Homili 11 November 2014

Hari Selasa, Pekan Biasa XXXII
St. Martinus dari Tours
Tit 2:1-8.11-14
Mzm 37:3-4.18.23.27.29
Luk 17:7-10

Jadilah Hamba Yang Setia

Fr. JohnKerajaan Allah adalah sebuah anugerah cuma-cuma dari Tuhan Allah bagi manusia, tetapi untuk mendapatkannya murid Tuhan itu harus melakuan tugas perutusannya dengan setia. Seorang murid mengabdi Tuhan Allah dan manusia. Sebelum ia boleh makan dan minum semeja dengan Tuhan di dalam kerajaan, ia sudah memiliki waktu yang lama untuk melengkapi pelayanannya. Tentu saja ada pengalaman keras, perasaan cemas dan lelah dalam melayani Tuhan. Dasar kehidupan bersama di dalam komunitas adalah Sabda Tuhan dan buah-buahnya yang dihasilkan dalam hidup konkret.

Pada hari ini Tuhan Yesus memberikan perumpamaan yang berlawaan dengan mentalitas meritocratis ala Farisi. Ia mengisahkan tentang seorang hamba yang bekerja membajak sawah dan menggembalakan ternak. Ketika kembali dari ladang, ia tidak langsung memintanya untuk duduk semeja dan makan bersama. Hamba itu justru harus menyediakan makanan untuk tuannya itu dan melayaninya. Setelah tuan itu selesai makan barulah giliran sang hamba. Satu hal yang penting di sini adalah hamba itu setia bekerja dan melayani sampai tuntas.

Nah, kritik sosial yang diangkat Yesus dalam perumpamaan ini adalah bahwa kesetiaan kepada hukum Taurat dan kebiasaan melakukan pekerjaan-pekerjaan amal kasih belumlah menjadi jaminan bahwa Tuhan akan mengganjarinya dengan menganugerahkan kehidupan kekal kepada manusia. dari perumpamaan Yesus kita medapat gambaran bahwa seorang murid yang melayani Tuhan dan sesama tidaklah harus membuat perhitungan untung dan rugi. Ia melayani Tuhan dan sesama tanpa pamrih dan berprinsip: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10). Seorang murid Tuhan berlaku seperti seorang yang tidak dikenal, seorang hamba sahaja yang selalu siap melayani tuannya.

Tentu saja Tuhan Yesus tidak bermaksud untuk meniadakan semangat dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan baik untuk memperoleh kehidupan kekal (Mat 5:16). Sebagai abdi Tuhan, hamba itu menerima anugerah hidup kekal secara cuma-cuma dari Tuhan bukan karena ia telah berjasa ini dan itu. Nah, pikiran manusia sering dikuasai oleh hal-hal semacam ini. Banyak orang berpikir bahwa melayani Gereja, menyumbang dana bagi gereja adalah jaminan mutlak untuk masuk surga. Ini sebuah kekeliruan. Tuhan menganugerahkan hidup kekal kepada manusia sesuai kehendakNya bukan berdasarkan kuat dan hebatnya anda atau jasa yang anda berikan kepada Gereja.

St. Paulus menyurati Titus dan menyampaikan kepadanya berbagai kewajiban orang tua, pemuda dan para hamba:

Pertama, para orang tua. Kepada laki-laki tua: hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Kepada perempuan tua: hidup sebagai orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik.

Kedua, perempuan muda belajar dari perempuan tua untuk mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana, suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati, taat kepada suami supaya Firman Tuhan jangan dihujat orang.

Ketiga, kaum muda: menguasai diri dalam segala hal, menjadi teladan untuk berbuat baik, jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaran, sehat, tidak bercela dalam pemberitaan.

Keempat, para hamba supaya mentaati tuannya, jangan membantah, jangan curang. Sikap yang harus mereka miliki adalah selalu tulus dan setia.

Sabda Tuhan pada hari ini mendorong kita untuk memahami makna melayani dengan tulus ikhlas. Pertama-tama kesadaran kita untuk melayani Tuhan dan sesama diperteguh. Perumpamaan Yesus dalam Injil hari ini membantu kita untuk tidak membuat perhitungan untung dan rugi dengan Tuhan. Kita haruslah sadar diri bahwa kita adalah hamba yang mengabdi. Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani )Mat 20:28). Melayani Tuhan dan sesama adalah tindakan bebas manusia. Tidak ada paksaan apapun, sifatnya sukarela. Cinta kasih sejati kepada Tuhan itu rela berkorban, murah hati dan tidak mengingat diri.

Kita juga disadarkan bahwa kasih Allah itu mendorong kita untuk mengasihi dengan memberi diri penuh sukacita. Allah adalah kasih maka semua hal baik yang kita lakukan, sebagai orang tua dan orang muda bertujuan untuk memuliakan Tuhan. Kita adalah hamba dari para hamba yang melayani Tuhan dengan sukacita.

St. Martinus dari Tours yang hari ini kita rayakan pestanya menginspirasikan kita untuk menjadi hamba yang setia. Ia rela berbagi dengan Yesus mantel yang meindungi tubuhNya, mantel yang menunjukkan kuasanya. Ia memang membutuhkan mantel itu tetapi mengasihi sesama merupakan panggilannya yang luhur dari Tuhan. Hal yang menakjubkan kita adalah ia berbagi dengan Tuhan Yesus yang kedinginan dalam diri kaum papa miskin. Kita semua adalah pelayan!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bisa mengabdi dengan sukacita. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply