Uomo di Dio: Apakah hidup ini tidak adil?

Apakah hidup ini tidak adil?

P. John SDBAda seorang sahabatku yang barusan mengirim sebuah pesan singkat. Dalam pesan itu ia mengeluh kepada Tuhan dan kepada kami para sahabatnya karena rasanya Tuhan tidak bersifat adil terhadapnya. Ia barusan kembali dari sebuah rumah sakit terkenal di Singapore dan dokter di sana mengatakan bahwa ia mengalami kelainan pada salah satu ginjalnya, padahal usianya saat ini adalah 44. Ia merasa masih muda dan tidak harus mengalami gangguan kesehatan seperti itu. Selama perjalanan kembali ke Indonesia, ia hanya berpikir bahwa hidup ini penuh dengan ketidakadilan. Tuhan sendiri juga tidak adil bagi dirinya! Ia menangis dan menyesal mengapa Tuhan mau membiarkan dia hidup selama 44 tahun. Mengapa Tuhan tidak memanggilnya ketika masih lebih muda?

Ketika membaca ekspresi dirinya dalam pesan singkat itu saya juga ikut terharu dan pasrah kepada Tuhan. Saya mengatakan kepadanya bahwa dokter memang mengatakan berdasarkan analisis medisnya tetapi masih ada Tuhan yang jauh lebih kuat dan berkuasa atas kehidupan manusia. El shadai, Allah mahakuasa bagi umat manusia. Tuhan pasti bisa menggerakan hati banyak orang untuk membantu proses pemulihan kesehatannya dan yang penting baginya adalah ia juga harus berusaha untuk melawan semua sakit penyakit yang dialaminya. Satu hal yang juga saya katakan kepadanya adalah bahwa ia boleh memanfaatkan pengalaman yang dirasakannya tidak adil menjadi kesempatan untuk membangun rasa adil dalam diri dan sesamanya.

Saya lalu teringat pada pengalaman Valerie Plame, seorang mantan perwira operasional, agen inteligen Amerika Serikat dan penulis buku Fair Game. Ia membagi pengalaman hidupnya yang keras yang dirasakannya tidak adil tetapi sungguh mengubah hidupnya. Ayahnya adalah seorang perwira Angkatan Udara yang berperang di Pasifik selatan selama perang dunia II. Dia menghadapi hidup dengan pendekatan praktis. Valerie mengaku bahwa sejak kecil ia selalu mendengar ucapan ayahnya: “Hidup ini tidak adil.” Ayahnya selalu menerapkan unsur kebijaksanaan ini pada setiap keluhannya pada masa kecilnya. Setiap kali berhadapan dengan pengalaman yang keras di sekolah atau di rumah ayahnya selalu mengatakan kalimat yang sama. Ia sampai merasa bahwa ayahnya meremehkan dirinya. Namun seiring dengan waktu ia menyadari bahwa sebenarnya kalimat bijaknya itu menunjukkan caranya sebagai ayah menantang sekaligus meneguhkannya untuk menyelesaikan setiap persoalan hidupnya. Ia harus menghadapi hidup apa adanya dan menjadi pribadi yang mandiri.

Salah satu pengalaman yang keras di dalam keluarga mereka adalah pada tahun 1967 ketika Robert kakaknya bertugas sebagai Marinir di Vietnam. Ia mengalami luka tembak. Selama berminggu-minggu mereka tidak mendapat berita apapun. Pikiran mereka adalah apakah Robert masih hidup atau sudah tewas di tangan orang-orang Vietnam. Mereka menjadi legah ketika ada berita mengatakan bahwa Robert masih hidup meskipun mengalami luka serius di dalam kapal. Ini adalah pengalaman yang baginya tidak adil di dalam hidup. Dari semua pengalaman yang lewat di dalam hidupnya, ia tetap mengakui bahwa hidup ini tidak adil. Tetapi entah bagaimana ia juga selalu mengira bahwa hidup memang harus adil dan mengecewakan ketika dialami bahwa ternyata hidup tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Terlepas dari semua pengalaman hidup, Valerie mengatakan bahawa apa yang hendak diajarkan oleh ayahnya adalah menskipun terdapat kecurangan nyata di alam semesta namun hal ini tidak dapat dijadikan sebagai alasan bagi dia untuk tidak berusaha sebaik mungkin menjadi pribadi yang baik. Dia memanfaatkan kesempatan ketidakadilan sebagai titik awal untuk memastikan bahwa tindakannya merupakan hal terbaik yang dapat diberikan. Ketidakadilan menjadi saat untuk mengubah diri dan membangun keadilan. Kita pun berjalan di jalan yang sama. Janganlah berhenti dalam situasi ketidakadilan tetapi jadikanlah sebagai awal yang berarti untuk membangun keadilan.

Pengalaman Valerie ini merupakan pengalaman yang umum bagi banyak di antara kita. Kita dibentuk di dalam keluarga dengan gaya parenting yang berbeda-beda. Kadang-kadang kita hanya berhenti saja pada gaya parenting orang tua dan mengeluh lalu membuat kita tidak berkembang. Kita sebenarnya dibantu oleh Tuhan dengan akal budi untuk memanfaatkan segala situasi sebagai peluang untuk mencapai hidup bahagia dan membahagiakan orang lain.

Hidup ini tidak adil adalah keluhan banyak orang. Ada yang mungkin mau mengakhiri hidup lebih cepat karena ketidakadilan. Tetapi Tuhan Yesus tidak menghendaki kita untuk berlaku demikian. Tuhan menciptakan kita sebagai ciptaan yang sempurna dan baik adanya. Tujuan hidup kita di dunia adalah supaya menjadi pribadi yang bahagia. Bahwa ada sakit penyakit dan segala kekecewaan hidup serta aneka pergumulan hidup lainnya adalah warna-warni kehidupan. Hidup kita menjadi indah karena ada pengalaman keras dan lembut yang mengindahkannya. Bertahanlah dalam hidupmu!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply