Homili Hari Raya Penampakan Tuhan 2020

Hari Raya Penampakan Tuhan
Hari Anak Misioner Sedunia
Yes. 60:1-6
Mzm. 72:1-2,7-8,10-11,12-13
Ef. 3:2-3a,5-6
Mat. 2:1-12

Datang dan sembahlah Tuhan!

Pada hari ini kita merayakan Natal segala bangsa atau yang lebih dikenal dengan nama Pesta Epifania atau Penampakkan Tuhan. Tuhan Yesus menampakkan diri bukan hanya kepada orang-orang Israel, melainkan kepada semua bangsa. Hal ini ditandai dengan hadirnya tiga orang majus dari Timur. Mereka adalah Gaspar, Melkior dan Baltazar yang membawa emas, kemenyan dan mur sebagai persembahan terindah bagi bayi Yesus. Mereka datang dari tempat yang berbeda namun dituntun oleh terang Tuhan berupa bintang hingga bersatu di Bethlehem untuk menyembah Yesus. Semua bangsa melihat terang yang menyelamatkan semua orang. Gereja Katolik juga menggunakan kesempatan ini untuk merayakan Hari Anak Misioner Sedunia. Sebab itu anak-anak Sekami di paroki-paroki menjadi pusat perhatian seluruh umat. Mereka biasanya mengunjungi rumah-rumah umat setelah misa di gereja untuk bermisi dengan berdoa, berderma, berkurban dan bersaksi. Anak-anak sekami belajar untuk bermurah hati seperti Tuhan sendiri juga murah hati.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Raya Penampakkan Tuhan mengarahkan kita untuk melihat Terang Tuhan dan bersatu dengan-Nya. Kita memang berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda namun bersatu dan bersaudara dalam Tuhan yang satu dan sama. Nabi Yesaya dalam bacaan pertama memberikan inspirasi kepada Bangsa Israel bahwa Kemuliaan Tuhan telah terbit bagi mereka. Pada saat itu bangsa Israel barusan kembali dari Babilonia ke Yerusalem. Mereka perlu sadar diri untuk membangun serta menggapai masa depan yang lebih baik. Untuk itu mereka perlu mengalami terang dan kemuliaan Tuhan yang datang kepada mereka. Terang dan kemuliaan Tuhan memampukan mereka untuk bersaksi.

Nabi Yesaya dengan antusias melakukan tugas kenabiannya di tengah bangsa Israel. Ia mengatakan kepada bangsa Israel yang menghuni Yerusalem: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” (Yes 60:1-2). Bangsa Israel memang memiliki masa lalu namun masa lalu itu tidak selamanya menjadi masa kekelaman. Tuhan juga menaruh belas kasih bagi umat kesayangan-Nya. Sebab itu Ia memberikan terang dan kemuliaan yang mengubah mereka supaya menjadi rasul terang dan kemuliaan melalui kesaksian hidup mereka. Bagi nabi Yesaya, tidak hanya bangsa Israel yang mengalami terang dan kemuliaan Tuhan. Bangsa-bangsa lain akan berduyun-duyun datang ke Yerusalem yang lebih dahulu mengalami terang dan kemuliaan Tuhan, raja-raja juga ikut menyongsong cahaya yang terbit bagi Israel. Ada sukacita yang besar di antara bangsa-bangsa. Bahkan orang-orang Syeba akan membawa emas dan kemenyan dan memberitakan tentang perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan.

Hal yang menarik perhatian kita dari pewartaan nabi Yesaya ini adalah pengalaman akan Allah. Setiap orang dipanggil untuk mengalami Allah dalam terang dan kemuliaan-Nya. Pengalaman ini memang sangat pribadi namun diharapkan supaya masing-masing orang yang mengalami Allah ini, nantinya memberi kesaksian tentang terang dan kemuliaan Allah. Semua bangsa datang ke Yerusalem bukan untuk memasyhurkannya tetapi mereka berkumpul untuk memenyembah dan memuliakan Tuhan. Ketika kita mampu memberi kesaksian maka banyak orang akan datang kepada Tuhan sumber hidup untuk menyembah dan memuliakan-Nya.

Semangat yang sama sangat menjiwai para majus dari Timur. Mereka datang dari tempat yang berbeda-beda, ibarat bangsa-bangsa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Mereka belum memiliki gadget dan media sosial untuk check in biar diketahui semua orang, mereka juga belum mengenal GPS. Mereka hanya memiliki bintang yang menunutun mereka untuk datang dan menyembah Yesus sumber terang sejati. Mereka datang tidak dengan tangan kosong tetapi dengan persembahan berupa emas, kemenyan dan mur untuk menunjukkan Yesus sebagai Raja, Yesus adalah Anak Allah dan bahwa Dia sungguh manusia yang akan wafat dan bangkit mulia. Di sinilah kita melihat Natal bangsa-bangsa ini sangat bermakna: kita merenung tentang kehidupan, kematian dan kemuliaan dalam satu kesatuan. Sambil memandang Yesus, kita memandang hidup kita di hadirat-Nya dan mari kita berusaha untuk bersaksi.

Mengapa kita perlu bersaksi tentang terang dan kemuliaan Tuhan? Mari kita belajar dari pengalaman Santu Paulus. Ia menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan karena melalui karya-karya pelayananya dapat menjadi tanda kesaksian tentang kemuliaan Tuhan. Lebih dari pengalaman pribadi Paulus, Tuhan yang satu dan sama menampakkan kemuliaan-Nya bukan hanya kepada bangsa Yahudi melainkan juga kepada bangsa-bangsa yang lain. Konsekuensi logisnya adalah semua bangsa menjadi ahli waris, menjadi anggota-anggota tubuh dan sebagai peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus. Semua orang adalah ahli waris yang nantinya menjadi saudara untuk bersaksi tentang terang dan kemuliaan Tuhan.

Terlepas dari perasaan sukacita ilahi karena Natal segala bangsa, ada sikap manusiawi yang menghambat sukacita ilahi ini. Dalam hal ini sikap raja Herodes yang merasa memiliki saingan raja yang baru dilahirkan. Sikap jahatnya muncul ketika ia mengatakan: “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia.” (Mat 2:8). Sikap curiga terhadap orang lain, pikiran negatif dan keinginan jahat adalah penghalang bagi kita untuk berjumpa dengan Yesus. Herodes masih ada di antara kita ketika kita tertawa di atas penderitaan orang lain, berpikiran negatif, berlaku seolah-olah baik padahal sebenarnya jahat.

Pada hari ini kita berusaha untuk menjadi manusia baru yang bergembira karena merayakan Natal segala bangsa. Mari kita mempersembahkan diri kita sebagai emas, kemenyan dan mur bagi Tuhan. Meskipun persembahan ini tidaklah pantas namun Tuhan sendiri yang akan membuatnya menjadi pantas dan layak di hadirat-Nya. Selamat Hari Raya Epifani 2020.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply