Homili 13 Januari 2015

Hari Selasa, Pekan Biasa I
Ibr. 2:5-12
Mzm. 8:2a,5,6-7, 8-9
Mrk. 1:21b-28

Nama Tuhan Sungguh Mulia!

Fr. JohnSaya sering melihat kebiasaan orang-orang tertentu yang menyebut nama Tuhan tanpa ada rasa hormat. Misalnya ketika hendak berbohong, orang biasa berkata: “Demi nama Tuhan saya tidak berbohong” sambil membuat tanda salib.” Dosanya berganda karena menyebut nama Tuhan tidak dengan hormat dan berbohong. Orang itu menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan dirinya serta menyembunyikan diri dari realitas hidup yang sebenarnya. Kita mengingat sebuah kisah Musa di dalam Kitab Keluaran ketika berjumpa dengan Tuhan dalam rupa belukar yang menyala (Kel 3: 1-22). Musa merasa heran dan ingin mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya sehingga belukar menyala tanpa dimakan api. Ketika mendekat belukar itu, Tuhan mengingatkan Musa untuk melepaskan sandalnya karena tempat di mana ia berdiri adalah tempat kudus. Tuhan bahkan memperkenalkan diriNya sebagai Allah nenek moyangnya: “Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” (Kel 3: 6). Setelah memperkenalkan diriNya, Ia menyampaikan tugas perutusan kepada Musa untuk memimpin umat Israel keluar dari Tanah Mesir.

Hal yang menghantui pikiran Musa adalah bagaimana meyakinkan Firaun dan umat Israel. Siapa yang berkuasa untuk mengutus Musa? Tuhan memperkenalkan diriNya: “Aku adalah Aku” (Kel 3:14). Nama Tuhan Allah adalah kudus adanya sehingga tidak bisa diucapkan oleh manusia secara harafiah. Orang Yahudi menulisnya: יהוה, ditranskrip YHWH (dibaca Elohim). Selanjutnya kita menemukan banyak nama yang dikenakan berdasarkan perbuatan kasih Tuhan bagi manusia. Inilah beberapa nama Tuhan yang dimaksud: Ayeh Asher Ayeh (AKU adalah AKU); Yahweh Jireh (Tuhan akan mencukupi); Yahweh Mekaddishkem (Tuhan yang menyucikan); Yahweh Nissi (Tuhan adalah Panjiku); Yahweh Rapha (Tuhan yang menyembuhkan); Yahweh Sebaoth (Tuhan Bala Tentara), Yahweh Shalom (Tuhan sumber damai); Yahweh Shammah (Tuhan hadir); Yahweh Tsidkenu (Tuhan keselamatan kita).

Nama Tuhan adalah kudus sehingga manusia harus menghormatinya. Di dalam Kitab Taurat Musa dikatakan: “Janganlah menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang salah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan.” (Kel 20:7; Ul 5:11). Nama Tuhan itu kudus karena langsung berhubungan dengan Pribadi Tuhan sendiri. Hendaklah nama Tuhan itu mulia di seluruh bumi.

Kita mengawali perayaan Ekaristi hari ini dengan sebuah antiphon pembuka yang bagus: “Tuhan Allah kami, betapa mulia namaMu di seluruh bumi! Apakah manusia itu sehingga Kauperhatikan? Siapakah dia sehingga Kaupelihara?” (Mzm 8: 2a.5). Mazmur Tanggapan hari ini diambil dari Kitab Mazmur 8 yang mau mengatakan bahwa manusia hina sebagai makhluk mulia. Manusia hina karena jatuh dalam dosa tetapi menjadi mulia karena jasa Yesus Kristus yang menebus dengan Tubuh dan darah yang mahal. Daud berdoa: “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.” (Mzm 8: 2). Tuhan membuka pikiran kita bahwa sebagai orang berdosa sekali pun, Ia tetap mengasihi kita apa adanya. Tuhan sendirilah yang meletakkan dasar kekuatan di dalam mulut bayi dan anak-anak untuk melawan dan membungkam para musuh.

Manusia sekali pun memiliki kelemahan dan jatuh dalam dosa tetapi Tuhan tetap memihaknya. Tuhan masih memberikan kemuliaan kepadanya. Daud menyadari hidupnya juga demikian. Ia juga berkali-kali jatuh dalam dosa tetapi Tuhan tetap mendekati dan menyadarkannya untuk bertobat. Ia menjadi manusia mulia di mata Tuhan. Oleh karena itu ia berdoa supaya manusia tetap memiliki kemuliaan dari Tuhan: “Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Kauberi dia kuasa atas buatan tanganMu dan segala-galanya Kautundukkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-6).

Mazmur Tanggapan pada hari ini sangat menguatkan kita semua. Dengan membaca dan merenungkan Mazmur ini, iman kita semakin diteguhkan karena kita semua berharga di mata Tuhan. Penulis kepada umat Ibrani merasa terinspirasi dari Mazmur Tanggapan hari ini, sifatnya menguatkan kita semua supaya menyadari kemuliaan diri kita sebagai anak-anak Allah di hadiratNya. Perhatikan kutipan ini: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya.” (Ibr 2:6-8).

Sebetulnya fokus pikiran kita diarahkan pada Tuhan Yesus sendiri. Dialah yang menebus kita dengan menderita dan wafat di kayu salib dalam masa pemerintahan Ponsius Pilatus. Yesus bagi Penulis kepada jemaat Ibrani: “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” (Ibr 2:9). Allah sendiri menjadikan segala sesuatu bagi diriNya dan mengatar banyak orang kepada kemuliaan.

Dalam bacaan Injil kita mendengar tentang ketakjuban banyak orang karena melihat Yesus hadir dan melakukan tanda-tanda heran serta mengajar dengan kuasa dan wibawa. Orang yang kerasukan roh jahat juga takluk. Inilah teriakan roh jahat kepada Yesus: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” (Mrk 1:24). Nama Yesus patut dimuliakan karena karya-karya Bapa menjadi sempurna di dalam diriNya. Apakah kita juga merasa takjub karena nama Yesus yang menyelamatkan umat manusia?

Konkretisasi Mazmur Tanggapan dalam hidup kristiani: Kita percaya bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. Dialah manusia sempurna yang taat kepada Bapa di Surga. Dia ada di tengah-tengah kita sebagai Imanuel. Kita merasakan kehadiranNya dan kedekatan bathin denganNya. NamaNya sungguh mulia dan tetap mulia selamanya. Pujilah nama Tuhan,Pujilah karyaNya!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply