Homili 26 Maret 2014

Hari Rabu, Pekan Prapaskah III

Ul 4:1.5-9

Mzm 147:12-13.15-16.19-20

Mat 5:17-19

Mengasihi Tuhan Lebih Dari…

Fr. JohnAda seorang ayah yang selalu menasihati anaknya untuk tekun bekerja dan berbuat baik. Setiap kali di meja makan dalam makan bersama, kata-kata yang sama keluar dari mulutnya dan anaknya juga selalu mendengarnya dengan baik. Pada suatu saat sambil makan malam, ayahnya mengulangi lagi kalimat yang sama maka anaknya bertanya kepada ayahnya: “Apakah ayah tidak bosan mengatakan kata-kata yang sama? Ayah tidak punya pikiran yang lain lagi?” Ayahnya menjawab: “Hanya ini saja yang saya punya dan saya bagikan kepadamu, tekunlah dalam bekerja dan teruslah berbuat baik kepada sesama”. Ketika ayah itu dalam keadaan sekarat, anaknya berkata kepadanya: “Ayah, saya sudah melaksanakan nasihatmu untuk tekun bekerja dan terus berbuat baik. Cita-citamu yang luhur itu saya lakukan dalam hidup. Saya mengasihi ayah selamanya”. Ayahnya tersenyum, mengangguk dan meninggal dunia.

Ini adalah sebuah kisah persahabatan seorang ayah dan anaknya. Anak itu selalu diingatkan untuk melakukan hal-hal sederhana dengan penuh kasih. Memang kalau selalu diingatkan itu rasanya membosankan tetapi sangat luhur kalau direnungkan dan dilakukan di dalam hidup. Anak dalam kisah di atas mendengar nasihat yang diulangi terus menerus dari mulut sang ayah dan itu menjadi sebuah habitus yang mengubah seluruh hidupnya. Ia menjadi seorang pekerja yang ulet dan selalu berbuat baik. Tentu saja dasarnya adalah cinta kasih. Orang yang yang bisa mengasihi adalah ia yang mendengar dengan baik, mentaati dan dengan demikian mengasihi sampai tuntas.

Tuhan Yesus di dalam Injil berkata: “Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadaNya” (Yoh 14:21). Sekali lagi Yesus berkata: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti FirmanKu” (Yoh 14:23). Orang yang mampu mendengar Yesus akan terbuka kepadaNya, memegang segala perintah yang difirmankanNya dan melakukannya di dalam hidup. Perintah-perintah itu bukanlah menjadi beban atau penghalang. Perintah-perintah atau nasihat adalah tanda kasih dari Tuhan yang harus dibalas juga dengan kasih.

Pada hari ini Musa mengingatkan umat Israel untuk menjadi pribadi-pribadi yang mengasihi Tuhan Allah dengan mentaati segala perintahNya. Musa berkata: “Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu.” (Ul 4:1). Hal penting yang ditekankan Musa di sini adalah kemampuan untuk mendengar (shema) dengan baik ketetapan dan peraturan yang diajarkannya. Kalau mereka mendengar dengan baik maka dengan sendirinya mereka akan menjadi taat dan melakukannya. Hadianya adalah memasuki tanah yang dijanjikan Tuhan.

Musa adalah orang pilihan dan utusan Tuhan. Ia mengajar ketetapan dan peraturan Tuhan kepada bangsanya dengan satu harapan pasti bahwa mereka akan selamat dan bahagia di tanah yang dijanjikan Tuhan. Tugas Musa sebagai leader adalah mengajar dan memberi contoh yang baik kepada umat Israel. Harapan Musa adalah umat Israel, mendengar, mengikuti dan melakukannya dengan setia secara turun temurun di hadirat Tuhan. Maksud Musa adalah bahwa mengasihi Allah tidak hanya setengah-setengah, tetapi mengasihiNya sampai tuntas. Segala pendertaan, suka dan duka dipersembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ini adalah wujud kasih kepadaNya.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini menegaskan bahwa Ia datang ke dunia bukan untuk meniadakan hukum Taurat dan Kitab Para Nabi melainkan untuk menggenapinya (Mat 5:17). Yesus juga mengatakan bahwa sebelum dunia akan berakhir, satu iota (satu tanda baca dalam bahasa Yahudi Kuno) dan titik tidak akan dihilangkan karena barang siapa melakukannya akan mendapat tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Allah. Yesus datang ke dunia untuk menggenapi hukum Taurat dan Kitab Para Nabi dengan mengajarkan cara pandang baru. Artinya hukum Taurat dan Kitab Para Nabi dapat dilakukan dengan sempurna untuk membangun peradaban kasih dan keadilan di dalam dunia ini. Yesus sendiri melakukan segala pekerjaan Bapa sampai tuntas maka kita pun melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus sebagai wujud kasih kepadaNya.

Sabda Tuhan sangat menguatkan hati kita. Mari kita berusaha untuk melakukan perintah-perintah serta ketetapan Tuhan untuk kasih dan keadilan di bumi ini. Mengasihi Tuhan berarti menjadikan dunia ini dikuasai oleh kasih. Masa prapaskah mengajak kita untuk melakukannya di dalam hidup kita.

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk bertumbuh dalam kasih dan membangun dunia ini dengan sebuah peradaban kasih dan keadilan. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply