Homili Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam/A

Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam
Yeh 34: 11-12.15-17
Mzm 23: 1-2a.2b-3.5-6
1Kor 15:20-26.28
Mat 25:31-46

Tuhan Gembala dan Rajaku

Fr. JohnPada suatu akhir tahun 1997, kami pernah melakukan perjalanan ke daerah Nazareth, Israel. Pada saat itu saya menemukan sebuah tulisan yang inspiratif di dinding sebuah rumah yakni: יהוה רֹעִי (Adonai ro’i artinya Tuhan adalah gembalaku). Maklumi pada saat itu baru mulai belajar bahasa Yahudi sehingga ketika melihat tulisan tertentu, pasti ada usaha untuk mencari tahu maknanya. יהוה רֹעִי adalah doa Daud di hadirat Tuhan: “Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku” (Mzm 23:1). Tuhan itu laksana gembala yang membaringkan domba-dombanya di padang berumput hijau, membimbing ke air yang tenang dan menuntun ke jalan yang benar. (Mzm 23:1-3). Ia selalu menyertai umatNya.

Figur seorang gembala dan semangat kepemimpinannya memang sangat kuat dalam tradisi Yahudi. Dari doa Daud, kita bisa memahami relasi persahabatan antara Tuhan dan umatNya laksana gembala dan domba-dombanya. Gembala menjadi pemimpin, memiliki kuasa tertentu terhadap domba-dombanya. Tuhan juga dipikirkan seperti seorang gembala yang memimpin umat kesayangannya. Ketika memberkati Yusuf, Yakub mengulurkan tangan sambil berkata: “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang ini” (Kej 48:15). Allah bagi Yakub adalah seorang gembala yang membimbingnya.

Melalui nabi Yehezkiel, Tuhan menunjukkan diriNya sebagai seorang gembala yang baik. Sebagai gembala yang baik, Dia sendirilah yang akan memperhatikan domba-dombaNya dan akan mencari dan menyelamatkan yang tercerai berai dari kawanannya dalam segala situasi hidup mereka (Yeh 34: 11-12). Tuhan juga menegaskan diriNya sebagai gembala atas domba-domba, membiarkan mereka berbaring, mencari yang hilang, membawa kembali yang tersesat, menyembuhkan yang terluka, menguatkan yang sakit, melindungi yang gemuk dan kuat. Ia menjadi gembala bagi domba sesuai keadaan mereka yang sebenarnya. Tuhan juga menjadi hakim di antara mereka, di antara domba jantan dan kambing jantan.

Gambaran Allah sebagai gembala baik kita temukan di dalam diri Yesus Kristus sang Raja semesta alam. Dia dari awal hidupNya lahir di dalam kandang hewan dan bersahabat dengan para gembala (Luk 2:8.15.18.20) maka sifat kegembalaan sangat melekat di dalam diriNya. Dalam menghadirkan Kerajaan Allah, Yesus menunjukkan diriNya sebagai gembala baik yang mudah tergerak hati oleh belas kasihan (Mat 9:36; Mrk 6:34), yang mencari domba tersesat dan menyelamatkannya (Mat 18:12), yang bertugas memisahkan domba dan kambing (Mat 25:32), Dia mengakui diriNya sebagai gembala yang baik (Yoh 10:11.14). Tuhan Yesus adalah raja semesta alam dengan hati sebagai gembala yang baik, yang menaruh kasih sayangNya kepada umat kesayanganNya.

Penginjil Matius menggambarkan Yesus sebagai Raja yang datang dalam kemuliaanNya. Dikatakannya bahwa dalam penghakiman terakhir, Tuhan Yesus datang dalam kemuliaanNya, semua malaikat bersama-sama dengan Dia dan Ia bersemayam di atas takhta kemuliaanNya (Mat 25:31). Apa yang akan terjadi saat itu? Ia akan mengumpulkan semua bangsa di hadapanNya, memisahkan mereka seorang dari pada seorang. Hal seperti ini menunjukkan sikap seorang pemimpin dengan yang dipimpinnya, raja dengan masyarakat, gembala dengan domba-dombanya. Hanya saja sebagai raja yang mulia dan gembala yang baik, Ia sangat teliti dan mampu membedakan mana kambing dan mana dombanya.

Usaha membedakan kambing dan domba tergantung pada posisi di mana mereka berada. Kambing di sebelah kiri dan domba di sebelah kanan sangat tergantung pada perilaku hidup mereka di dunia ini. Artinya, sangat tergantung pada perbuatan kasih yang dilakukan selama hidup di dunia ini. Tuhan Yesus raja semesta alam akan mengadili manusia bukan berdasarkan berapa perbuatan dosanya melainkan berdasarkan perbuatan kasih yang bisa dilakukan untuk orang-orang kecil dan hina. Dengan kata lain, sikap emphaty atau bela rasa dengan kaum kecil membuka peluang untuk mudah masuk ke dalam Kerajaan Surga. Mengapa demikian? Semuanya karena kasih. Allah sendiri adalah kasih! Semua perbuatan melawan kasih selalu ada ganjarannya.

Tuhan Yesus sebagai Raja semesta alam memerintah dengan kuasa ilahiNya. Dia sendiri telah menderita, wafat di kayu salib dan bangkit dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari antara mereka yang meninggal dunia. Paulus mengharapkan supaya setiap orang juga memelihara persekutuannya dengan Kristus yang bangkit. Persekutuan itu berdasarkan kepemilikan dari Yesus. Artinya, orang itu layak menjadi milik Yesus. Yesus raja semesta alam akan menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Ia sendiri harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh di bawah kakiNya dan bahwa musuh yang terakhir adalah maut (1Kor 15:24-26). Paulus juga menegaskan: “Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.” (1Kor 15:28).

Sabda Tuhan pada hari Raya Yesus Kristus Raja semesta alam ini mengarahkan seluruh totalitas hidup kita kepada Tuhan Allah Bapa di Surga melalui Yesus PuteraNya dalam persekutuan dengan Roh KudusNya. Dia adalah Pencipta yang telah menyerahkan segalanya kepada Yesus PuteraNya. Kita juga diserahkan Bapa ke dalam tanganNya untuk merasakan penebusan yang berlimpah. Kita perlu menyatakan syukur kita kepada Allah seperti ini yang tidak habis-habisnya mengasihi kita. Allah yang menyertai kita dengan hati sebagai gembala baik, hati yang penuh belas kasih.

Raja yang baik memimpin dengan hati yang bersih dan baik. Apa yang harus kita lakukan terhadap pemimpin-pemimpin kita? Penulis surat kepada umat Ibrani menulis: “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang bertanggung jawab atasnya.” (Ibr 13:17). Dalam masyarakat yang sudah terpecah-pecah dengan istilah koalisi-koalisi, membawa kita kepada keadaan yang paling ekstrim yakni melupakan segalanya. Hati nurani sudah tidak berfungsi, mati total! Koalisi-koalisi telah menghancurkan tatanan masyarakat yang tadinya bersatu dan bersaudara kini menjadi benih kebencian yang luar biasa. Saya merasa sedih membaca komentar-komentar terhadap berita tertentu dalam media online. Mari kita bertobat dan kembali kepada Tuhan, raja kita.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk melayani kaum papa dan miskin sebagai tanda kami melayani Engkau sendiri. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply