Homili 12 November 2014 (Dari Injil untuk DFJ)

Hari Rabu, Pekan Biasa XXXII
PW St. Yosafat. Uskup dan Martir
Tit 3:1-7
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Luk 17:11-19

Belajar Memasuki Zona Syukur

Fr. JohnSaya pernah mendampingi sebuah lingkungan dalam acara rekoleksi bersama. Rekoleksi ini disiapkan dengan baik oleh panitia, ada refleksi bersama, ada permainan-permainan dengan nilai edukasi yang bertujuan mempererat persekutuan dalam lingkungan. Ketika memasuki sesi terakhir rekoleksi itu, para peserta diajak masuk ke dalam sebuah ruangan istimewa. Di depan pintu masuk ruangan itu dipasang sebuah tulisan berbunyi: “Anda sedang memasuki Zona Syukur”. Ketika memasuki ruangan itu semua peserta ditanya oleh pemandu: “Apakah anda sudah bersyukur?” Hampir semuanya hanya tersenyum sehingga ia berkata: “Mari belajar bersyukur.” Mereka melihat ruangan itu penuh dengan kutipan kata-kata indah dari Alkitab dan dari para tokoh terkenal dan inspiratif.

Saya sendiri memperhatikan sebuah kutipan dari Gerald Good berbunyi: “Bila anda ingin mengubah hidupmu, cobalah mengubahnya dengan rasa syukur. Rasa syukur itu akan mengubah hidupmu dengan cara yang luar biasa.” Ada juga kutipan lain dari Brian Tracy, ia pernah berkata: “Tumbuhkanlah sikap bersyukur dan berterimakasihlah untuk segala sesuatu yang anda alami, ketahuilah bahwa setiap langkah maju adalah langkah untuk menerima sesuatu yang lebih agung dan melebihi keadaanmu sekarang ini.”

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Yesus dalam Injil. Ia selalu bergerak: “Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem.” Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea” Secara topografis, Yesus menempuh perjalanan yang cukup panjang. Ia bersama para muridNya melewati daerah perbatasan Samaria yang bagi orang Yahudi merupakan daerah orang kafir. Ada satu tujuan Yesus di sini yakni menyelamatkan semua orang.

Nah, injil hari ini tentang penyembuhan sepuluh orang kusta. Kisah ini sangat menarik karena menggambarkan seorang Allah yang mengasihi dan menyelamatkan semua orang. Di pihak manusia dibutuhkan iman yang matang untuk memperoleh keselamatan. Penyakit lepra atau kusta merupakan sebuah penyakit kulit yang bagi orang Yahudi adalah najis. Orang-orang yang mengalami penyakit ini harus hidup menyendiri, apabila mereka berjalan di jalan umum, mereka harus mengenakan pakaian compang camping, rambutnya tidak disisir dan berteriak dengan suara lantang: “Saya kusta”. Orang-orang akan menghindarinya karena dianggap najis. Hal ini memang sesuai dengan maksud Tuhan di dalam Im 13:19-17. 45-46).

Ada sepuluh orang kusta yang berteriak kepada Yesus: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus mendengar namaNya dipanggil dan memandang mereka sambil berkata: “Pergilah perlihatkanlah dirimu kepada imam.” Mengapa mereka harus menunjukkan diri kepada imam? Imam berkuasa meyakinkan jemaat bahwa penderita kusta sudah sembuh total, tidak najis lagi, boleh masuk dan bergabung dengan jemaat. Dalam perjalanan ke tempat para imam itu mereka meniadi sembuh. Ada sembilan orang Yahudi yang konsisten untuk tetap pergi ke rumah imam sesuai perintah Yesus, hanya satu yang beriman sehingga kembali untuk memuliakan Allah di hadapan Yesus. Dia seorang Samaria, orang asing. Lihatlah bahwa ada kawan menjadi lawan dan hanya ada satu yakni orang asing, orang Samaria yang datang kepada Yesus untuk berterima kasih. Yesus melihat modal dari orang Samaria ini yakni baik hati. Kebaikan hati memang dapat mengubah hidup banyak orang.

Mari kita belajar masuk ke zona syukur! Banyak kali kita hanya menjadi bagian dari “the nine” (sembilan orang) yang tidak kembali kepada Tuhan untuk bersyukur dan berterima kasih karena merasa bahwa aliran ramat Tuhan itu tidak akan berhenti: anugerah kehidupan, hari baru, pekerjaan, permainan, keluarga dan sahabat. Itu tanda bahwa kita belum beriman. Andaikan kita sungguh beriman maka kita akan datang dan sujud menyembah serta bersyukur kepada Tuhan.

Mari mendekatlah ke zona syukur! Banyak di antara kita juga masuk dalam kelompok “the nine” karena selalu mencari alasan supaya tidak datang ke gereja untuk bersyukur dalam Ekaristi bersama. Tuhan memberikan kita banyak waktu tetapi untuk datang ke Gereja, tinggal bersamaNya selama 1.5 jam kebaktian itu sulit. Mengapa bisa demikian? Karena belum beriman! Let us change!

Doa: Tuhan, bantulah kami supaya bisa menumbuhkan rasa syukur di dalam hidup kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply