Homili 19 Desember 2018

Homili 19 Desember 2018
Hak. 13:2-7,24-25a
Mzm. 71:3-4a,5-6ab,16-17
Luk. 1:5-25

Seorang Ibu yang hebat dan terbaik

Pada pagi hari ini saya membaca status media sosial seorang sahabat yang bergembira karena ibundanya memasuki usia ke lima puluh pada hari ini. Ia menulis kata-kata ini: “Ada banyak ibu terbaik di dunia, tapi hanya ada satu ibu terbaik di dunia yaitu ibuku dan memang dia adalah yang terbaik di dunia ini, selamanya!” Saya mendapat sebuah insight yang sangat berharga untuk merenung tentang ibuku juga yang sebentar lagi akan memasuki usia ke delapan puluh tujuh. Ibuku bernama Maria Bunga Keraf, orang Waiwejak merupakan wanita terbaik yang ada di dalam hidupku. Ia seorang wanita sederhana yang melahirkan kami anaknya dan sampai saat ini masih bersama kami anak-anaknya, memiliki delapan cucu, dan dua cicit. Setelah menikah dengan ayahku, ia tidak berniat untuk kembali ke kampung halamannya.

Ayahku sudah meninggalkan kami dua puluh satu tahun silam menghadap yang empunya kehidupan. Sejak saat itu hanya ada satu focus penting ibu yakni memperhatikan anak-anak dan cucu-cucu serta cicit-cicitnya. Kakak saya selalu mengatakan: “Ibu adalah milik kita bersama. Ia sudah mulai pikun sedikit, tetapi tetap tenang dan tidak pernah merepotkan kita semua.” Saya mendengar perkataan kakak saya, dan saya hanya berkata: “Memang dia banget” karena tidak merepotkan kita dari dulu hingga sekarang. Ia berbicara sedikit, bekerja banyak dan tidak pernah marah. Ketika saling menelpon, ia selalu bertanya kepadaku kapan liburan ke kampung. Ibuku berbeda dengan ayahku yang begitu tegas dalam mendidik kami. Saya merasa bangga memiliki seorang ibu yang namanya juga bagus: Maria dan Bunga. Wow… indahnya.

Berbicara tentang ibuku memang saya juga selalu merasa kekurangan kata-kata untuk mendeskripsikannya. Selalu ada kata-kata yang baru untuknya. Itulah perasaan setiap anak kalau melukiskan ibu yang melahirkannya. Satu kalimat yang keluar dari mulutku saat ini: “Ibu terimakasih atas ketulusan mu merawat dan menjagaku, sesungguhnya aku takkan pernah bisa membalas semua yg pernah kau berikan untuk ku.” Saya selalu membayangkan senyummu saat melihatku merayakan Ekaristi dan memberkatimu, saat melihatku merasa bahagia karena merayakan pesta perak membiaraku. Seorang ibu yang berlutut dihadapan anaknya delapan belas tahun silam untuk menerima berkat perdana sebagai imam. Semua ini selalu menjadi kenangan yang terbaik.

Pada hari ini, kita juga berjumpa dengan sosok dua ibu yang hebat dalam Kitab Suci. Kedua-duanya sudah memasuki usia senja, dan sama-sama tidak memiliki anak. Mereka tentu merasa hina di hadapan sesama mereka yang lain karena tidak memiliki anak. Wanita pertama tidak memiliki nama, hanya nama suaminya disebutkan yaitu Manoah, dari keturunan Dan di kota Zora. Pada suatu kesempatan ia mengalami pengalaman rohani yang luar biasa yakni berjumpa dengan seorang malaikat. Malaikat ini berkata kepada istri Manoah: “Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin.” (Hak 13:3-5).

Wanita ini bersukacita dan menyampaikan pengalaman rohaninya ini kepada Manoah suaminya. Inilah hasil dialog mereka: “Telah datang kepadaku seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa malaikat Allah, amat menakutkan. Tidak kutanyakan dari mana datangnya, dan tidak juga diberitahukannya namanya kepadaku. Tetapi ia berkata kepadaku: Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; oleh sebab itu janganlah minum anggur atau minuman yang memabukkan dan janganlah makan sesuatu yang haram, sebab sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah.” (Hak 13:6-7). Istri Manoah ini melahirkan puteranya bernama Simson. Simson, Ibrani: שִׁמְשׁוֹן – Symsyon, Yunani: Σαμψών – Sampson. Hakim Israel terakhir yg dipimpin oleh Roh sebelum Samuel. Nama Syimsyon, dari kata Ibrani: שֶׁמֶשׁ – Syemesy/Shemesh, ‘matahari’, mungkin berarti ‘matahari kecil’. Nama yg diberikan orangtuanya dalam pengharapan akan kepahlawanannya, kekuatannya yg bagaikan matahari dan tenaganya yg ajaib (Hak 5:31; Mzm 19:5; 84:11). Roh Kudus berkarya bagi Samson.

Sosok wanita kedua adalah Elizabeth, istri Zakharias. Elizabeth dan Zakharias sudah memasuki usia senja namun belum memiliki anak. Mereka berdua menaruh seluruh harapannya kepada Tuhan dalam doa, dan peribadatan mereka. Maka dikisahkan bahwa Zakharias sebagai seorang imm mendapatkan tugas untuk membakar ukupan. Di tempat yang kudus ini Zakharias berjumpa dengan malaikat dan berdialog dengannya. Zakharias merasa takut dengan malaikat itu. Tetapi malaikat berkata: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya.” (Luk 1:13-17).

Tanda-tanda yang menguatkan mukjizat ini adalah Zakharias menjadi bisu. Ia tidak dibiarkan Tuhan berkomunikasi sampai saatnya tiba ketika Elizabeth akan melahirkan anaknya. Elizabeth sendiri berbahagia karena Roh Tuhan ada padanya dan turut bekerja di dalam dirinya. Ia mengandung di usia senja. Ia merasa malu dan menyembunyikan dirinya selama lima bulan. Ia berani bersaksi: “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” (Luk 1:25). Elizabeth adalah wanita yang sabar dan beriman, penuh dengan Roh Kudus. Dari anaknya Yohanes Pembaptis kita belajar untuk hidup sederhana dan setia melayani Tuhan.

Para ibu zaman now memiliki banyak kesulitan. Kesulitan untuk tetap bertahan dengan suaminya yang berubah perilaku akibat usia, tempat. Ada kekerasan verbal dan kekerasan fisik di dalam keluarga. Tak seorang pun menghargainya lagi karena dianggap sudah tua dan tak berguna lagi. Seorang ibu yang kuat secara fisik dan mental untuk merawat dan memelihara suami dan anak-anaknya. Istri Manoah tanpa disebut namanya untuk memperteguh banyak ibu yang menderita saat ini. Hanya iman, harapan dan kasih yang menguatkan para ibu zaman ini. Marilah kita memohon kerahiman Tuhan supaya mereka menjadi ibu-ibu yang terbaik. Janganlah mereka mendapat sapaan emak-emak yang pandai bersilat lidah dan berbohong.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply