Renungan 18 Mei 2012

Hari Jumat Pekan Paskah VI

Kis 18:9-18
Mzm 47: 2-3.4-5.6-7
Yoh 16:20-23

Jangan takut untuk mewartakan Firman!

Yesus telah naik ke Surga. Para murid mengingat kembali wejangan Yesus, “KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman”(Mt 28:19-20). Perintah Yesus ini dipegang teguh oleh para Rasul. Ketika menerima Roh Kudus pada hari raya Pentekosta, mereka semakin berani untuk mewartakan Injil.

Paulus juga melakukan perjalan missioner untuk mewartakan Injil. Kita mengingat pengalamanNya bersama Silas. Mereka mengalami penolakan bahkan dipenjarakan. Ketika berada di Athena, Paulus juga tidak diterima dengan baik terutama ketika ia menjelaskan tentang kebangkitan orang mati. Banyak orang memilih mundur daripada membuang waktu untuk mendengarnya.

Apakah pengalaman “ditolak” ini membuat Paulus mundur dari tugas pewartaan? Tidak! Paulus memiliki prinsip, “Celakalah Aku juga tidak mewartakan Injil” (1Kor 9;16). Ketika berada di Korintus, Paulus  mendapat suatu penglihatan, “Jangan takut! Teruslah memberitakan Firman dan janganlah diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umatKu di kota ini” (Kis 18:9-10). Penglihatan ini mendorong Paulus untuk tinggal di Korintus selama satu tahun enam bulan dan Ia mengajar Firman Allah bagi mereka. Paulus  pun tetap mendapat kesulitan dengan orang-orang Yahudi dalam hal ini Galio Gubernur di Akhaya.

Pengalaman penderitaan Paulus ini kiranya cocok dengan ucapan Yesus dalam wejangan sebelum berpisah dengan para muridNya. Yesus berkata, “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira, kamu akan berdukacita tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraan itu dari padamu” (Yoh 16: 20.22). Nada optimisme diberikan Yesus sebagai penyertaanNya di kala para rasulNya mengalami penderitaan. Siapa yang bertahan dalam derita bersama Yesus akan memiliki sukacita kekal.

Hari ini kita dikuatkan untuk memahami kembali seruan Yesus bagi kita, “Barangsiapa mau mengikuti Aku hendaknya Ia menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Aku” (Mt 16:24). Salib adalah segala pengalaman duka dan derita yang kita alami sehingga membuat orang lain merasa bahagia. Yesus menderita dengan salib supaya manusia memperoleh penebusan berlimpah. Paulus menderita supaya Injil Allah dapat disebarkan ke mana-mana dan banyak orang semakin mengenal Yesus. Banyak pengikut Kristus yang menjadi martir supaya Gereja dapat bertumbuh subur.

Menjadi pengikut Kristus berarti menjadi murid dalam sekolah penderitaanNya. Dalam sejarah Gereja, banyak orang menumpahkan darahNya karena mencintai Yesus. Kita pun mengalami dalam situasi social tindakan diskriminasi, larangan untuk beribadat, atau membangun tempat ibadat dan devosional. Secara manusiawi memang menimbulkan rasa kesal dan benci tetapi sebagai orang beriman kita harus tegar karena iman itu anugerah Allah. Iman itu sebuah panggilan istimewa yang tidak akan hilang! Tidak ada kuasa apa pun yang dapat melenyapkan iman. Yesus sendiri berkata, “Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya” (Mt 10:30). Maka tepat apa yang Tuhan katakan kepada Paulus, “Jangan takut!”

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah menderita bagi kami. Semoga penderitaanMu menguatkan kami juga untuk membahagiakan saudara-saudari kami. Amen

PJSDB
Leave a Reply

Leave a Reply