Homili 8 November 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XXXI
Flp 4:10-19
Mzm 112:1-2.5-6.8a.9
Luk 16:9-15

Tuhanlah yang memberi kekuatan

Fr. JohnSt. Paulus adalah rasul sejati yang mengenang kembali pelayanannya di antara jemaat di Filipi. Ia menyadarkan mereka untuk berdiri teguh di hadirat Tuhan dan bahwa Tuhan Yesus sendiri akan mengubah tubuh mereka yang fana menjadi tubuh yang mulia menyerupai tubuhNya sendiri ketika bangkit dari kematian. Ungkapan hati Paulus ini menunjukkan kedekatannya sebagai rasul dengan mereka yang dilayaniNya. Dia adalah gembala baik yang mengenal domba-dombanya di Filipi. Semangat kerasulan St.Paulus inilah yang harus kita ikuti di dalam hidup setiap hari. Artinya dalam situasi apa pun, kita harus tetap hidup sebagai murid-murid Tuhan yang setia dalam perkara kecil dan perkara besar.

Pada hari ini kita mendengar ucapan terima kasih dari Paulus kepada jemaat di Filipi atas segala pemberian kepadanya. Mula-mula ia bersyukur kepada Tuhan karena kebaikan Tuhan di dalam diri jemaat di Filipi. Alasan sukacitanya adalah karena pikiran dan perasaan jemaat Filipi bertumbuh kembali di dalam dirinya. Ini adalah sebuah kenangan indah Paulus bersama jemaat. Banyak bantuan dilakukan jemaat kepadanya. Kini Paulus mengakui bahwa ia bisa berusaha untuk mencukupi kebutuhannya sendiri setiap hari. Ia memang merasakan kelimpahan dan kekurangan. Banyak perkara dialaminya tetapi semua itu tidak membuatnya kecewa dan menjauhkan dirinya dari jemaat dan dari Tuhan sendiri. Ia berani mengakui: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13).

Paulus juga memuji jemaat di Filipi karena perasaan empati yang mereka miliki terhadapnya. Ia merasa bahwa jemaat di Filipi berada dekat dengannya karena mereka ikut mengambil bagian dalam kesusahan yang dirasakannya. Ia tetap meyakinkan mereka bahwa Allah yang mahabaik akan memenuhi segala keperluan mereka menurut kekayaan kemuliaanNya di dalam diri Yesus Kristus.

Pengalaman Paulus adalah pengalaman seorang rasul yang melayani dan berkarya bukan atas nama dirinya tetapi berkarya atas nama Tuhan. Tuhan Yesus sendiri pernah berkata kepada para rasulNya: “Seorang pekerja patut mendapat upahNya.” ( Mat 10: 10). Ini berarti para rasul pasti mendapat jaminan hidup kekal dari Tuhan. Paulus merasakan perkataan Yesus dengan menderita di penjara tetapi berkat berlimpah dari surga tetap dirasakannya. Seorang rasul yang baik akan bertahan dalam penderitaan ketika mewartakann Injil.

Paulus juga contoh seorang misionaris sejati. Ia masuk di dalam kehidupan jemaat dan mengubah mereka dari dalam hati mereka. Ia mengapresiasi semua karya pelayanan jemaat kepadanya. Sikap Paulus ini banyak kali dilupakan oleh para gembala umat masa kini. Kadang-kadang umat mengeluh karena pastornya jarang mengapresiasi pelayanan mereka. Mengapresiasi sebuah pelayanan atau sebuah perbuatan baik itu sangatlah berguna bagi orang untuk bertumbuh dan menjadi matang dalam hidupnya. Sulitnya mengapresiasi suatu perbuatan kasih juga dirasakan oleh keluarga-keluarga. Berapa suami yang mengapresiasi istrinya karena makanan yang dimasak itu enak, pakaiannya rapih dan rumah selalu bersih. Mungkin para suamu mengatakan itu sudah menjadi tugas istri. Kita belajar dari Paulus yang berani mengapresiasi, berani memuji dan mendukung jemaat untuk bertumbuh secara rohani.

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengingatkan kita semua untuk bijaksana dalam membangun persahabatan karena yang terpenting adalah persahabatan untuk menuju kepada kehidupan kekal dari pada persahabatan yang menghancurkan hidup. Mengapa Yesus mengingatkan para pengikutNya seperti ini? Karena Ia tahu bahwa hati para pengikutNya lebih kuat dan melekat pada harta duniawi atau pada mamon. Sebenarnya kalau mamon itu digunakan dengan bijaksana maka tidak menjadi masalah, tetapi ketika mamon itu menguasai dan memperbudak manusia maka ini menjadi kesempatan untuk menjauhkan manusia dari Tuhan dan sesama.

Apa yang mau diharapkan Tuhan dari pihak manusia? Manusia haruslah belajar untuk menjadi setia mulai dari hal-hal kecil kepada hal-hal yang besar. Orang yang setia dalam hal-hal yang kecil, akan setia dalam hal-hal yang besar juga. Sikap yang harus dibangun adalah kesetiaan dan kejujuran di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus pada akhirnya berkata: “Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” (Luk 16:15).

Perikop Injil hari ini memang menarik perhatian kita, Ketulusan dan kejujuran dalam menggunakan harta duniawi itu kita tunjukkanngan kemampuan untuk berbagi dengan sesama yang miskin dan sangat membutuhkan. Kemampuan seperti ini bisa membantu kita juga untuk tidak mengabdikan diri kepada harta duniawi atau mamon tetapi mengabdikan diri hanya untuk Tuhan saja. Tuhan adalah kekuatan bagi manusia maka yang terpenting adalah kemampuan untuk selalu mengandalkan Tuhan bukan mengadalkan diri sendiri.

Doa: Tuhan, kami memohon berkatMu supaya selalu setia kepadaMu bukan kepada harta duniawi yang bisa menghancurkan hidup kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply