Homili 5 November 2014 (Dari Injil untuk DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa XXXI
Flp 2:12-18
Mzm 27:1.4.13-14
Luk 14:25-33

Tiga Syarat Menjadi MuridNya

Fr. JohnPerikop Injil pada hari ini dimulai dengan kalimat ini: “Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.” (Luk 14:25). Benar, menurut Penginjil Lukas, Tuhan Yesus sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27). Sekarang mari kita bayangkan kisah perjalanan ini: Yesus sedang berjalan di depan dan dibelakangNya banyak orang berduyun-duyun mengikutiNya. Orang-orang yang mengikutiNya menuju ke Yerusalem ini tentu memiliki harapan tertentu. Ada yang memiliki harapan secara politis supaya Yesus menjadi raja yang membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi. Ada yang memiliki harapan untuk mendengar Sabda dan memperoleh kesembuhan. Namun, para muridNya sendiri belum sempat berpikir tentang misi GuruNya ke Yerusalem padahal Yesus sudah memberitakan tentang paskahNya, dalam hal ini Ia menderita sampai wafat dan bangkit pada hari ketiga.

Yesus melihat banyak orang yang berduyun-duyun mengkutiNya maka Ia menggunakan kesempatan emas ini untuk mengajar mereka dengan memberikan tiga syarat supaya menjadi muridNya yang baik, karena di luar ketiga syarat ini maka mereka tidak bisa menjadi muridNya:

Pertama, Keberanian untuk lepas dari ikatan kekeluargaan. Ia berkata, “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:26). Tentu saja Yesus tidak bermaksud menghapus perintah Allah yang ke-4 yakni hormatilah ayah dan ibumu, tetapi di sini Yesus menekankan pentingnya seorang murid memiliki komitmen untuk mengikutiNya dengan sepenuh hati bukan setengah hati. Pengikut yang sepenuh hati itu tidak akan memperhatikan ikatan manusiawi seperti kekerabatan sampai pada tingkat yang lebih tinggi yakni kehilangan nyawa demi Yesus Kristus. Jadi relasi kekerabatan itu tetap ada tetapi janganlah itu menjadi utama sehingga menghalangi relasi ilahi dengan Tuhan dan KerajaanNya.

Kedua, Keberanian untuk serupa dengan Yesus tersalib. Ia berkata, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:27). Perkataan ini sudah diungkapkan Yesus sebelumnya: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.” (Luk 9:23).

Ketiga, Keberanian untuk memiliki sikap lepas bebas terhadap harta duniawi. Ia berkata, “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:33). Untuk menjadi muridNya, Yesus menghendaki supaya orang memiliki sikap lepas bebas terhadap harta yang fana di dunia. Yesus sudah mengetahui titik kelemahan para muridNya karena di mana hartanya berada, hati mereka juga ada di sana (Mat 6:21).

Saya teringat pada Lee Champ. Dalam tulisannya “Mere Discipleship: Radical Christianity in a Rebelious World” menulis begini: “Yesus dari Nazareth selalu datang dan bertanya kepada para muridNya untuk mengikutiNya, bukan hanya “menerimaNya” bukan hanya “percaya kepadaNya” bukan hanya “menyembahNya” tetapi “mengikutiNya dari dekat!” Mengikuti Yesus dari dekat sebagai murid berarti apa yang dihayati Yesus itu juga yang harus kita hayati di dalam hidup ini.

Bagi kita saat ini, ketiga syarat untuk menjadi muridNya masih tetap aktual dan menantang. Banyak orang tidak berani melayani Yesus di dalam pelayanan-pelayanan Gereja karena tidak diijinkan oleh keluarga: anak tidak diijinkan orang tua, suami dan istri tidak saling mengijinkan. Tidak cukup melayani Tuhan Yesus di dalam Gereja dengan memberi sumbangan materil tetapi melayani dengan kehadiran untuk membentuk sifat Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Murid yang setia memikul salib seperti Yesus sendiri demi kebahagiaan dan keselamatan sesama. Jangan mengeluh kalau salibmu berat karena salib Yesus lebih berat dari yang anda pikul sekarang. Murid yang setia tidak terikat pada harta duniawi. Tetapi masih banyak orang yang membenarkan dirinya untuk tetap bekerja mencari uang sehingga tidak ada waktu untuk Tuhan. Hidup sebagai pengikut Kristus berarti apa yang dihayati dan dikehendaki Yesus haruslah kita ikuti dengan sepenuh hati. Inilah makna terdalam mengikuti Yesus secara radikal.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bisa mengutamakan Engkau di dalam hidup, rela memikul salib dan memiliki sikap lepas bebas dari harta yang bisa membelenggu kehidupan kami sehingga tidak bisa berjumpa denganMu. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply