Homili 7 November 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XXXI
Flp 3:17-4:1
Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5
Luk 16:1-8

Berdirilah dengan teguh dalam Tuhan

Fr. JohnAda seorang sahabat yang pernah mengisahkan sejarah panggilannya sebagai pastor. Ia mengatakan bahwa pengalaman awal yang mengesankannya adalah ketika hendak masuk ke seminari menengah, orang tuanya selalu memberi aneka nasihat supaya ia rajin berdoa dan bekerja, berlaku baik dan jujur, menghormati para pembina dan teman-temannya. Mulanya ia merasa bahwa nasihat itu hanya sekedar nasihat saja. Tetapi lama kelamaan ia merasa bahwa orang tuanya benar ketika memberi nasihat-nasihat itu dan merasa sangat berguna bagi kehidupannya. Ia yakin bahwa Tuhan berbicara di dalam hidup mereka sebagai orang tua kepada anak-anaknya. Seorang anak muda juga mengalami hal yang sama. Tetapi ia mengatakan bahwa nasihat para orang tua akan lebih dirasakan bukan hanya dengan suara atau kata-kata tetapi juga dengan teladan hidup mereka yang baik. Artinya, teladan hidup yang baik lebih berbicara banyak dari pada kata-kata yang keluar dari mulut. Faktor keteladanan yang baik menjadi sebuah harapan bagi anak-anak dan orang muda pada umumnya di dalam keluarga-keluarga Kristiani masa kini.

Pada hari ini kita mendengar dalam bacaan pertama, St. Paulus memberi nasihat dengan kata-kata dan teladan hidupnya kepada umat di Filipi. Ia berkata: “Ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.” (Flp 3:17). Paulus mengingatkan jemaat untuk melihat teladan hidupnya dan orang-orang lain yang bertugas sebagai pelayan jemaat. Mereka adalah pilihan Allah yang bertugas untuk melayani Tuhan dan InjilNya. Tentu saja para pelayan Tuhan memiliki tanggung jawab moral bagi jemaat. Mengapa Paulus menasihati jemaat untuk mengikuti teladan mereka? Karena pada saat itu banyak orang juga hidupnya bertentangan dengan Kristus.Paulus menyebutnya seteru salib Kristus.

Menurut Paulus, bagi orang-orang yang hidupnya menjadi seteru salib Kristus, kesudahan mereka adalah kebinasaan. Tuhan mereka adalah perut. Kemuliaan mereka adalah aib mereka. Pikiran mereka hanya tertuju kepada perkara duniawi. Semua hal ini dicatat Paulus sebagai seteru salib karena salib adalah tanda kasih. Memandang salib berarti memandang kasih yang kekal sebab Dia yang tersalib tidak akan berhenti mengasihi. Paulus juga menasihati supaya kita sadar diri sebagai warga sorga yang menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Dialah keselamatan kita. Dia akan mengubah tubuh kita yang fana sehingga menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia. Untuk itu Paulus mengharapkan supaya jemaat selalu berdiri dengan teguh dalam Tuhan. Jemaat menjadi sukacita dan mahkota dari Paulus.

Nasihat-nasihat St. Paulus masih aktual bagi Gereja. Gereja membutuhkan gembala-gembala yang bertugas untuk mengajar dan membimbing. Gereja membutuhkan gembala-gembala yang melayani Tuhan dengan sukacita. Gereja membutuhkan gembala-gembala yang melayani domba-domba dengan sukacita yang sama.Seturut nasihat Paulus ini maka para gembala dituntut untuk menunjukkan teladan yang baik dan membawa banyak orang untuk mengenal dan bersahabat dengan Kristus. Hal ini memang lebih susah karena ada kecendrungan untuk membawa orang kepada dirinya sendiri bukan kepada Tuhan.

Para gembala dan jemaat perlu berlaku jujur dalam melayani Tuhan. Di dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memberi perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur. Ia bercerita begini: ada seorang bendahara yang mengabdi kepada seorang kaya. Bendahara itu dituduh telah menghamburkan miliknya. Orang kaya itu memanggil bendahara itu dan meminta pertanggungjawabannya. Orang kaya itu sudah tidak menerimanya lagi sebagai bendaharanya. Bendahara itu licik maka ia mencari jalan untuk membangun persahabatan duniawi dengan membuat surat hutang palsu. Tujuannya supaya ketika dia dipecat, ia masih mempunyai sahabat-sahabat yang membantunya. Orang kaya itu memuji sang bendahara yang tidak jujur itu karena tindakannya cerdik. Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.

Banyak orang yang tidak berdiri dengan teguh di hadirat Tuhan karena senang menikmati hidup dalam kegelapan: pikiran mereka hanya tertuju kepada perkara duniawi. Mereka hanya mencari uang dan kadang bisa menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya dengan berlaku tidak jujur. Korupsi selalu menjadi senjata yang mematikan banyak orang. Para pejabat dan kloni-kloninya sudah tidak punya rasa malu ketika mencuri uang rakyat kecil. Mereka bangga dan tertawa di atas penderitaan rakyat kecil. Hal yang kita cari bukan kelicikan yang menjerumuskan kita ke dalam dosa, tetapi kelicikan untuk membangun persahabatn yang menyelamatkan.

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya dapat hidup teguh di hadirat mu. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply