Homili 11 Juli 2014

Hari Jumat, Pekan Biasa XIV
Hos 14:2-10
Mzm 51:3-4.8-9.12-13.14.17
Mat 10:16-23

Bertobatlah kepada Tuhan

Fr. JohnAda seorang sahabat yang membagi pengalaman hidupnya. Ia pernah merasakan pengalaman kegelapan yang cukup lama. Ia merasa begitu jauh dari Tuhan saat itu tetapi tidak berdaya untuk kembali kepada Tuhan. Pada suatu kesempatan ia merasa seperti diajak oleh seseorang untuk pergi ke Gereja. Ia pun berangkat sendirian ke Gereja dan di sana ia mendengar Injil tentang kisah anak yang hilang (Luk 15:11-32). Romo yang membawakan Firman mengatakan bahwa Allah Bapa itu mahabaik dan Dialah yang mempunyai inisiatif untuk menjemput setiap anakNya yang hilang. Allah Bapa juga melakukan hal yang sama dengan menjemput salah satu orang di antara kita yang setelah bertahun-tahun meninggalkan Gereja dan hari ini ia boleh datang dan mendengar Tuhan. Sambil mendengar homily, sahabatku itu merasa seperti Tuhan sedang berbicara dengannya. Ia tidka mengenal romo itu tetapi apa yang dikatakan romo persis seperti yang sedang dialaminya. Ia meneteskan air mata dan berterima kasih kepada Tuhan karena Tuhan selalu baik dengannya. Tuhan menyadarkannya melalui SabdaNya untuk bertobat. Pengalaman akan kasih dan kemurahan Allah ini mendorongnya supaya kembali kepada Tuhan dengan segenap hati. Ia bertobat kepada Tuhan dan sekarang mulai aktif melayani Gereja.

Tuhan melalui nabi Hosea menyeruhkan tobat kepada Israel. Tuhan berfirman: “Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan Allahmu, sebab engkau telah tergelincir karena kesalahanmu. Datanglah membawa kata-kata penyesalan dan bertobatlah kepada Tuhan. Berserulah kepadaNya: “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat apa yang baik; sehingga kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” (Hos 14:2-3). Seruan Tuhan melalui nabi Hosea ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi kita sebagai orang beriman. Orang-orang di Samaria selalu jatuh dalam dosa. Mereka dianggap memiliki baal-baal, melacurkan dirinya kepada dewa-dewa asing dan melupakan Allah yang benar yakni Allah nenek moyang mereka. Dengan situasi seperti ini maka Tuhan menyeruhkan pertobatan yang radikal. Israel harus menyesal, bertobat dan merendahkan dirinya kepada Tuhan sambil memohon pengampunan yang berlimpah.

Jatuh dalam dosa memang merupakan bagian dari kelemahan manusiawi kita. Kelemahan ini disebut concupiscence atau kecenderungan yang kuat untuk selalu berbuat dosa. Bagaimana sikap Tuhan terhadap manusia yang dikuasai kecenderungan ini? Tuhan tidak berhenti mengasihi anda dan saya. Maka melalui Hosea Tuhan berfirman: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewangan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela, sebab murkaKu telah surut dari pada mereka. Aku akan menjadi seperti embun bagi mereka.” (Hos 14: 5-6).

Orang-orang biasa hidup dalam dosa akan merasa bisa-biasa saja. Mereka berpikir bahwa kesalahan dan dosa itu hal yang biasa. Inilah yang oleh Hosea disebut kebiasaan “tergelincir” dalam dosa. Orang-orang yang tergelincir dalam dosa selalu gelisah dalam hidupnya. Tidak ada kedamaian dalam bathinnya. Orang yang hidup dalam rahmat Tuhan akan bertumbuh dalam iman dan kepercayaan, dan memiliki kedamaian dalam bathinnya. Dia akan tetap terbuka dan berharap kepada Allah. Ia akan merasa bahwa jalan Tuhan selalu lurus baginya.

Para rasul adalah orang-orang yang berjalan bersama Kristus. Mereka adalah para pilihan Tuhan dan siap diutus untuk membawa damai dan kasih kepada banyak orang. Mereka mewartakan Kerajaan Sorga. Ini adalah pekerjaan Yesus dan bukanlah suatu hal yang mudah. Yesus melewati jalan penderitaan untuk bisa menyelamatkan manusia maka jalan yang sama juga harus ditempuh oleh para rasulNya. Itulah sebabnya Ia berkata: “Lihat, Aku mengutus kalian seperti domba ke tengah-tengah serigala! Sebab itu hendaklah kalian cerdik seperti ular dan tulus seperti metrpati.” (Mat 10:16). Perkataan Yesus ini dipegang teguh oleh Gereja. Dalam sejarahnya, banyak umat yang menderita sengsara, menjadi martir bagi Kristus. Darah para martir itu menyuburkan iman Gereja.

Serigala adalah gambaran orang-orang Farisi dan kaum Yahudi yang belum percaya kepada Kristus. Mereka menutup mata mereka terhadap rencana keselamatan. Oleh karena itu mereka menganiaya para murid Kristus pada saat itu. Para murid Kristus dipenjarakan, dianiaya dan banyak di antara mereka menjadi martir. Tuhan menasihati para muridNya untuk teguh dalam iman karena Dia sendiri melalui RohNya akan menguatkan dan meluputkan mereka. Para rasul juga diingatkan untuk bersifat militan dalam menghadirkan Kerajaan Allah. Tuhan menghendaki agar hanya ada kasih dan keadilan yang bertumbuh di dunia ini.

Sabda Tuhan pada hari ini memiliki makna yang sangat dalam. Mari kita belajar dari teladan St. Benediktus untuk meninggalkan dunia yang gemerlap, dunia yang penuh kedagingan untuk mengalami kasih Tuhan. Kita mewujudkan ora et labora di dalam hidup kita. Saya akhiri homily ini dengan sebuah kutipan dari St. Benediktus: “Janganlah ada sesuatu yang diutamakan melebihi Kristus, dan semoga Ia memimpin kita ke hidup kekal.”

Doa: Tuhan, berilah kamu anugerah pertobatan untuk selalu bersatu dengan Dikau. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply