Food For Thought: “Tuhan saja menangis”

Tuhan saja menangisi dosamu!

P. John SDBKisah Yesus menangisi kota Yerusalem mengingatkan kita bahwa memang Yerusalem, kota damai atau Al Quds (kota Allah yang Kudus) tetapi nyatanya dari dulu hingga sekarang belum mencapai kedamaian. Ada sebuah kejadian pada akhir Oktober 2014 yang lalu, di mana Moataz Hejazi seorang mantan napi Palestina ditembak mati oleh tentara Israel karena ia coba membunuh Yehuda Glick. Dua hal yang tidak berimbang, satunya hanya mencoba membunuh, yang satunya benar-benar dibunuh. Kita tentu prihatin dengan kejadian seperti ini. Sebenarnya Tuhan Yesus sudah tahu tentang kota damai dan hal yang akan terjadi di masa depannya. Ia menangisi kota Yerusalem di atas bukit Zaitun (Dominus Flevit) karena ketika memasukinya memang Ia diterima dengan meriah, dengan teriakan: “Hosanna sang Raja” tetapi teriakan itu akan berubah menjadi sebuah seruan dramatis: “Salibkanlah Dia!”

Tuhan Yesus menangis karena kedegilan hati manusia. Saya pernah melihat orang tua tertentu yang menangis karena kerasnya hati anak-anaknya. Orang tua tetaplah orang tua dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Hal ini sering tidak disadari oleh anak-anak. Nah, ada anak-anak yang mudah melupakan kebaikan orang tuanya. Mari memeriksa bathin: Apakah anda pernah membayangkan, merasakan secara rohani suka dan duka ibumu yang mengandungmu selama sembilan bulan lebih? Apakah anda pernah membayangkan situasi ayahmu yang harus menanggung rasa malu ketika di tempat umum anda membuang kotoranmu yang bau? Hanya orang tua yang menyimpan semua perkara di dalam hatinya. Nah, mengapa anda masih membuat orang tuamu menangis? Apakah anda pernah merasa berdosa karena membuat mereka menangis?

Tuhan saja menangisi dosa-dosamu tetapi anda sendiri tidak pernah serius menangisi dosamu! Setiap kali anda mengaku dosa, anda termasuk salah seorang yang cepat menangis di hadapan bapak pengakuan, tetapi ketika keluar dari tempat pengakuan, air matamu kering dan anda kembali seperti ada pada permulaan, sekarang, selalu dan selamanya. Anda mengulangi dosa-dosamu yang sama. Sekarang cobalah menangisi kembali dosa-dosamu di hadapan Tuhan dan bermetanoialah! Haruslah kita merasa malu karena Tuhan menangisi dosa kita.

P.John SDB

Leave a Reply

Leave a Reply