Homili 20 April 2015

Hari Senin, Pekan Paskah III
Kis. 6:8-15
Mzm. 119:23-24,26-27,29-30
Yoh. 6:22-29

Mengolah Kembali Motivasi Beriman

Fr. JohnPenginjil Yohanes melaporkan bahwa Yesus membuat sebuah tanda heran yang menggemparkan seluruh Galilea. Pasalnya, dengan sedikit yang mereka miliki berhasil memberikan kelimpahan kepada banyak orang. Ketika melihat begitu banyak orang yang datang dan mendengar-Nya, Ia mendesak para murid untuk memberi makan kepada mereka. Tetapi para murid hanya memiliki lima potong roti dan dua ekor ikan. Jumlahnya memang sedikit tetapi Tuhan mengucap syukur dan memberi berkat sehingga jumlahnya berlipat ganda dan memberi kepuasan bagi banyak orang. Mereka semua merasakan kelimpahan dari Tuhan, terbukti dengan masih ada sisa 12 bakul penuh. Pangalaman hidup berkelimpahan bersama Tuhan ini disebabkan karena Tuhan mau berbagi dengan manusia. Ia membuat mujizat sebagai kesempatan untuk mengajar para murid-Nya belajar berbagi. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang di sekitar Galilea.

Dampak mukjizat di Tabgha, Galilea ini adalah banyak orang mencari Yesus. Ketika melihat bahwa tempat terjadinya mukjizat itu sudah kosong maka mereka dengan perahu mencari Yesus di Kapernaum. Ketika berjumpa dengan Yesus, mereka bertanya kapan Yesus tiba di tempat itu. Nah, Yesus menggunakan kesempatan ini untuk membantu mereka mengolah motivasi panggilan mereka sebagai murid. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yoh 6:26-27).

Perkataan Yesus ini memiliki makna yang sangat mendalam karena membantu mereka dari awal untuk mengolah motivasi mereka dalam mengikuti Yesus. Yesus mula-mula melihat titik terlemah dalam hidup mereka yaitu ketergantungan pada hal duniawi: makanan dan minuman. Mereka mencari Yesus karena mau makan gratis, memiliki pola hidup gampang dan enak. Pengalaman para murid yang ikut rame ini masih terasa di dalam Gereja saat ini. Banyak orang berdalil untuk melayani Gereja tetapi mempunyai motivasi untuk mengambil keuntungan tertentu dari Gereja. Orang berbisnis di dalam lingkungan Gereja. Ada orang yang sampai melakukan tindakan korupsi di dalam lembaga-lembaga milik Gereja. Di sini, motivasi melayani Gereja berubah menjadi motivasi pribadi yang keliru.

Tuhan Yesus menghendaki supaya kita bekerja untuk mendapatkan makanan yang bertahan kepada hidup yang kekal. Apa yang Tuhan Yesus maksudkan? Para murid harus bekerja, tinggal bersama-Nya, mengikuti-Nya kemana pun Dia pergi. Tubuh-Nya akan menjadi Roti Hidup, makanan yang menyelamatkan kita semua. Setiap kali merayakan Ekaristi, kita selalu merasakan Tuhan Yesus hadir untuk menjadi santapan rohani bagi kita semua. Dialah makanan Rohani yang menyelamatkan kita semua.

Orang-orang yang mencari Yesus kini terbuka mata dan pikirannya. Mereka yakin dan bertanya kepada Yesus: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” (Yoh 6:28). Tuhan Yesus mencerahkan pikiran mereka dengan berkata: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh 6:29). Jawaban Yesus ini membuka peluang bagi mereka untuk semakin memurnikan motivasi dalam mencari dan mengikuti Yesus. Jadi motivasi yang benar adalah mengikuti Yesus Kristus karena percaya kepada-Nya sebagai utusan Bapa. Percaya kepada Yesus berarti mengasihi-Nya sampai tuntas karena Dia yang pertama mengasihi kita.

Di dalam bacaan pertama kita berjumpa dengan figur St. Stefanus, martir pertama. Ia bekerja, mencari makanan yang menyelamatkan yaitu Yesus. Stefanus adalah seorang diakonos, pelayan Tuhan yang saleh. Ia penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. Dengan kualitas seperti ini maka banyak orang membencinya. Ada kesaksian palsu melawan dia yakni bahwa ia sudah menghujat Musa dan Allah. Stefanus ditangkap dan dihadapkan kepada Mahkamah Agama Yahudi. Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.

Pada hari ini kita semua dipanggil untuk ikut memurnikan motivasi hidup kita dalam mengikuti Tuhan Yesus. Pelayanan-pelayanan di dalam hidup menggereja hanya punya satu alasan yang kuat yaitu karena kita percaya pada Tuhan Yesus sebagai Utusan Bapa di dunia ini. Tanpa iman dan kepercayaan kepada Yesus maka segalanya juga sia-sia saja.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply