Homili 6 Juni 2015

Hari Sabtu, Pekan Biasa IX
Tob. 12: 1,5-15,20
MT Tb. 13:2,6,7,8
Mrk. 12:38-44

Merenungkan Kasih dan Kebaikan Tuhan

Fr. JohnSaudari dan saudaraku terkasih. Pada pagi hari ini aku mendengar sebuah lagu yang menginspirasikanku untuk hidup penuh syukur di hadirat Tuhan sepanjang hari ini. Judul lagunya adalah “Aku memuji kebesaran-Mu”. Inilah lirik lagunya: “Oh Tuhanku, bila ku terpesona, merenungkan ciptaanMu semua. Kusaksikan bintang, guruh, angkasa, tanda kebesaranMu semua. Aku memuji kebesaranMu, sungguh besar Kau Allahku (Ajaib Tuhan, Ajaib Tuhan). Aku memuji kebesaranMu, sungguh besar Kau Allahku, (Ajaib Tuhan, Ajaib Tuhan).” Setelah mendengar lagu tersebut aku masuk dalam doa persembahan pagi sebelum bergabung dengan komunitas untuk bersatu dalam ibadat pagi dan merasakan misa harian. Aku bersyukur karena kuasa dan kebesaran Tuhan kurasakan di dalam hidupku setiap hari.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini sangat membantu kita untuk merenungkan lebih dalam kasih dan kebaikan Tuhan. Di dalam bacaan pertama kita berjumpa lagi dengan keluarga Tobit (Tobit dan Hanna istrinya; Tobia dan Sara istrinya) dan utusan Tuhan yang mendampingi dan menyembuhkan yaitu Malaikat Rafael. Apa yang terjadi sesungguhnya sehingga Tuhan mengirim malaikat-Nya untuk hadir mendampingi dan menyembuhkan. Tobit dikenal sebagai orang yang kerjanya adalah menguburkan jenazah. Ia melakukannya dengan penuh kasih. Pada suatu malam ia membaringkan dirinya sambil memandang ke langit. Kebetulan ada seekor burung berada di atasnya. Burung itu membuang kotorannya dan masuk ke dalam matanya. Sejak saat itu muncul bintik-bintik putih yang membutakannya selama empat tahun. Istrinya Hanna bekerja keras untuk bisa menghidupi keluarga ini. Kadang ada juga perentangan antara Tobit dan Hanna tetapi semua ini bisa diatasi dengan baik karena kekuatan kasih di antara mereka.

Pengalaman Tobit ini merupakan ujian kesetiaan iman yang Tuhan berikan kepadanya. Ia bergumul dengan dirinya dan juga bergumul dengan keluarganya. Istrinya Hanna bisa merasakan pergumulan pribadi Tobit. Sementara itu Tobia anaknya didampingi oleh utusan Tuhan yakni malaikat Rafael. Rafael mengarahkan Tobia untuk bertemu dengan Sara. Kisah cinta kasih pun dibangun oleh Tobia dan Sara. Sara sendiri berada di Media, sebuah kerajaan yang jauh dari Niniwe. Wanita muda ini berdoa memohon kematian karena ia kehilangan tujuh orang suaminya yang diambil oleh hantu Asmodeus. Asmodeus membunuh setiap laki-laki yang dikawininya pada malam pernikahan Sarah, sebelum ia sempat menikmati hubungan perkawinan itu.

Apa yang terjadi selanjutnya? Tuhan menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya kepada manusia. Ia mengutus malaikat Rafael yang menyamar sebagai seorang manusia, untuk menyembuhkan Tobit dan membebaskan Sarah dari hantu itu. Tobit pun menjadi sembuh, Sara terbebas dari hantu dan menikah Tobia. Kehadiran Allah sungguh menjadi nyata. Dia menyertai, membimbing, memberi petunjuk kepada Tobia dan ayahnya.

Setelah mujizat terjadi dalam diri Tobit dan Sara maka giliran Tobit mau mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan kebaikan Tuhan. Ia mendekati Tobia anaknya dan menasihatinya: “Nak, ingatlah memberikan upahnya kepada orang yang telah menyertai engkau. Dan ingatlah menambah upahnya juga.” (Tob 12:1). Tobit memanggil Rafael dan berkata: “Ambilah sebagai upahmu separuh dari segala sesuatunya yang kaubawa waktu datang, lalu engkau boleh pergi dengan selamat.” (Tob 12:5). Ini figur seorang ayah yang baik, sedang menasihati anaknya untuk bisa bersyukur. Rafael adalah malaikat atau utusan Tuhan maka boleh dikatakan bahwa Tobit yang mengalami penyembuhan ajaib itu menyatakan syukurnya kepada Tuhan. Namun sebenarnya Tuhan tidak memerlukannya. Ia menghendaki hati yang murni di hadirat-Nya Yang Mahakudus.

Apa reaksi dari Malaikat Agung Rafael terhadap Tobit dan anaknya? Ia berkata kepada mereka: “Pujilah Allah dan muliakanlah Dia di depan mata semua orang yang hidup karena segala anugerah yang telah diberikanNya kepad kamu. Pujilah namaNya dan bernyanyi-nyanyilah kepadaNya. Wartakanlah kepada segala manusia perbuatan-perbuatan Allah sebagaimana layaknya. Jangan berayal memuliakan Dia. Memang baiklah rahasia raja disembunyikan, tetapi pantaslah perbuatan Allah disingkapkan dan dimuliakan. Lakukanlah yang baik, niscaya malapetaka tidak akan menimpa kamu. Lebih baiklah doa benar dan sedekah jujur daripada kekayaan yang lalim. Memang sedekah melepaskan dari maut dan menghapus setiap dosa. Orang yang melakukan sedekah akan menjadi puas dengan umurnya. Sebaliknya, orang yang berbuat dosa dan lalim menjadi seteru hidupnya sendiri. Segenap kebenaran hendak kuwartakan kepada kamu dan tidak kusembunyikan apa-apa terhadap kamu. Sudah kutandaskan kepadamu: Baiklah rahasia raja disembunyikan, tetapi pantaslah perbuatan Allah disingkapkan. Makanya, ketika engkau dan Sara berdoa maka ingatan akan doamu itu kusampaikan ke hadapan kemuliaan Tuhan. Dan demikianpun waktu engkau menguburkan orang-orang mati. Ketika engkau tidak ayal-ayalan dan bangkit serta meninggalkan makananmu untuk pergi mengapani mayat itu, maka aku diutus untuk mencobai engkau. Lagipula aku diutus oleh Allah untuk menyembuhkan baik engkau sendiri maupun Sara, menantumu. Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaikat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia.” (Tob 12: 6-15). Harapan dari Rafael adalah supaya Tobit dan keturunannya tetap memuji dan memuliakan Allah karena kasih dan kebaikan yang telah Tuhan lakukan kepada mereka.

Kisah keluarga Tobit ini menunjukkan kasih dan kebaikan Tuhan yang luar biasa. Ia mencobai umat-Nya dengan aneka pergumulan. Ketika umat-Nya bisa bertahan dalam iman maka kebahagiaan pun menjadi miliknya. Di sini sangatlah dibutuhkan pengorbanan diri yang besar, baik bagi Tuhan maupun bagi sesama manusia. Pengalaman Tobit dan Sara mendidik kita supaya semakin percaya pada kasih dan kebaikan Tuhan, dalam arti bahwa di dalam segala situasi hidup ini, Tuhan tetap bekerja. Ia melakukan karya-karya besar di dalam hidup manusia.

Di dalam bacaan Injil Tuhan menghadirkan sebuah contoh bagaimana orang bisa berkorban demi kebaikan sesama. Tobit menasihati Tobia untuk berterima kasih kepada Rafael. Di dalam Injil, Tuhan Yesus memperhatikan bagaimana seorang janda miskin datang ke hadirat Tuhan dan memberikan segala yang dimilikinya bagi sesama yang lebih membutuhkan. Janda miskin itu memberi segalanya karena ia percaya bahwa Tuhan akan memberinya hidup berkelimpahan. Hal ini tentu berbeda dengan kaum Farisi yang senang memamerkan persembahannya di hadapan sesama yang lain. (Mrk 12:41-44).

Banyak kali orang bisa berlaku munafik, suka pamer supaya kelihatan sempurna secara lahiriah padahal hatinya begitu jauh dari Tuhan. (Mrk 12: 38-40). Itulah hidup orang Farisi yang juga bisa dilihat dalam diri manusia modern. Mereka suka mencari popularitas dalam hidup setiap hari termasuk dalam pelayanan-pelayanannya. Ada juga sosok tertentu yang mengaku pengikut Kristus tetapi hidupnya penuh dengan rampasan dan nafsu-nafsu. Nah, sambil memandang kehidupan mereka, kita memperbaiki diri supaya tetap layak merasakan kasih dan kebaikan Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply