Food For Thought: Kesetiaan…

Apakah anda masih dan akan tetap setia?

Saya pernah menghadiri rekoleksi keluarga yang diselenggarakan oleh seksi keluarga di sebuah paroki. Tugas saya adalah mendengar pengakuan dosa dan misa penutupan rekoleksi. Saya tertarik dengan tema yang mereka renungkan bersama selama rekoleksi weekend tersebut: “Apakah anda masih dan akan tetap setia”. Ini adalah pertanyaan yang sederhana tetapi akan sangat bermakna kalau direnungkan dan dijawab dengan hati.

Sebelum mengakhiri misa penutupan rekoleksi, semua pasutri yang hadir berkesempatan untuk membaharui janji perkawinan mereka. Masing-masing pasangan saling memandang dan mengungkapkan pertanyaan ini: “Apakah engkau masih dan akan tetap setia kepadaku?” Mereka masing-masing tidak langsung menjawabnya tetapi merenungkannya lebih dalam lagi. Ada di antara mereka yang kelihatan meneteskan air mata, sambil memeluk dan mencium pasangannya. Alasannya hanya mereka yang mengetahuinya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini berbicara tentang kesetiaan Allah bagi manusia yang harusnya menjadi kesetiaan dalam hidup kita setiap hari. Dalam bacaan pertama kita mendengar Yosua menceritakan kembali sejarah umum bangsa Israel, mulai dari panggilan Abraham sampai keturunan Israel yang menempati kembali tanah Kanaan. Allah yang digambarkan Yosua adalah Allah yang setia kepada Abraham dan keturunannya. Kita coba mengingat kembali bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun. Mereka jatuh bangun, melawan Tuhan, bertegar hati. Tuhan tidak pernah menghitung kesalahan mereka. Tuhan setia kepada manusia yang berdosa dengan kasih yang begitu besar.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil membuka wawasan kaum Farisi untuk belajar menjadi pribadi yang setia. Orang-orang Farisi mencobai Yesus dengan pertanyaan tentang perceraian. Yesus dengan tegas mengatakan: “Kamu tegar hati” atau “hatimu keras”. Orang yang tegar hati tidak akan membuka dirinya secara sempurna kepada Tuhan. Ia juga tidak akan membuka dirinya kepada pasangannya. Dengan demikian mereka tidak setia kepada Tuhan dan sesama. Tuhan tetap setia meskipun manusia tidak setia kepada-Nya.

Keluarga-keluarga masa kini sedang bergumul untuk menemukan jati diri sebagai keluarga kudus dari Tuhan. Banyak keluarga benar-benar berhadapan dengan ujian untuk menjadi pasangan yang setia. Banyak suami dan istri tanpa malu-malu mencari pasangan baru, yang lebih dari satu. Ini benar-benar degradasi moral dari para orang tua masa kini. Banyak orang muda yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan apa pun. Mereka mencoba apakah mereka dapat memperoleh keturunan atau tidak. Kalau sampai memperoleh keturunan maka relasi meningkat atau menuju kepada perkawinan. Kalau mereka tidak mendapat keturunan maka akan meninggalkan pasangannya dan mencari yang baru. Orang melihat perkawinan bukan sebagai hal yang kudus! Ini sangat disayangkan. Quo vadis keluarga dan generasi baru kita?

Damai Tuhan

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply