Homili 17 April 2015

Hari Jumat, Pekan Paskah II
Kis. 5:34-42
Mzm. 27:1,4,13-14
Yoh. 6:1-15.

Gereja Itu milik Tuhan bukan milik manusia!

Fr. JohnPada tanggal 11 April 2015 yang lalu dunia digemparkan oleh tindakan biadab ISIS di Yarmouk, Suria. ISIS memenggal kepala seorang anak dan menjadi tontonan menarik dari anak-anak mereka. Mereka juga memenggal kepala seorang dewasa dan menjadikan kepala pria itu sebagai pengganti bola kaki. Amjad Yaaqub dari Palestina melaporkan bahwa ia melihat anggota-anggota Daesh sedang menendang beberapa kepala manusia seperti bola kaki. Sementara Ibrahim Abdel Fatah melihat beberapa kepala orang-orang dewasa dan bahwa ada anak-anak yang dibunuh di hadapan orang tua mereka. Kisah-kisah ini membuat banyak orang menjadi marah, kecewa dan ungkapan perasaan lainnya. Rasanya orang-orang yang melakukan tindakan kejahatan itu sudah tidak punya suara hati lagi. Kita semua bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan generasi mudanya. Mereka bisa hidup tanpa hati nurani yang jernih karena dari usia dini sudah menyaksikan tindakan yang tidak manusiawi terhadap sesama manusia. Berkaitan dengan tindakan jahat ISIS, banyak orang kristiani di Irak dan Suria menjadi martir, tempat ibadah yang menjadi bagian sejarah peradaban kristiani dihancurkan.

Apakah tindakan kekerasan melawan Gereja berarti tanda-tanda akhir zaman bagi Gereja di dunia ini? Inilah yang menjadi pertanyaan banyak orang, terutama para pengikut Yesus Kristus. Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa meskipun Gereja itu mengalami penganiayaan, ada banyak orang yang menjadi martir, menjadi korban tak bersalah tetapi Gereja tidak akan hancur karena Gereja adalah milik Tuhan bukan milik manusia. Gereja didirikan sendiri oleh Tuhan di atas wadas yang kuat bukan di atas pasir. Tuhan Yesus ketika mengutus para murid-Nya, Ia mengatakan dengan jelas bahwa mereka diutus seperti domba ke tengah serigala (Mat 10:16). Yesus senantiasa menyertai Gereja-Nya hingga akhir zaman maka kita “jangan takut!”

Paus Fransiskus pada tanggal 16 April 2015 memberikan kata sambutan kepada konferensi Episkopal negara Kenya yang sedang melakukan kunjungan ad limina di Roma. Paus berkata: “Jangan takut untuk menjadi corong suara kenabian”. Bapa Suci juga memberi dorongan dan penghiburan kepada umat katolik di Kenya atas serangan teroris dii Universitas Garissa pada hari Jumat Agung yang lalu. Paus mengharapkan agar Gereja Katolik di Kenya tetaplah menjadi sarana rekonsiliasi, keadilan dan damai. Gereja harus tetap berani memerangi korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan mempertahankan martabat kaum papa miskin.

Gereja Katolik dari awal selalu mengalami penderitaan dan membuka peluang bagi setiap anggotanya untuk saling berbagi satu sama lain. Petrus dan Yohanes misalnya, dalam kuasa Roh Kudus mewartakan Injil kepada banyak orang di Yerusalem. Jumlah jemaat bertambah karena mereka percaya kepada Yesus Kristus. Di satu pihak jumlah umat bertambah, di lain pihak penganiayaan mulai perlahan-lahan dialami umat saat itu. Petrus dan Yohanes misalnya, masuk dan keluar penjara karena mereka harus mempertanggungjawabkan iman kepada Tuhan dan Mahlamah agama Yahudi. Para Rasul tidak takut dan tidak berhenti mewartakan Injil, dengan segala resiko yang harus mereka tanggung karena mereka mencintai Kristus.

Dalam situasi yang sulit bagi Gereja perdana ini maka muncullah Gamaliel, seorang ahli Taurat yang pandai membaca tanda-tanda zaman. Ia berkata: “Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. Karena itu aku berkata kepadamu: “Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.” (Kis 5:36-39).

Nasihat Gamaliel ini diterima oleh Mahkamah Agama Yahudi. Para rasul Yesus dibebaskan dan mereka tetap bersukacita karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena nama Yesus. Mereka tetap berani mewartakan Injil di Bait Allah dan mengakui serta bersaksi bahwa Yesus adalah Mesias. Sejak saat itu penganiayaan orang-orang Kristiani tetap berjalan, tetapi Tuhan selalu hadir dan memberikan penyertaan-Nya. Manusia boleh berusaha untuk menghancurkan Gereja dari dalam dan luar tetapi tidak akan berhasil karena Tuhan tetap menyertai Gereja-Nya. Gereja adalah milik-Nya sendiri.

Apa yang harus dilakukan supaya Gereja tetap kuat dan hidup dalam sukacita? Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menguatkan Gereja dengan cara-cara-Nya tersendiri:

Pertama, Yesus mengajar kita untuk saling berbagi dengan orang yang sangat membutuhkan. Ia meminta kepada para murid untuk memberi makan kepada lima ribu orang laki-laki, belum terhitung perempuan dan anak-anak. Cara pikir para murid adalah sangat manusiawi: hanya memiliki sedikit uang yaitu dua ratus dinar dan kebetulan hanya ada lima potong roti dan dua ekor ikan. Ini semua tidaklah cukup untuk membantu sesama yang membutuhkan. Tuhan punya cara pikir lain yakni dari jumlah sedikit yang kita miliki akan cukup bahkan ada sisanya kalau kita memberinya dengan tulus hati. Buktinya jelas, dari lima potong roti dan dua ekor ikan bisa memberi makan banyak orang dan masih ada sisa yang dikumpulkan.

Kedua, Yesus membantu kita untuk tahu bersyukur atau berekaristi. Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Ia mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. (Yoh 6:11). Roti dan Ikan adalah simbol kehadiran Yesus Kristus di dalam Gereja. Dia adalah Roti hidup yang turun dari surga untuk memberi hidup kekal kepada manusia. Dia adalah ἰχθύς atau ikhthús. Ikhtus dalam bahasa Yunan berarti ikan. ICHTUS kepanjangannya: Iesous CHristos, Theou Uios, Soter, artinya Yesus Kristus, Putra Allah, Sang Penyelamat. Yesus Kristus yang bereakaristi berarti Ia juga berbagi kehidupan dengan manusia. Dalam Ekaristi hosti kudus itu diambil, diangkat, dipecah-pecah dan dibagikan kepada semua orang. Hal yang sama terjadi juga untuk anggur sebagai Darah Kristus.

Ketiga, Yesus sumber kelimpahan hidup kita. Ia membagi diri-Nya dalam Ekaristi dan selalu ada kelimpahan hidup dalam diri manusia. Roti dan ikan yang dibagikan ternyata masih ada sisa dua belas bakul. Artinya bahwa Rahmat Tuhan kepada manusia itu berlimpah-limpah. Manusia bertugas untuk bersyukur senantiasa kepada Tuhan dalam segala situasi hidupnya. Apakah anda dan saya bisa berbagi dan bersyukur? Apakah anda dan saya bisa peduli kepada sesama? Membantu sesama adalah semangat rela berkorban dan berbela rasa di dalam hidup sebagai Pengikut Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply