Homili Hari Raya Paskah (Pagi) – 2014

Hari Raya Paskah, Kebangkitan Tuhan

Kis 10:34a.37-43

Mzm 118:1-2.16ab-17.22-23

Kol 3:1-4

Yoh 20:1-9

Kamu juga bangkit bersama Kristus!

Fr. JohnAda seorang sahabat saya meninggal dunia ketika masih bersama-sama duduk di bangku Sekolah Dasar. Dia adalah anak laki-laki tunggal dalam keluarga dan merupakan murid yang terbaik dari kami sebagai teman kelasnya. Itu sebabnya wajar saja kalau para guru memberi kepercayaan yang banyak kepadanya. Tetapi Tuhan punya rencana yang lain. Ia mendadak dipanggil Tuhan. Seluruh keluarga terpukul dan sangat sedih. Pada saat penutupan peti jenazah, orang tuanya memasukkan barang-barang kepunyaannya termasuk piring, sendok, gelas minum, bola kasti, biji kelereng dan yang terakhir adalah buku laporan pendidikan SD. Ibunya berkata: “Anak, bapa dan mama merelakan engkau pergi. Ini buku laporan pendidikanmu, lanjutkanlah dan sukseslah di tempatmu yang baru”. Sejak saat itu keluarga itu tinggal sendirian dan setiap kali melihat saya dan teman-teman mereka sedih karena kehilangan tetapi bahagia karena masih melihat kami sahabat dari anak-anaknya. Satu pengalaman iman yang muncul dalam kisah ini adalah kepercayaan dasar atau pegakuan iman rasuli akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal.

Pada hari ini kita merayakan kebangkitan Tuhan. Setiap tahun kita merayakannya dengan meriah dan mengucapkan Haleluia. Rasanya seperti sebuah kemengan besar setelah empat puluh hari dan empat puluh malam kita berpuasa, berpantang, berdoa, melakukan karya amal kasih dan belajar untuk melayani lebih sungguh seperti Tuhan sendiri. Kita semua melewatinya dengan penuh perjuangan dan tentu saja hari ini menjadi saat istimewa untuk bersyukur. Kita bersyukur karena merayakan kebangkitan Tuhan dalam sejarah karena peristiwa ini sungguh-sungguh terjadi lebih dari dua ribaun tahun silam. Kita bersyukur karena merayakan kebangkitan Tuhan secara liturgis di dalam Gereja. Tentu saja wujud perayaannya adalah dalam sakramen atau tanda seperti pembaptisan dan Ekaristi.

Bacaan-bacaan Kitab Suci dalam perayaan Ekaristi membantu kita untuk lebih memfokuskan perhatian kita kepada Yesus yang telah bangkit dari alam maut. St. Lukas melaporkan bahwa Petrus dalam kuasa Roh Kudus memberanikan diri untuk mewartakan kesaksian tentang kebangkitan Kristus. Petrus yakin bahwa Tuhan Allah tidak membedakan orang. Petrus di rumah perwira Kornelius menjelaskan identitas Yesus. Yesus itu sudah diwartakan oleh Yohanes Pembaptis. Bagi Petrus, Allah Bapa mengurapi Yesus dengan Roh Kudus dan kuat kuasa sehingga Ia dapat berkeliling dan berbuat baik, menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis dan Allah selalu menyertaiNya. (Kis 10: 38).

Selanjutnya Petrus memberi kesaksian imannya akan Yesus bahwa semua tanda dan karya di lakukanNya di Yudea dan Yerusalem namun Ia sudah dibunuh dengan digantung di kayu salib namun pada hari ketiga Allah membangkitkanNya lalu menampakkan diriNya bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati. Setelah menyaksikan kebangkitanNya, Petrus juga mengatakan satu tugas mulia yang diamanatkan oleh Yesus sendiri yakni memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi bahwa Dialah yang ditentukan Allah untuk mengadili orang yang hidup dan mati maka barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya. Jadi, bukti kebangkitan Kristus adalah Para murid pernah duduk dan makan bersama dengan Yesus yang mulia.

St. Paulus mengatakan bahwa kita semua juga dibangkitkan bersama Kristus maka tugas kita adalah selalu mencari perkara yang di atas. Perkara yang di atas di mana Yesus berada adalah kehendak Tuhan Allah yang harus kita ikuti dan hayati. Kita mengatakan mengasihi Allah berarti selalu mengikuti kehendakNya dan melakukan segala perkaraNya. Dengan menghayati perkara yang di atas maka hidup kita akan tersembunyi di dalam Yesus Kristus di dalam Allah. Ini adalah kasih yang agung di dalam hidup kita. Kita hidup di dalam Allah sendiri bersama Yesus dalam Roh Kudus. St. Paulus juga mengingatkan supaya kita membuang ragi yang lama supaya menjadi adonan yang baru (1Kor 5:7). Ini berarti hidup lama dilepaskan dan mengenakan gaun hidup baru di dalam Tuhan.

Penginjil Yohanes melaporkan misteri makam kosong. Kisah paskah ini memang amat populer. Komunitas para rasul masih dirundung kesedihan dan rasa takut. Maria Magdalena memberanikan diri untuk pergi pagi-pagi buta ke kubur Yesus. Ia masih terpesona dan rasa memiliki Yesus sangat tinggi. Ia menangis dan mencari di manakah Yesus karena makamNya sudah kosong. Di saat yang tidak menentu seperti ini Yesus menampakkan diriNya. Nama Maria dipanggil dan Maria pun kembali terpesona. Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit mulia berdampak bagi hidup Maria. Ia menjadi baru dan berani mewartakan kepada Petrus dan teman-temannya kesaksian imannya.

Dikisahkan bahwa Yohanes sebagai murid yang dikasihi dan Petrus berlari menuju ke kubur Yesus. Yohanes tiba dan menunggu di depan kubur sambil memberi kesempatan kepada Petrus untuk masuk, melihat dan percaya. Dua figur ini juga penting. Petrus diangkat Yesus menjadi wadas bagi GerejaNya. Dialah wakil Kristus di dunia maka ia layak untuk masuk, melihat dan bersaksi. Yohanes adalah tokoh karismatis yang kemungkinan ia sudah tahu bahwa Yesus pasti bangkit. Ia percaya tanpa perlu melihat.

Pada Hari Raya Paskah ini kita semua disadarkan kembali bahwa kita ini pengikut Yesus Kristus orang Nazaret. Kita bangga disapa sebagai orang kristiani, artinya Kristus yang bangkit dengan mulia patut kita ikuti,kita kasihi sampai tuntas. Mari kita mengosongkan diri sehingga layak menjadi serupa dengan Kristus yang mengasihi dan melayani Gereja sampai tuntas. Selamat Pesta Paskah untuk kita semua.

Doa: Tuhan Yesus, Engkau sungguh bangkit bagi kami. Terima kasih atas segala kebaikan Mu bagi kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply