Homili Hari Raya Bunda Maria Diangkat Ke Surga – 2014

Hari Raya SP Maria diangkat ke Surga
Why 11:19a;12:1.3-6a.10ab
Mzm 45:10bc,11,12ab;
1Kor 15:20-26
Luk 1:39-56

Perempuan dan Matahari

Fr. JohnBanyak di antara kita pasti mengenal seorang teolog dan penulis bernama Scott Hahn. Ia memiliki pengalaman rohani yang indah bersama Bunda Maria sebelum menjadi anggota Gereja Katolik. Ia melihat dirinya sebanding dengan Saulus yang menganiaya orang-orang Kristen dalam Gereja purba, demikian ia juga merasa serupa dengan Saulus yang menganiaya Bunda Maria dalam pemikiran dan tulisan-tulisannya. Ia mengakui bahwa selama bertahun-tahun, ia menilai ajaran katolik tentang Bunda Maria dan devosi kepadanya ibarat penyakit yang mematikan di dalam tubuh orang katolik. Mengapa? Karena orang katolik sudah berlebihan menghormatinya. Orang katolik, sadar atau tidak sadar telah melecehkan karya sempurna Yesus Kristus dan merampas kemuliaanNya. Di mata Scott Hahn, devosi kepada Bunda Maria adalah hambatan untuk berjumpa dengan Yesus Tuhan kita.

Pada suatu hari ia menerima kiriman sebuah rosario yang terbuat dari plastik. Ia merasa kaget tetapi karena merupakan pemberian dari sahabatnya maka ia menggunakannya juga. Ia mencoba mendaraskan rosario sambil tangannya berpindah dari manik yang satu ke manik yang lain. Ia merasakan sebuah mukjizat yakni jatuh cinta dengan Bunda Maria. Rosario menjadi doa yang bersahabat dengannya. Segala keraguan yang sebelumnya menyelimutinya sirna. Ia akhirnya mengakui bahwa Maria adalah karya sempurna Yesus Kristus dan pewahyuan teragung kemuliaanNya. Maria tidak mencuri kemuliaan Yesus sang Putra, seperti bulan juga tidak mencuri sinar matahari. Scott Hahn menjadi orang katolik dan membaktikan dirinya dalam Gereja katolik dengan mengajar dan menulis buku-buku teologi yang kebanyakan bersifat apolegetik.

Bunda Maria merupakan figur wanita kudus yang ikut bercahaya seperti matahari karena jasa Yesus Kristus, PuteraNya. Banyak orang berpikir bahwa Bunda Maria itu ibarat pipa air di mana air numpang lewat sekali saja, setelah itu pipa tidak bermanfaat dan bisa dibuang. Demikian juga Bunda Maria hanya dipakai Tuhan untuk mengandung dan melahirkan Tuhan Yesus Kristus. Setelah proses inkarnasi ini terjadi maka Bunda Maria tidak dibutuhkan lagi, disingkirkan. Argumen semacam ini memang hanya mau merendahkan dan mengaburkan figur Bunda Maria. Dia justru merupakan wanita sederhana dari Nazareth yang dipilih Tuhan karena kesuciannya. Maria dikandung tanpa noda dan membaktikan diriNya hanya untuk Tuhan dan keselamatan manusia. Inilah ajaran gereja katolik yag berlangsung turun temurun dan merupakan sebuah kebenaran.

Setelah mendengar khabar sukacita bahwa ia menjadi ibu Yesus, Maria tidak tinggal sendirian dalam kebanggaannya. Ia justru membagi sukacita dari Tuhan dengan mengunjungi Elizabeth saudaranya yang saat itu sedang mengandung Yohanes Pembaptis, sang pembuka jalan bagi Yesus Puteranya. Pribadi-pribadi yang penuh dengan Roh Kudus ini saling berbagi sukacita bersama di Ayin Karem, rumahnya Elizabeth. Di sinilah tempat Maria melayani dengan sukacita bersama Yesus Putera yang sedang berada di dalam kandungannya. Di sini menjadi tempat di mana Maria melihat dirinya berharga di mata Tuhan dan mengidungkan syukurnya kepada Tuhan.

Maria dengan sukacita berkata: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. (Luk 1:46-48). Maria merasakan pengalaman sebagai orang kecil di Nazareth tetapi dengan rahmat Tuhan, ia akan memancarkan cahaya “matahari” yakni Yesus Kristus yang sedang dikandungnya. Tuhan memperhatikan kerendahan hatinya. Inilah yang menjadi alasan baginya untuk bersukacita di hadirat Tuhan. Maria juga mensyukuri segala perbuatan besar yang dikerjakan Tuhan di dalam dirinya sebagai Bunda Penebus. Kidung Maria yang selalu didoakan dalam ibadat sore merupakan ungkapan syukur yang menggambarkan kekudusan Bunda Maria di hadirat Tuhan.

Paus Pius XII melihat di dalam diri Bunda Maria, andilnya yang besar untuk keselamatan manusia. Itu sebabnya ia menerima tawaran Allah sebagai Bunda bagi sang Penebus. Paus menulisa dalam dogma Munificentissimus Deus tentang Bunda Maria diangkat ke Surga seperti ini: “Dengan kuasa Tuhan Yesus Kristus, dan yang terberkati Rasul Petrus dan Paulus, dan kuasa kami sendiri, kami mengumumkan, menyatakan dan mendefinisikan sebagai sebuah dogma yang diwahyukan Allah: Bahwa Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemulaan surgawi” (MD,44).

Konsili Vatikan II melihat di dalam diri Bunda Maria suatu pencapaian kesempurnaan yang tanpa cacat atau kerut (Ef 5:27), maka kaum kristiani sedang berusaha mengalahkan dosa dan mengembangkan kesuciannya. Orang kristiani mengangkat pandangannya ke arah Maria, yang bercahaya sebagai pola keutamaan, menyinari segenap jemaat pilihan. (LG,65). Oleh karena itu berkat rahmat Allah Maria diangkat di bawah Putranya, di atas semua malaikat dan manusia, sebagai Bunda Allah yang tersuci, yang hadir pada misteri-misteri Kristus (LG,66).

Bunda Maria memiliki andil yang besar untuk keselamatan kita maka wajarlah ia dihormati sebagai wanita kudus, inspirator bagi kekudusan kita semua. Ia telah diangkat ke surga maka kita pun mengarahkan pandangan ke sana. Dialah Ibu dari sang matahari sejati yaitu Yesus Kristus, terang bagi kehidupan kita.

Doa: Salam Maria Penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara semua wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply