Food For Thought: Merenungkan keindahan penderitaan

Merenungkan Keindahan Penderitaan

Permenungan kita pada hari Jumat Pertama ini tentang keindahan dari sebuah penderitaan. Pertanyaan refleksinya adalah: “Apakah memang benar bahwa penderitaan manusia itu indah?” Ketika banyak orang hanya berhenti pada saat mengalami penderitaan dan tidak berusaha untuk keluar dari penderitaannya itu akan mengatakan bahwa penderitaan itu tidak indah. Hal ini berbeda dengan orang yang mengalami penderitaan dan ia berusaha untuk keluar dari penderitaan itu dengan mengandalkan Tuhan maka penderitaan-Nya itu benar-benar bermakna dan indah adanya. Orang beriman akan mengandalkan Tuhan dalam mengatasi segala penderitaan dan kemalangan.

Permenungan kita tentang keindahan penderitaan pada hari Jumat Pertama ini sangat bermakna. Kita semua semua merenungkan penderitaan Kristus tersalib, yang kita renungkan dalam ibadat Jalan Salib dan Kitab Suci. Ketika Tuhan Yesus berada di atas kayu salib, tubuh-Nya ditikam dengan menggunakan tombak sehingga keluarlah darah dan air. Darah dan air menjadi simbol penting sakramen-sakramen di dalam Gereja.

St. Yohanes Paulus Kedua menulis dalam surat Apostolik Salvifici Doloris menulis: “Kasih adalah sumber yang paling penuh yang menjawab pertanyaan mengenai makna penderitaan ini. Jawaban ini tekah diberikan Tuhan kepada manusia di dalam salib Tuhan Yesus Kristus” (SD, 13). Penderitaan bagi kita haruslah dipandang dalam terang Kristus. St. Petrus menulis: “Sebaliknya bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1Ptr 4:13). Penderitaan itu indah karena membawa sukacita tersendiri dalam hidup kita. Maka kita pun dipanggil untuk mengalami penderitaan untuk melengkapi penderitaan Kristus yang masih kuran di dalam Gereja-Nya.

Pada hari ini kita belajar dari dua figur penting. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengalami penolakan dan ancaman hukuman mati dari orang Yahudi karena Ia memanggil Allah sebagai Bapa-Nya. Orang-orang Yahudi mengaggap Yesus membuat kesalahan fatal dan harus dilempari dengan batu sampai mati. Kali ini Yesus luput dari tangan mereka. Figur kedua adalah nabi Yeremia. Ia juga dibenci dan dianiaya oleh sahabat-sahabatnya. Yeremia sangat vocal melawan para nabi palsu yang mengajar orang untuk menyembah berhala. Ia juga concern dengan masyarakat yang mengalami ketidakadilan sosial. Orang baik pasti mengalami banyak penderitaan. Namun penderitaan Yeremia menjadi indah karena ia berpasrah kepada Allah sama seperti Yesus sendiri.

Apakah penderitaanmu juga indah? Atau anda sedang menggerutu dan mempertanyakan kasih Allah? Heninglah sejenak dan pikirkanlah kasih Allah bagimu. Tuhan kita jauh lebih besar dari pada benih-benih penderitaan yang ada di dalam dirimu. Kasih-Nya melampaui segala bentuk penderitaanmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply