Homili 25 September 2014

Hari Kamis, Pekan Biasa XXV
Pkh 1:2-11
Mzm 90: 3-4.5-6.12-13.14.17
Luk 9:7-9

Herodes Antipas memang galau!

Fr. JohnPenulis Yudaisme kuno Giuseppe Flavio, pernah mengisahkan tentang kehidupan Yohanes Pembaptis, khususnya ketika Herodes Antipas memenjarakan dan membunuhnnya di Macheronte pada saat ulang tahunnya. Herodes Antipas bertugas di Galilea dan Perea. Ia rela bercerai dengan Phasaelis, putri raja Aretas IV dari Nabatea demi merebut Herodias yang saat itu adalah istri Filipus. Herodias adalah putri pasangan Aristobulos dan Berenice. Orang tua Aristobulos bernama Herodes Agung dan Mariam. Suami Herodias adalah Herodes Filipus I. Ia anak Herodes Agung dari istri ketiganya bernama Mariam II. Ia menjadi saudara sepupuh dari Herodes Antipas yang berdiam di Roma. Herodes Antipas ingin membunuh Yohanes Pembaptis tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. (Mat 14: 5).

Kematian Yohanes Pembaptis bukan berarti akhir segalanya, karena “tunas” yang muncul itu lebih besar dari pada Yohanes. Yohanes sendiri mengakuinya itu ketika ia berkata: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasutNya pun aku tidak layak.” (Mrk 1:7). Yohanes juga bersaksi tentang Yesus dengan berkata: “Ia harus semakin besar, tetapi aku harus semakin kecil.” (Yoh 3:30). tepat sekali perkataan Yohanes ini, karena setelah Yohanes dibunuh, Yesus pun tampil untuk menghadirkan Kerajaan Allah dengan penuh kuasa dan wibawa. Ia mengajar dan menyembuhkan banyak orang yang sakit. Semua orang di Galilea lebih mengenal Yesus orang Nazaret daripada Herodes Antipas yang memimpin daerah Galilea itu.

Herodes semakin galau bukan karena Yohanes yang sudah dipenggal kepalanya. Ia justru galau (perasaan kurang nyaman, gelisah dan bingung) ketika menyaksikan banyak orang sakit menjadi sembuh, banyak setan dan roh jahat takluk ditangan Yesus. Petrus sendiri mewakili para murid berkata: “Semua orang mencari Yesus!” (Mrk 1:37). Nah, kecemasannya menjadi-jadi karena ada orang yang berkata bahwa Yohanes Pembaptis telah bangkit dari antara orang mati. Ada yang mengira bahwa Elia muncul kembali. Ada yang mengatakan seorang nabi zaman dahulu telah bangkit kembali. Saking penasarannya ia berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapakah gerangan Dia ini yang khabarnya melakukan hal-hal besar itu?” Dengan bertanya seperti ini, ia lalu berniat untuk bertemu dengan Yesus secara pribadi.

Herodes merasa galau karena semua perbuatan dosa yang dilakukannya secara pribadi maupun bersama istrinya Herodias, dan terutama lagi membunuh Yohanes Pembaptis. Sayang sekali karena kita tidak mendapat gambaran pertobatan atau sekurang-kurangnya penyesalan Herodes Antipas. Gambaran diri Herodes mewakili gambaran banyak orang yang menyukai hidup dalam dosa. Orang berdosa suka mengklaim dirinya tidak memiliki satu dosa apa pun. Mereka merasa baik-baik saja, bebas dari dosa.

Meskipun galau tetapi Herodes juga masih memiliki rasa ingin berjumpa dengan Yesus. Ia memang tidak mengenal Yesus dari Nazaret secara pribadi. Hanya saja karena Yesus sangat terkenal maka ia ingin berjumpa denganNya. Herodes mungkin memiliki maksud-maksud tertentu, mungkin maksud baik atau maksud jahat terhadap Yesus. Ia merasa ada saingannya. Lebih dari itu Herodes memberi nilai positif kepada banyak orang yang tidak mengenal Yesus atau sudah mengenalNya supaya bisa bertemu, berbicara dan mengenalnya lebih dalam. Lihatlah nilai positif ini: orang kafir dan pendosa saja masih mau menyisihkan waktu untuk mencari, menemukan serta melayani Yesus. Sebaiknya kita malu kalau mengakui diri sebagai pengikut Kristus tetapi malas berdoa dan baca Kitab Suci.

Herodes Antipas memang galau tetapi ia memiliki hasrat yang tinggi untuk mau bertemu muka dengan Yesus. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mau bertemu dengan Yesus? Bacaan pertama dari kitab Pengkhotbah membantu kita untuk berfokus pada Tuhan dan berusaha untuk menghindari kelekatan pada harta duniawi karena semuanya adalah sia-sia. Penulis Kitab ini menulis: “Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia!” (Pkh 1:2).

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk keluar dari kegalauan iman. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply