Food For Thought: Di situ, kadang saya merasa sedih

Di situ, kadang saya merasa sedih

P. John SDBAda seorang Romo pernah membagi pengalamannya. Ia merasa bahwa liburannya di kampung halamannya tidak mengesankan sama sekali. Orang-orang sekampungnya tidak seperti dulu yang begitu ramah kepada para romo, sekarang semuanya dingin. Maka ia merasa lebih senang tinggal di tanah misi di mana semua orang menerima dia apa adanya dari pada di kampung halamannya sendiri. Seorang Pastor paroki juga punya pengalaman yang mirip. Dia merasa heran karena umat di parokinya selalu membanggakan romo ini dan romo itu. Ia mengaku belum mendengar secara langsung perkataan: “Romo kita di paroki hebat.” Dua pengalaman ini selalu ada dan dirasakan oleh banyak orang di dalam keluarga dan tempat kerja.

Sebenarnya curhat semacam ini bukanlah hal yang baru. Tuhan Yesus sendiri pernah mengalami penolakan dari kaum keluargaNya sendiri di Nazaret. Ia mengatakan bahwa seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri (Luk 4:24). Yesus mengambil dua contoh konkret: Pertama, nabi Elia. Pada waktu itu banyak janda di Israel, tetapi Tuhan justru mengutus Elia kepada seorang janda di Sarfaat, di tanah Sidon yang terletak di luar Israel. Kedua, nabi Elisa. Banyak orang kusta di Israel tetapi hanya Naaman orang Siria yang percaya dan mengalami penyembuhan.

Yesus mengalamatkan pesan ini kepada kita semua. Kita tentu bangga karena beragama Katolik, punya Tuhan Yesus yang luar biasa. Hanya saja rasa bangga banyak kali tidak sejalan dengan hidup kita. Mungkin kita bisa beragama tetapi belum bisa beriman Kristiani. Hidup kita jauh dari nasihat-nasihat Yesus di dalam Injil. Selidikilah bathinmu dan temukanlah di mana posisi anda. Ada orang yang merasa akrab dengan Yesus atas nama pelayanan, lalu tanpa sadar menjadi sombong secara rohani, sehingga bukan Yesus yang mereka wartakan tetapi dirinya sendiri, popularitasnya sebagai pelayan. Orang memberi jempol kepadanya dan lupa jempol besar kepada Yesus. Ia pun bisa berkata: “Di situ kadang saya merasa sedih”. Ini cara menolak Yesus yang sering tidak kita sadari.

Dalam hubungan dengan sesama. Ada kecenderungan di mana kita kurang yakin atas kemampuan orang yang sehari-hari tinggal bersama dengan kita. Kita meremehkan begitu saja kemampuan mereka. Padahal Tuhan memberi kemampuan yang luar biasa untuk melakukan segala kehendakNya di bumi ini. Mari kita menyelidiki bathin kita dan bermetanoialah!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply