dan wanita Samaria. Yesus muncul di sekitar Sumur Yakub di Sikar daerah Samaria pada jam dua belas siang. Ia berjumpa dengan seorang wanita Samaria dan meminta minum dari wanita itu. Sebagai seorang wanita Samaria, ia tidak berani memberi air minum kepada Yesus orang Yahudi. Yesus lalu memulai pengajaranNya kepada wanita itu. Lama kelamaan wanita itu tertarik dan mendengar pengajaran Yesus, lebih lagi ketika Yesus mengatakan tentang air hidup yang tidak lain adalah RohNya sendiri. Siapa yang menerima Yesus maka di dalam hidupnya akan mengalir aliran air hidup. Yesus juga membuka pikiran wanita ini untuk mengenal dirinya dan melakukan pertobatan pribadi di hadirat Yesus. Yesus berkata kepadanya bahwa pada saat yang tepat orang tidak akan menyembah Allah di gunung atau di Yerusalem, tetapi mereka akan menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran.

Wanita Samaria yang berjumpa dengan Yesus, tidak memberi air minum, Yesuslah yang memberi air kehidupan yakni Roh KudusNya. Roh Kudus itulah yang mengubah hidup wanita itu menjadi misionaris. Ia pergi mewartakan kasih Kristus dan semua orang datang kepadaNya. Yesus bahkan tinggal di sana selama dua hari. Orang-orang berkata kepada wanita Samaria: “Kami percaya bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dia benar-benar Juru Selamat Dunia”.

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk melihat Yesus sebagai Jurus Selamat dunia. Ia adalah utusan Bapa untuk menyelamatkan semua orang dari segala suku dan bangsa. Ia adalah utusan Bapa yang menerima manusia apa adanya. Ia mempersatukan kita melalui sakramen permandian. Sakramen permandian adalah sakramen yang menguduskan kita dalam Roh Kudus. Apakah anda bersyukur atas keselamatan dalam Yesus Kristus? Apakah anda bersyukur atas rahmat Sakramen pembaptisan?

Doa: Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menguduskan kami pada hari pembaptisan. Semoga kami senantiasa hidup dalam kasihMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply