Homili Hari Minggu Kerahiman Allah/C – 2022

HARI MINGGU PASKAH II
Minggu Kerahiman Ilahi
Kis. 5:12-16
Mzm. 118:2-4,22-24,25-27a
Why. 1:9-11a,12-13,17-19
Yoh. 20:19-31

Kerahiman sebagai tanda perjumpaan Allah dan manusia

Sejak sepuluh hari yang lalu hingga kemarin hari Sabtu dalam oktaf Paskah, banyak di antara kita yang mengikuti novena Kerahiman Ilahi dan mendoakan doa koronka serta menyebutkan berbagai intensi dalam novena dan doa koronka. Tentu saja ini merupakan praktek kesalehan yang bagus dan patut kita lakukan. Saya mau memberikan profisiat dan ucapan terima kasih kepada umat sekalian, terutama bagi kelompok Kerahiman Ilahi dari Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Tangerang karena telah mengundang saya untuk memberikan renungan Kerahiman Ilahi pada novena hari ke delapan dan ke sembilan. Kerahiman Allah sangat penting untuk kita renungkan dan syukuri bersama. Santo Yohanes Paulus II pernah menulis Ensiklik ‘Dives in Misericordia’ (kaya dalam kerahiman). Ensiklik ini membahas tentang belas kasih Allah kepada umat manusia. Belas kasih Allah tiada batasnya dilukiskan dalam perumpamaan anak yang hilang. Gereja diharapkan meneladan belas kasih Bapa serta sekaligus memohon kepada-Nya anugerah belas kasih yang berlimpah. Paus Fransiskus dalam Bulla Misercordiae Vultus menulis bahwa Yesus Kristus menunjukkan wajah Kerahiman Allah (MV,1) dan bahwa “Kerahiman Allah adalah tindakan utama dan tertinggi dengan mana Allah datang menjumpai kita dan Allah menjumpai kita melalui Yesus Kristus.” (MV,2). Allah sungguh-sungguh menjumpai kita sebagai manusia yang berdosa dan menunjukkan kasih karunia-Nya kepada kita semua.

Bacaan-bacaan Kitab Suci yang kita dengar pada hari ini menunjukan kerahiman Allah sebagai sebuah perjumpaan yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Para rasul mengalami kuasa Roh Kudus pada hari Raya Pentekosta sehingga mampu membagikan kerahiman Allah yang menyelamatkan bagi banyak orang. Santo Lukas dalam Kisah Para Rasul menceritakan bahwa para rasul itu melakukan banyak tanda yang menyembuhkan. Mereka juga memiliki persekutuan yang luar biasa dan bahwa persekutuan itu sendiri menjadi tanda bagi orang-orang lain di sekitar Bait Allah. Mereka pun dihormati oleh banyak orang. Selanjutnya Santo Lukas menceritakan: “Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka.” (Kis 5:14-15). Kerahiman Allah sebagai perjumpaan yang menyembuhkan menjadi nyata dalam diri para rasul. Mereka merindukan perjumpaan dengan Petrus. Bayangannya saja bisa menyembuhkan begitu banyak orang sakit pada waktu itu. Tuhan sungguh ada dan bekerja dalam diri para rasul sehingga bayangan Petrus saja menyembuhkan orang sakit. Ini suatu pengalaman rohani yang luar biasa.

Perjumpaan yang menguatkan juga dialami dalam bacaan kedua. Yohanes dalam kitab Wahyu menceritakan perjumpaan dengan Kristus yang bangkit sebagaimana dikatakan berikut ini: “Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” (Why 1:17-18). Tuhan Yesus sungguh hidup dan menunjukkan wajah kerahiman Bapa kepada kita. Kita harus berani untuk bersaksi sebagaimana ditunjukan oleh para murid kepada Thomas: “Kami telah melihat Tuhan!” (Yoh 20:25). Perkataan para murid ini sangat menguatkan kita semua untuk terus bersaksi tentang kebangkitan Kristus meskipun banyak penderitaan dan kemalangan sebagai murid Kristus juga dialami dalam hidup ini. Satu hal yang penting adalah jangan takut untuk bersaksi tentang Kristus dalam hidup yang nyata.

Kerahiman Allah sebagai sebuah perjumpaan yang menyelamatkan sungguh menjadi nyata dalam bacaan Injil. Para murid sedang berskumpul di dalam suatu ruangan tertutup, suasana menakutkan bagi mereka. Di saat seperti inilah Tuhan hadir dan menunjukkan kerahiman-Nya dengan menyapa mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh 20:19). Tuhan yang bangkit mulia tidak hanya menyapa dan menganugerahkan damai-Nya. Dia juga memberikan anugerah Roh kudus dan kemampuan untuk mengampuni dosa di dunia ini. Perhatikan kisah singkatg yang ditulis Yohanes berikut ini: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20:21-23). Nah kerahiman Allah menjadi nyata dalam pertemuan yang penuh kedamaian dan saling mengampuni dosa karena kuasa Roh Kudus.

Kerahiman Allah dapat dialami secara pribadi.Thomas adalah murid yang paling cerdas dan kritis. Dia tidak ikut-ikutan beriman saja. Perjumpaan pribadi dengan Yesus sungguh mengubah kiblat hidupnya dan bahwa kerahiman Allah sungguh kaya baginya. Perhatikan perbincangan Yesus dan Thomas berikut ini: Yesus berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh 20:27-29). Thomas adalah kita. Banyak kali kita mengakui diri sebagai orang katolik, pengikut Kristus, namun hidup kita mirip dengan Thomas yang dilabel ‘kurang percaya’. Kita malah membutuhkan tanda supaya lebih percaya atau bahkan memaksa Tuhan untuk menunjukkan tanda-tanda dalam kehidupan kita.

Kita semua percaya bahwa Allah kita adalah kerahiman. Kita percaya pada Yesus yang menunjukkan wajah kerahiman Bapa kepada kita. Sungguh perjumpaan yang sangat pribadi sebegaimana dilakukan Yesus kepada Thomas dapat mengubah kehidupan pribadi kita. Kerahiman Allah sangat kaya, meliputi hidup kita dan mengubah totalitas hidup kita. Kerahiman Allah menyelimuti kita semua.

P. John Laba, SDB