Homili 29 Agustus 2018

Peringatan Wajib Wafatnya St. Yohanes Pembaptis
Yer. 1:17-19
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15ab,17
Mrk. 6:17-29

Berani berkata benar

Pada hari ini kita memperingati kemartiran St. Yohanes Pembaptis. Menyebut nama Yohanes Pembaptis, pikiran kita terarah pada sosok yang mendahului Tuhan dalam kelahiran dan kematian. St. Beda Venerabilis mengatakan: “Orang kudus ini mendahului Tuhan dalam kelahiran, pengajaran, dan kematian, sewaktu menghadapi musuh menunjukkan kekuatan sehingga layak mendapatkan upah di surga. Maka sepantasnya kita dengan sukacita rohani menghormati peringatan akan dia, yang menandai kesaksian yang diberikannya atas nama Tuhan dengan meterai kemartiran.” Yohanes pembaptis tidak hanya membuka jalan, Ia juga menunjukkan kematiannya sebagai martir. Ia berani berkata benar, tak ada kepalsuannya.

Nabi Yeremia dalam bacaan pertama hari ini menunjukkan kuasa Tuhan yang begitu besar bagi manusia. Kuasa itu diberikan-Nya kepada manusia supaya menerapkannya di dalam hidup setiap hari. Tuhan berkata: “Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!” (Yer 1:17). Ini benar-benar sebuah tugas kenabian yang memang berat untuk disampaikan tetapi harus tetap disampaikan untuk kebaikan manusia di hadapan Allah sang pencipta. Sebab itu seorang nabi tidak boleh gentar terhadap siapapun. Tuhan adalah kekuatannya. Ia menjadi nabi yang tegas memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Ia pun dibenci oleh orang-orang pada zamannya.

Pengalaman nabi Yeremia ini menjadi pengalaman Yohanes Pembaptis. Ketika ia mengetahui perilaku Herodes Antipas yang berkuasa di Galilea dan Perea. Ia sudah menikahi Phasaelis, putri dari Raja Aretas IV dari Nabatea. Herodes Antipas ini menceraikannya lalu mengambil Herodias, istri sepupunya Herodes Philipus. Ini tentu tidaklah elok di mata public, apalagi dilakukan seorang pemimpin. Sebab itu Yohanes mengoreksi Herodes Antipas dengan berkata: “Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!” Ini tanda Yohanes tidak gentar terhadap pemimpin yang tidak bermoral. Ia mengatakan kebenaran kepada Herodes, dan Herodes selalu merasa seperti ini: “hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.” Hanya saja Herodias yang sangat membenci Yohanes Pembaptis. Itu sebabnya Yohanes dijebloskan di dalam penjara di Machareus hingga kemartirannya.

Tuhan berjanji kepada Yeremia untuk melakukan tugas kenabiannya dengan baik. Hanya dengan demikian akan tercipta keadilan. Tuhan berkata: “Mengenai Aku, sesungguhnya pada hari ini Aku membuat engkau menjadi kota yang berkubu, menjadi tiang besi dan menjadi tembok tembaga melawan seluruh negeri ini, menentang raja-raja Yehuda dan pemuka-pemukanya, menentang para imamnya dan rakyat negeri ini. Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan.” (Yer 1:18-19). Yeremia terkenal sangat frontal dengan kekuasaan dan hidup yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Maka apa yang dikatakan Tuhan ini akan dialami sendiri oleh Yeremia.

Yohanes Pembaptis melengkapi perkataan Tuhan ini ketika berhadapan dengan kekuasaan Herodes Antipas. Tegurannya memang demi kebaikan tetapi membuahkan penderitaan bahkan kematiannya sebagai martir. Machareus adalah saksi bisu. Yohanes yang tidak bersalah dijebloskan ke dalam penjara karena nafsu birahi manusia. Ketika kekuasaan dan imoralitas berkuasa maka yang baik akan menjadi jelek dan yang jelek akan menjadi baik. Tidak ada kompromi apapun untuk kebaikan. Maka kita melihat di sini ada sederetan dosa-dosa yang tetap dalam masyarakat kita: nafsu berkuasa, nafsu seks, merebut istri orang lain, apalagi merebut istri saudara sendiri, membenci orang benar karena tidak menerima koreksinya, ingin membunuh, membunuh, tertawa di atas korban pembunuhan. Semua dosa ini masih ada sampai saat ini.

Figur Yohanes Pembaptis masih kita butuhkan saat ini. Tugas kenabian hendaknya terus bahkan perlu ditingkatkan. Kita tidak dapat menutup mata terhadap deretan dosa yang disebutkan di atas. Keteladanan para pemimpin sedang diuji. Pemimpin yang bobrok dan tidak bermoral sedang ada di antara kita. Di mana-mana ada istri atau suami simpanan, perselingkuhan yang terang-terangan, korupsinya berjamaah dan tindakan lainnya yang tidak mencerminkan dirinya sebagai panutan banyak orang. Kita butuh Yohanes Pembaptis baru untuk mengoreksi mereka dan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik dan lebih bermoral. Kata kuncinya adalah berkata benar dan bertinda benar dan adil.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply