Homili 22 Maret 2014

Hari Sabtu Pekan II Prapaskah

Mi 7: 14-15.18-20

Mzm 103:1-2.3-4.9-10.11-12

Luk 15:1-3.11-32

Diubah oleh Pengampunan

Fr. JohnSeorang Bapa datang ke pastoran untuk berbicara denganku. Pertemuan kami terasa indah karena ia datang dengan wajah yang ceriah tidak seperti hari-hari yang lain. Saya bertanya kepadanya perihal keceriahan wajahnya. Ia mengatakan bahwa wajahnya ceriah sebagai ungkapan rasa bahagianya karena barusan diampuni oleh istrinya. Ia mengakui bahwa hatinya sempat menjauh dari keluarga karena ada orang baru yang hadir di dalam hidupnya. Semua usaha dan pekerjaan terganggu, keluarganya diambang kehancuran. Ia melihat istri dan anak-anaknya berdoa dengan tekun dan buah doa itu adalah perubahan radikal untuk kembali setia dalam berkeluarga. Ia merasa diubah oleh pengampunan istrinya.

Selama masa prapaskah kita juga merindukan sebuah perubahan yang sifatnya radikal di dalam hidup pribadi. Perubahan itulah yang disebut pertobatan. Dengan pertobatan kita akan leluasa untuk mengasihi seperti Tuhah, kita akan siap menolong sesama dalam karya amal kasih, terutama bagi mereka yang sangat membutuhkan. Kemampuan untuk mengasihi dimiliki oleh orang yang mengalami pengampunan sejati dari Tuhan dan sesama. Tuhan mengampuni karena Ia adalah kasih, Ia juga mengasihi kita apa adanya. Kita pun bisa mengampuni kalau kita mampu untuk mengasihi.

Mikha dalam bacaan pertama mengungkapkan doa memohon tindakan belas kasihan Allah. Mikha merasakan kehadiran Tuhan sebagai seorang gembala bagi umatNya maka Ia meminta supaya Tuhan menggembalakan umat dengan tongkatNya sehingga mereka bisa merumput. Tuhan juga pernah menunjukkan diriNya sebagai gembala tatkala mengeluarkan umat Israel dari Mesir dengan melakukan tanda-tanda heran. Keselamatan dirasakan oleh Israel.

Mikha juga bangga karena Tuhan memiliki kuasa untuk mengampuni dosa-dosa  dan memaafkan pelanggaran-pelanggaran umatNya. Tuhan tidak selamanya bertahan dalam murkaNya tetapi berkenan pada kasih setia. Dialah yang menyayangi umatNya, menghapus kesalahan-kesalahan dan melemparkan segala dosa kita ke tubir-tubir laut (Mi 7:19). Tuhan dapat melakukan semuanya ini karena Ia mengasihi umat kesayanganNya. Tuhan adalah Bapa yang murah hati terhadap anak-anak yang selalu berharap kepadaNya.

Penginjil Lukas menampilkan Yesus sebagai Allah yang murah hati serta berbelas kasih kepada umatNya. Dikisahkan bahwa Yesus bersahabat dengan para pemungut cukai sehingga menimbulkan kritikan tajam para ahli Taurat dan kaum Farisi.  Yesus memberi sebuah perumpamaan berikut:  Ada seorang Bapa, memiliki dua anak laki-laki. Anak laki-laki bungsu menuntut hak warisan kepada Bapanya dan ia berniat untuk meninggalkan kampung halaman, orang tua dan saudara serta sahabat kenalannya. Ayahnya menuruti segala permintaan anak bungsunya. Setelah menerima hartanya, ia berangkat ke negeri yang jauh dan memboroskan kekayaan sampai habis. Seiring dengan habisnya harta yang dimilikinya, muncullah juga bencana kelaparan. Ia mencari kerja dan menjaga babi. Ia ingin mengisi perutnya dengan makanan babi tetapi tidak mendapatkannya.

Si bungsu ini masih percaya kepada bapanya. Ia kembali kepada bapanya dan berniat untuk menjadi salah satu orang upahan. Ketika masih jauh ayahnya melihat si bungsu maka ia keluar dari rumah, pergi dan menyambutnya.  Ayahnya murah hati serta berbelas kasihan kepadanya. Anak bungsu juga mengakui dirinya telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa. Kemurahan hati Bapa ditunjukkan dalam simbol-simbol tertentu: jubah yang terbaik, cincin, sepatu dan anak lembu tambun. Simbol-simbol ini menyatukan anak yang sudah mati menjadi hidup kembali.

Si Sulung kembali dari kebun dan merasa ada keanehan di rumah. Setelah menanyakan alasan perayaan di rumah, ia tidak puas dan datang membuat perhitungan dengan ayahnya. Ia mengecam ayahnya karena tidak memberi seekor anak domba supaya dia dapat berfoya-foya dengan teman-temanya. Ia juga mengecam adiknya sebagai pendosa. Karena marah terhadap ayah dan saudaranya maka ia tida mamu masuk ke dalam rumah.  Reaksi ayahnya: “Anakku engkau selalu bersama-sama dengan aku dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15: 31-32).

Allah adalah Bapa yang murah hati dan berbelas kasih. Ia memberi kebebasan kepaa anak-anakNya. Ada yang menyalahgunakan kebebasannya sehingga berdosa tetapi berani untuk datang memohon ampun kepada Tuhan dan disyukuri dengan pesta. Ada sukacita besar di surga ketika seorang berdosa mengakui pertobatannya. Ada juga anak yang tingga bersama orang tua, makan dan minum dari orang tua tetapi belum menyadari kasih sayang orang tua. Si sulung dalam Injil ini tamak, ia sudah memiliki warisan sendiri tetapi masih tinggal dengan orang tuanya dan semua kebutuhan ditanggung orang tua. Si sulung masih lupa juga dengan kebaikan ayahnya.

Di hadapan Tuhan kita semua sama sebagai kaum pendosa. Dosa itu masuk ke dalam hati manusia dan menguasainya. Semakin jauh orang jauh dari sakramen tobat maka semakin orang itu terasing dengan dirinya dan dengan Tuhan sendiri. Manusia berdosa tetapi kasih Allah tetap kekal selamanya. Dialah gembala bagi umatNya. Dia juga yang menunjukkan kemurahan dan kesetiaanya kepada umat Israel. Apakah anda dan saya juga murah hati atau mahal hati?

Doa: Tuhan, ampunilah kamu seperti kami juga mengampuni sesama. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply