Homili 1 Juni 2022 – Dari bacaan pertama (Kis 20:28-38)

Hari Rabu Pekan Paskah ke-VII
Kis. 20:28-38

Tanggung jawab seorang pemimpin

Pada hari ini saya sangat berterima kasih kepada santo Paulus karena saya merasa sangat diteguhkan. Dia mengajarkan kepada saya rasa tanggung jawab, rasa memiliki jemaat yang sudah mendapat penginjilan daripadanya. Beliau adalah seorang misionaris, pemimpin jemaat yang memiliki karakter ini: berintegritas, memiliki tanggung jawab dan rasa memiliki jemaat yang telah menerima pewartaan injil dari padanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa santo Paulus dalam perjalanan misionernya memang mengalami banyak kesulitan, penolakan, kekerasan fisik dan verbal. Namun demikian ia tetap memegang prinsipnya: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16). Selanjutnya Paulus mengatakan: “Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.” (1Kor 9:18). Paulus sungguh menunjukkan integritasnya sebagai pewarta injil dan inilah yang sangat meneguhkan saya sebagai seorang imam.

Pada hari ini kita mendengar wejangan perpisahan dari Santo Paulus kepada para penatua jemaat di Efesus. Ia berkata: “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri.” (Kis 20:28). Kata-kata perpisahan yang sangat bermakna, ungkapan hati dari seorang bapak, pewarta Injil kepada para penatua jemaat. Mereka sebagai pemimpin jemaat harus pandai menjaga diri dan juga menjaga kawanan. Para penatua telah ditetapkan Roh Kudus supaya mereka menjadi penilik untuk menggembalakan umat. Semangat untuk menjadi gembala yang karena kuasa Roh Kudus. Paulus menyadari situasi di tanah misi seperti di Efesus, bahwa aka nada serigala-serigala ganas yang masuk dan mengancam domba-domba. Ada juga orang-orang tertentu di dalam jemaat yang akan mengajarkan ajaran-ajaran palsu kepada jemaat. Karena adanya musuh-musuh jemaat laksana serigala dan para pewarta ajaran palsu maka Paulus mengingatkan mereka untuk berjaga-jaga dan terus mengingat kasih, kebaikan dan pengurbanan Paulus bagi mereka.

Paulus dengan nada ‘curhat’ mengatakan kepada mereka: “Aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” (Kis 20:31-32). Harapan Paulus ini memang benar-benar harapan seorang yang benar-benar berintegritas dan bertanggung jawab. Dia tidak hanya sekedar mewartakan Injil dan selesai. Dia perlu menjaga supaya pewartaannya itu menghasilkan buah-buah dalam tubuh jemaat yang baru. Dari sini kita melihat Santo Paulus luar biasa. Ia berkorban, bukan mencari nama atau popularitas atau upah sebab baginya “Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil”. Santo Paulus bukan seorang egois atau orang yang suka mencari nama di hadapan orang. Ia mengerti dengan baik tugas perutusannya yaitu membawa jemaat kepada Tuhan bukan kepada dirinya sendiri. Ia menyerahkan jemaat kepada kuasa Tuhan. Ini baru pemimpin yang bertanggung jawab.

Selanjutnya Paulus berkata: “Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kis 20:33-35). Sosok Paulus yang luar biasa, ia hidup sederhana seperti Yesus sendiri. Semangat kerja, kerja dan kerja yang membuatnya berhasil sebagai seorang pewarta injil. Dia tidak mengemis tetapi hidup dari keringat sendiri. Dia juga memberdayakan jemaat untuk bertumbuh dalam iman dan mencapai kemandirian secara ekonomis.

Dengan melihat sosok Santo Paulus ini, saya merasa yakini bahwa bukan hanya saya yang mengalami peneguhan dan kekuatan, tetapi kita semua. Para pewarta Injil haruslah memiliki integritas dan tanggung jawab besar seperti Paulus. Paulus tidak hanya menyiram dan membiarkan tanah menjadi kering tetapi dia akan terus menyiram supaya tanaman bertumbuh dan menghasilkan buah. Demikian pewartaan Injil menghasilkan buah ketika dia selalu hadir, menganimasi, mendampingi jemaat dan pemimpin jemaat. Kita pun harus menyerupai Paulus. Kita tidak hanya bisa berbicara dalam mewartakan tetapi lebih dari itu mempercayakan jemaat atau penerima pewartaan kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang bekerja di dalam hidup mereka. Santo Paulus berkata: “Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya.” (Kis 20:32). Terima kasih santo Paulus, engkau menjadi guru kehidupanku hari ini.

P. John Laba, SDB