Homili 9 September 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXIII
1Kor 6:1-11
Mzm 149: 1-2.3-4.5-6a.9b
Luk 6:12-19

Dari Murid menjadi Rasul

Fr. JohnMurid dan Guru adalah suatu kesatuan. Ada murid maka pasti ada gurunya, sama juga dengan ada guru maka pasti ada muridnya. Dalam bahasa Ibrani, murid atau pelajar berarti limmud; dalam bahasa Yunani disebut mathetes dan bahasa Latin disebut discipulus. Di dalam Kitab Suci kita mengenal istilah murid dan rasul. Murid lebih dipahami sebagai kumpulan banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti Yesus karena mereka percaya kepadaNya. Dengan kata lain, murid adalah para pengikut Yesus pada umumnya (Mat 1:24). Para penginjil kadang-kadang juga mengatakan bahwa ada dua belas murid Tuhan (Mat 10:1; 11:1 dan 20: 17) karena mereka ini yang setiap hari bersama dengan Yesus.

Di dalam Kitab Perjanjian Lama, kata murid memiliki makna kalau dihubungkan dengan gurunya, misalnya di dalam 1 Taw 25:8; Yes 8:16; 50:4; 54:13. Perlulah juga kita pahami bahwa relasi guru dan murid itu merupakan ciri umum dunia kuno. Mereka berkumpul di sekeliling seorang dewasa yang dianggap bijaksana lalu mendengar dan mengikuti semua pengajarannya. Di dalam Kitab Perjanjian Baru, kebiasaan seperti ini masih berlangsung. Para murid adalah orang-orang yang menerima ajaran dari orang lain, misalnya Yohanes Pembaptis (Mat 9:14; Yoh 1:35), ajaran kaum Farisi (Mrk 2:18; Luk 5:33), dan ajaran Musa (Yoh 9:28). Para murid adalah para pengikut Yesus dalam arti umum (Mat 10:42; Luk 6:17; Yoh 6:66), atau secara khas menunjuk kepada keduabelas murid (Mat 10:1; 11:1). Mereka ini meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Yesus.

Pada hari ini kita mendengar Tuhan Yesus memilih dua belas orang rasul dati para muridNya. Kedua belas rasul itu dipilih dari banyak orang yang datang mengikutiNya. Mereka menjadi rasul artinya menjadi utusan Tuhan kita Yesus Kristus. Murid lebih banyak mendengar dan mengikuti sang Guru, sedangkan para rasul adalah mereka yang diutus oleh Tuhan Yesus untuk mewartartakan Injil, melepaskan orang dari sakit penyakit dan kuasa duniawi, melanjutkan segala pengajaranNya dan menjadi saksi mata di hari kebangkitanNya. Kisah panggilan para rasul di dalam Injil Lukas ini memang unik. Ini merupakan saat di mana Yesus berdoa semalaman di atas gunung. Yesus memang memiliki kebiasaan berdoa dalam waktu tertentu untuk tujuan-tujuan istimewa, misalnya memilih para rasulNya ini. Dikisahkan Lukas bahwa pada pagi hari berikutnya, Ia memangil para rasul yang berasal dari murid-muridNya sesuai dengan nama mereka masing-masing. Inilah nama-nama para rasul itu: Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Simon orang Zelot, Yudas anak Yakobus dan Yudas Iskariot yang akan menjadi pengkhianat.

Keistimewaan dari panggilan dan pilihan para murid adalah lokasinya di atas gunung. Gunung itu selalu diidentikan dengan shekinah atau tempat di mana Tuhan bersemayam. Tuhan Yesus  menyatu dengan Bapa dalam doa di gunung sebagai shekinah. Para murid terpilih berada bersama Yesus di gunung dan merasakan shekinah. Tugas mereka nantinya bukan lagi tugas manusiawi tetapi tugas ilahi yaitu melanjutkan pekerjaan-pekerjaan Tuhan dan menjadi saksi Kristus. Tuhan Yesus Kristus sendiri akan menyertai mereka sampai akhir zaman sebagai utusanNya yang istimewa. Keistimewaan lain adalah para rasul terpilih ini tidak terpesona dan tetap berada di gunung, tetapi mereka juga turun dari gunung. Di kaki gunung itu mereka menemukan banyak masalah, banyak orang yang membutuhkan pelayanan. Mereka harus bertindak atas nama Yesus. Yesus membawa penebusan berlimpah bagi semua orang, hal yang sama juga akan dilakukan oleh para rasul dalam karya-karya mereka.

Para Rasul bersama Yesus membentuk sebuah komunitas. Tentu saja tidaklah mudah membentuk komunitas dengan pribadi-pribadi yang berbeda-beda ini. Hanya dengan kasih Yesus, para rasul ini merasa dipersatukan. Perbedaan-perbedaan yang mereka miliki perlahan-lahan mereka kesampingkan supaya mengutamakan proyek keselamatan Tuhan. Namun demikian kesulitan selalu dialami di dalam komunitas. Ada ambisi tertentu, ada kecenderungan manusiawi juga menguasai komunitas para rasul. Hal yang paling ekstrim adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas Iskariot.

Kesulitan dalam hidup berkomunitas juga dialami Paulus di Korintus. Kita mengetahui bagaimana Paulus dengan suka duka mempersatukan para jemaat di Korintus. Ada empat kubu yang saling bertahan: Paulus, Apolos, Kefas (Petrus) dan Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dirinya bersama Apolos dan Kefas adalah mitra dari Tuhan untuk melayani jemaat. Perikop kita hari ini mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialami jemaat di Korintus di mana terdapat perselisihan karena perbedaan-perbedaan tertentu. Paulus mengharapkan agar setiap persoalan di dalam komunitas tidak harus melibatkan orang luar untuk menyelesaikannya. Baginya orang-orang di luar komunitas bisa juga merupakan orang yang tidak benar dan juga tidak kudus. Orang-orang sekomunitas adalah orang-orang yang masih memiliki visi yang sama dan bisa saling menguduskan.

Paulus juga melihat bahwa di dalam komunitas ada kecenderungan untuk berlaku tidak adil terhadap sesama. Demikian juga di luar jemaat terdapat banyak orang yang sesat. Paulus berkata: “Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (1Kor 6:9-10). Paulus mengatakan bahwa sebelumnya ada di antara mereka juga yang hidupnya demikian tetapi mereka telah bertobat. Pada akhirnya, Paulus menegaskan: “Kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (1Kor 6:11). Ini adalah cita-cita kita semua yakni umat Allah yang kudus.

Pada hari ini kita semua dipanggil Tuhan melalui SabdaNya supaya hidup layak di hadiratNya. Kita semua yang telah dibaptis beralih dari status sebagai murid biasa menjadi rasul Tuhan. Murid yang baik akan menjadi rasul yang baik. Murid hanya mendengar dan mengikuti Guru, rasul menjadi utusan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Guru. Anda dan saya harus beralih dari hanya menjadi murid menjadi rasul atau utusan Tuhan Yesus Kristus di dunia modern ini.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh menjadi rasul, pembawa kasihMu kepada sesama. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply