Homili 7 April 2020

HARI SELASA DALAM PEKAN SUCI
Yes. 49:1-6
Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17
Yoh. 13:21-33,36-38

Kita juga mengkhianati dan menyangkal Yesus

Ada dua kata yang mewarnai persiapan-persiapan akhir kita untuk merayakan paskah. Kata pertama adalah mengkhianati. Kata mengkhianati berasal dari kata dasar khianat. Kata mengkhianat berarti berbuat khianat, tidak setia dan memperdayakan. Kata ini merujuk pada seseorang yang berkhianat sehingga disebut si pengkhianat. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata khianat sebagai suatu perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan yang bertentangan dengan janji kita. Dari makna kata ini dengan jujur kita boleh mengatakan bahwa kita juga termasuk pribadi-pribadi yang sering berkhianat sebab kita dengan sadar tidak setia, melakukan tipu daya dan suka ingkar janji. Semua perbuatan ini selalu dilakukan dalam hidup kita, namun banyak kali kita selalu lupa diri sehingga berkhianat lagi kepada Tuhan dan juga kepada sesama manusia.

Kata kedua adalah menyangkal. Kata menyangkal berasal dari kata dasar sangkal. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata sangkal sebagai bantah dan tidak membenarkan. Kata menyangkal berarti mengingkari, tidak mengakui, tidak membenarkan, membantah, melawan, menentang, menyanggah dan menolak. Orang yang melakukan tindakan ini disebut si penyangkal. Kita menyangkal Tuhan di dalam diri kita berarti kita dengan sadar bertindak kepada Tuhan dengan membantah atau tidak membenarkan perkataan dan perbuatan bahkan eksistensi-Nya. Mengkhianati dan menyangkal tetap menghiasi hidup kita di hadapan Tuhan dan sesama manusia.

Pada hari ini kita berjumpa dengan dua sosok di dalam Injil yang memiliki label tertentu sepanjang zaman sebagai pengkhianat dan penyangkal. Sosok pertama adalah Yudas Iskariot. Labelnya adalah si pengkhianat sebab Ia mengkhianati Yesus. Nama Yudas dalam Bahasa Ibrani יהודה איש־קריות (Yəhûḏāh ʾΚ-qəriyyôṯ), sebagai anak Simon Iskariot (Yoh 6:71), merupakan bendahara komunitas Yesus (Yoh 12:6, 13:29). Nama Yudas dari Yehuda berarti Allah dipuji. Iskariot sendiri berasal dari nama ayahnya Simon Iskariot, sebuah daerah di Yudea bernama Kerioth. Penginjil Yohanes mengisahkan bahwa dalam perjamuan malam terakhir, Yesus sangat terharu dan berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” (Yoh 13:21). Kita dapat membayangkan bahwa perkataan Yesus ini diucapkan setelah Yesus membasuh kaki para murid-Nya sebagai tanda Ia mengasihi mereka sampai tuntas. Perkataan Yesus ini sangat mempengaruhi suasana makan malam saat itu.

Para murid saling memandang satu sama lain dan bertanya-tanya siapa yang akan menyerahkan-Nya. Siapa yang akan menjadi pengkhianat bagi sang Maestro kebanggan mereka saat itu. Simon Petrus sendiri sampai meminta kepada Yohanes yang dikenal sebagai murid yang Yesus kasihi untuk bertanya secara langsung kepada Yesus tentang siapakah pengkhianat di antara mereka. Yesus menjawab Yohanes: “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” (Yoh 13:26). Pada saat bersamaan, Yesus mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas anak Simon Iskariot. Iblis segera merasuki Yudas usai menerima roti yang diberikan Yesus kepadanya. Yesus mengenal Yudas dan mengatakan kepadanya: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.” (Yoh 13:27). Yudas pergi sambil memakan roti pemberian Yesus, tanpa dicurigai oleh para murid yang lain. Ia menjual Yesus dengan harga tiga puluh perak. Yesus mengatakan: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Mat 26:24).

Masa depan Yudas Iskariot adalah kematian yang tragis. Penginjil Matius mengajar bahwa Yudas mati dengan menggantung diri. Inilah kesaksian Matius dalam Injilnya: “Maka iapun (Yudas) melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: ‘Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah.’ Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah” (Matius 27:5-8). Lain halnya dengan Lukas dalam Kisah Para rasul tulisannya. Inilah kesaksian Lukas dalam Kisah Para Rasul: “Yudas ini telah membeli sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar. Hal itu diketahui oleh semua penduduk Yerusalem, sehingga tanah itu mereka sebut dalam bahasa mereka sendiri ‘Hakal-Dama’, artinya Tanah Darah” (Kisah 1:18-19).

Sosok kedua adalah Simon Petrus. Dia memiliki sebuah label terkenal sebagai si penyangkal Yesus sebab Ia menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Pada malam perjamuan terakhir yang sama, lebih lagi setelah Yudas Iskariot meninggalkan mereka, Yesus berkata dengan terus terang kepada para murid-Nya: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu.” (Yoh 13:31-33). Para murid mendengar perkataan Yesus ini dan bereaksi. Simon Petrus menunjukkan reaksinya dengan menanyakan tempat kemana Yesus akan pergi. Ia bahkan berjanji untuk menyerahkan nyawanya demi Yesus. Tetapi Tuhan mengenal Petrus dan mengatakan: “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yoh 13:38). Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali namun Ia akan membaharui dirinya dengan mengatakan kepada Yesus bahwa ia mengasihi Yesus lebih dari segalanya. Ia dikuatkan Yesus untuk mengikuti-Nya sebagai tanda kasihnya kepada Yesus sampai tuntas.

Kehidupan pribadi Yesus serupa dengan gambaran Yesaya tentang Hamba Yahwe. Allah Bapa sendiri menjadikan Yesus sebagai Terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang datang dari Bapa sampai keujung bumi. Yesus adalah Terang dunia, Dialah yang datang untuk menerangi kita dalam kegelapan. Dialah yang mengubah hidup lama dalam dosa menjadi hidup baru dalam kasih.

Pada hari ini kita mendapat gambaran diri kita dalam dua sosok para murid Yesus, yakni sebagai pengkhianat yang menyerahkan Yesus untuk disalibkan dan yang menyangkal Yesus dalam hidup setiap hari. Kita menjadi Yudas Iskariot modern ketika dengan sadar mengkhianati Yesus. Ada yang meninggalkan Yesus sebagai orang murtad, ada yang masih mengakui diri sebagai orang Kristen tetapi sebenarnya sedang tidak percaya kepada-Nya. Ada orang Ateis di dalam Gereja Katolik! Kita menjadi Simon Petrus yang suka menyangkal Yesus. Kalau Simon Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali saja, kita malah berkali-kali menyangkal Yesus. Miris dan menyedihkan. Kita butuh Tuhan Yesus untuk membaharui hidup kita ini supaya jangan menjadi pengkhianat dan penyangkal.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply