Homili 21 Juli 2017

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XV
Kel 11:10-12:14
Mzm 116:12-13.15-16c.17-18
Mat 12:1-8

Belas Kasih Allah adalah segalanya

Beberapa tahun yang lalu Andrea Tornielli, seorang jurnalis dan penulis berkebangsaan Italia berhasil mewawancarai Paus Fransiskus tentang tahun Kerahiman Allah. Ada satu pertanyaan Tornielli seperti ini kepada Paus Fransiskus: “Apa makna kerahiman Allah bagi anda?” Paus Fransiskus menjawab: “Kerahiman berarti membuka hati bagi penderitaan manusia. Kerahiman adalah sikap ilahi yang merangkul, yakni pemberian diri Allah kepada kita, Allah yang menerima kita dengan membungkuk untuk mengampuni”. Ini benar-benar sebuah jawaban yang singkat, jelas dan tepat. Paus Fransiskus bahkan mengatakan bahwa nama Allah kita adalah Kerahiman. Perkataan Paus Fransiskus ini sekaligus merupakan sebuah bentuk pengakuan iman pribadinya kepada Tuhan Allah. Memang kita semua mengakui dan percaya bahwa Allah adalah kasih. Dialah yang lebih dahulu mengasihi kita tanpa batas, tanpa suatu perhitungan apa pun. Dialah yang tidak lelah mengampuni kita tetapi kita sendiri lelah memohon pengampunan dari pada-Nya. Belas kasih Allah atau kerahiman Allah adalah segalanya bagi kita.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kutipan dari Injil Matius yang menarik perhatian, yakni kisah para murid Yesus memetik bulir gandum pada hari Sabat. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus dan para murid-Nya selalu berkeliling dan berbuat baik. Pada suatu hari Sabat mereka melewati sebuah ladang gandum. Rasa lapar menghantui para murid-Nya dalam perjalanan kali ini. Sebab itu mereka memetik bulir gandum dan memakannya. Tentu sikap dan perbuatan para murid ini bertentangan dengan adat dan kebiasaan orang-orang Yahudi pada hari Sabat. Semua orang Yahudi mengetahui aturan mainnya bahwa pada hari Sabat, mereka tidak boleh melakukan suatu pekerjaan manual apa pun. Orang-orang Farisi selalu mengamat-amati perilaku Yesus dan para murid-Nya. Maka ketika mereka melihat para murid Yesus memetik bulir gandum dan memakannya, mereka langsung bereaksi begini kepada Yesus: “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat” (Mat 12:3). Di sini, Tuhan Yesus dan para murid-Nya bertemu dengan kaum Farisi yang legalistis dan lupa akan belas kasih Allah yang berlimpah bagi manusia.

Tuhan Yesus mendengar kritikan kaum Farisi ini. Dia mencoba membangun pembicaraan dengan kaum Farisi yang legaslistis. Dia mengambil salah satu contoh pengalaman raja Daud di dalam Kitab 1Samuel 21:1-10. Di sana dikisahkan bahwa raja Daud dan para pengikutnya menjumpai imam Ahimelekh dan meminta roti untuk dimakan sebab mereka sangat lapar. Sayang sekali tidak ada roti lain kecuali roti kudus yang dikhususkan bagi para imam. Imam Ahimelekh sempat mengingatkan raja Daud supaya pasukannya menjaga diri terhadap perempuan. Namun raja Daud mengatakan bahwa anggota pasukannya itu memiliki tubuh yang tahir. Mereka pun memakan roti sajian tanpa menimbulkan skandal apapun. Tuhan Yesus mengambil contoh lain di dalam Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari sabat para imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah namun dianggap tidak bersalah (Bil 28:9-10). Untuk mempersembahakan kurban bakaran, para imam mesti bekerja pada hari Sabat namun kaum Farisi tidak sempat mengingatnya. Dengan mengambil kedua contoh ini maka Yesus mengatakan: “Di sini ada yang melebihi Bait Allah” (Mat 12:6). Yesus lebih dari segalanya dan semua kuasa apa pun di bumi patut menyembah dan memuliakan-Nya sebagai Tuhan.

Tuhan Yesus membuka pikiran kaum Farisi dengan berkata: “Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah” (Mat 12:7) Perkataan “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan” merupakan perkataan Tuhan dalam Kitab nabi Hosea dan sangat dikenal oleh kaum Farisi juga (Hos 6:6). Mereka mengetahuinya tetapi tidak menghayatinya. Tuhan menghendaki agar belas kasih-Nya menjadi segalanya bagi manusia bukan hal-hal legalistis yang menggiring orang kepada pikiran untuk memuliakan kekuasaannya sebagai manusia. Banyak kali kita melupakan belas kasih atau kerahiman Tuhan dan mengagumkan besarnya persembahan dan kurban bakaran yang kita persembahkan kepada Tuhan.

Pada akhirnya Tuhan Yesus dengan tegas menunjukkan jati diri-Nya sebagai Tuan atas hari Sabat. Hanya Yesus saja yang mampu menginterpretasikan hukum Taurat. Dia sendiri menegaskan bahwa kedatangan-Nya ke dunia bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17). Yesus mengaku: “Aku dan Bapa satu” (Yoh 10:30) maka semua kuasa Bapa diberikan kepada-Nya. Sebab itu Ia juga berkata: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat” (Mrk 2:27-18).

Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah tentang Paskah yang berarti Tuhan lewat. Tuhan mengutus Musa dan saudaranya Harun untuk membebaskan suku Israel dari kungkungan Firaun dan rekan-rekan lainnya. Untuk itu Tuhan bersabda kepada Musa dan Harus untuk membebaskan bani Israel melalui suatu proses yang luar biasa yaitu Paskah. Mereka memulainya dengan makan bersama sesuatu ketentuan yang diberikan Tuhan kepada mereka. Makanan berupa lauk pauk yang disiapkan haruslah dimakan dalam keadaan pinggang berikat, kaki berkasut dan tongkat di tanganmu. Mereka harus makan dengan cepat-cepat sebab saat untuk merasakan belas kasih dari Tuhan semakin dekat. Darah yang tercurah melambangkan kasih dan pengurbanan yang membawa kepada keselamatan.

Pada hari ini Tuhan Yesus mengubah mindset kita. Ada banyak orang yang bersikap legalistis dan lupa bahwa yang tertinggi dari semuanya adalah belas kasih dan kerahiman Allah. Allah yang berbelas kasih adalah nama Allah kita. Mari kita belajar untuk berbelas kasih kepada sesama dengan menanggalkan sikap legalistis yang hanya mengarahkan kita kepada kemuliaan akan kuasa manusiawi semata. Tuhan mengutamakan belas kasih bukan persembahan yang sering menjadi perhitungan manusiawi kita di hadapan Tuhan. Mari kita berbenah diri supaya semakin serupa dengan Tuhan yang berbelas kasih.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply