Homili 9 Maret 2015

Hari Senin, Pekan Prapaskah III
2Raj. 5:1-15a
Mzm. 42:2,3; 43:3,4
Luk. 4:24-30

Jiwaku haus akan Allah yang hidup!

Fr. JohnMasa prapaskah menjadi indah karena banyak katekumen yang dipersiapkan untuk pembaptisan pada malam paskah. Mereka mengikuti pengajaran iman dan secara bertahap diizinkan untuk berpartisipasi dalam Liturgi Sabda. Mereka mengikuti pelantikan katekumen selama tiga tahap persiapan serta menerima olesan minyak katekumen yang menandakan bahwa mereka siap untuk menjadi bagian dari kehidupan Tuhan Yesus. Masa katekumenat berakhir pada hari pembaptisan yaitu malam paskah di mana para baptisan dewasa ini menerima sakramen-sakramen inisiasi (pembaptisan, krisma dan ekaristi). Orang-orang yang sudah dibaptis biasanya membaharui janji baptisnya di hadapan Tuhan.

Sakramen Baptis adalah sakramen dasar dan prasyarat untuk menerima sakramen lainnya. Baptis mempersatukan kita dengan Yesus Kristus, menyaturagakan kita dalam wafatNya di kayu salib sehingga membebaskan kita dari kuasa dosa dan membuat kita bangkit bersama dengan Dia untuk hidup tanpa akhir. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Baptis merupakan perjanjian dengan Allah. Orang harus mengatakan “ya” untuk perjanjian itu. Yesus sendiri pernah berkata kepada Nikodemus bahwa apabila seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:5).

Saya teringat pada Daud yang pernah berdoa kepada Tuhan: “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?” (Mzm 42:2). Daud memiliki kerinduan yang besar kepada Tuhan seperti orang yang haus akan air. Ia berusaha supaya layak datang untuk melihat Tuhan Allah dalam kediamanNya di Bait Suci. Selanjutnya Daud berdoa: “Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!” (Mzm 42:3-4). Bagi kita saat ini, hidup kristiani akan menjadi lebih bermakna ketika kita memiliki kerinduan untuk mencari dan menemukan Allah dalam hidup kita setiap hari. Kerinduan itu menjadi sempurna karena Tuhan sendiri yang memberikan terang dan kesetiaanNya untuk membimbing kita kepadaNya. Dekat dengan Tuhan adalah kerinduan semua orang yang percaya kepadaNya.

Dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang Naaman. Beliau adalah panglima raja Aram. Ia sangat disayangi raja Aram karena melaluinya Tuhan telah memberi kemenangan kepada bangsa Aram. Sayang sekali karena Naaman memiliki kelainan kulit serupa dengan kusta di sekujur tubuhnya. Atas usulan dari seorang gadis tawanan dari Israel maka Naaman pergi ke Samaria untuk menemui nabi Elisa supaya bisa mendapat kesembuhan. Naaman pun pergi dengan membawa surat pengantar dari raja Aram kepada raja Israel di Samaria. Naaman juga membawa persembahan sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas dan sepuluh potong pakaian.

Ketika Naaman tiba di Israel, ia memberikan surat pengantar raja Aram dan persembahan kepada raja Israel. Isi surat itu memohon supaya Naaman bisa disembuhkan dari penyakit kustanya. Raja Israel mengoyakkan pakaiannya karena merasa tidak layak melakukan penyembuhan sebagaimana dimintakan oleh raja Aram. Ia berkata: “Allahkah aku ini yang dapat mematikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Tetapi sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.” (2Raj 5:7). Nabi Elisa mendengar kejadian itu dan mengirim pesan kepada raja supaya membiarkan semuanya terjadi. Ia juga memohon supaya Naaman orang asing itu dikirim kepadanya. Dengan demikian orang bisa tahu bahwa ada nabi di Israel.

Naaman pun berjumpa dengan nabi Elisa. Nabi Elisa menyuruh Naaman untuk pergi ke sungai Yordan dan membenamkan dirinya di sana sebanyak tujuh kali, dengan demikian ia akan sembuh dari sakit kustanya. Naaman memang kelihatan ragu-ragu tetapi karena dinasihati oleh pegawai-pegawai maka ia pun pergi dan membenamkan tubuhnya di sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Tubuhnya pulih kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir. Setelah merasa sembuh total maka ia datang kepada Elisa dan berkata: “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!” (2Raj 5:15).
Air bisa memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan. Di dalam sakramen pembaptisan, kita pun merasakan keselamatan yang datang dari Tuhan. Sama seperti Naaman yang membenamkan dirinya ke dalam sungai Yordan sebanyak tujuh kali dan mengalami kesembuhan total, demikian juga kita semua yang dibaptis mengalami pengudusan dan mendapat anugerah keselamatan dari Tuhan. Air adalah salah satu simbol Roh Kudus maka ketika dibaptis kita semua menerima Roh Allah yang menguduskan dan menguatkan.

Melalui sakramen Pembaptisan kita semua menjadi bagian dari Tuhan Yesus Kristus. Kita percaya kepadaNya bahwa Dialah satu-satunya Tuhan dan Penebus kita. Satu tantangan bagi kita adalah ketika merasa menjadi bagian dari Yesus, akrab denganNya, bisa membuat kita melupakan Yesus. Banyak orang merasa akrab ternyata Dia begitu jauh dalam hidupnya. Dalam bacaan Injil, Yesus mengatakan bahwa seorang nabi tidak dihormati di negeri asalnya. Yesus mengambil contoh-contoh dalam Kitab perjanjian Lama di mana karya agung Tuhan melalui nabi Elia dan Elisa justru terlaksana bagi orang-orang di luar komunitas Israel. Yesus lalu ditolak oleh orang-orang di Nazareth.

Mungkin saja kita sebagai orang yang sudah dibaptis tetapi sering menolak Yesus di dalam kehidupan kita. Kita mengakui diri beragama katolik karena sudah dibaptis tetapi hidup kita tidak mencerminkan Kristus di dalam hidup kita. Mari kita bertobat dan menerima Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply