Homili 12 Juli 2014

Hari Sabtu, Pekan Biasa XIV
Yes 6:1-8
Mzm 93: 1ab, 1cd-2.5
Mat 10:24-33

Jangan takut!

Fr. JohnApakah anda pernah merasa takut? Semua orang pasti sepakat untuk mengakui bahwa ketakutan adalah bagian hidup manusia. Rasa takut itu selalu ada di dalam diri kita. Ada seorang sahabat yang tidak hanya sekedar takut tetapi ketakutannya sampai ke tingkat Phobia. Misalnya, ketika melihat tali hijau, bayangannya adalah pada ular hijau yang pernah memagutnya sehingga ia bisa berteriak histeris. Ada juga yang takut ketika berada di ruang yang gelap. Ada yang takut menghadapi persoalan tertentu misalnya ujian, perkara dan lain-lain sehingga berkeringat, sakit perut dan ekspresi lainnya. Semua orang memiliki ketakutan tersendiri.

Nabi Yesaya pernah merasa takut berada di hadirat Tuhan yang kudus. Ia merasa takut karena memiliki bibir yang najis. Di hadapan Takhta Allah, nabi Yesaya berkata: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir namun mataku telah melihat Sang Raja yaitu Tuhan semesta alam.” (Yes 6:5). Di sini kita melihat figure nabi Yesaya yang rendah hati dan mengenal dirinya sebagai pribadi yang tidak sempurna di hadapan Tuhan dan sesama. Tuhan memperhatikan dan menguduskannya. Dikisahkan bahwa seorang Serafim terbang mendapatkan Yesaya dengan bara api di tangan dan menyentuhnya di bibir sehingga dosanya dihapuskan. Yesaya menjadi pribadi yang layak untuk diutus oleh Tuhan.

Kisah panggilan Yesaya merupakan gambaran panggilan banyak orang. Mula-mula orang bisa menutup hatinya kepada Tuhan, namun dengan rahmatNya, hati mereka bisa terbuka dan layak di hadiratNya. Mereka bisa menerima Yesus di dalam hidupnya. Yesaya mengalami saat di mana ia menutup hatinya kepada Tuhan. Ia takut dan kurang percaya diri di hadapan Tuhan karena berbibir najis. Tetapi ketika ia membuka diri kepada Tuhan maka mengalirlah rahmat berlimpah bahkan ia sendiri siap untuk diutus.

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus mengingatkan dan memberi semangat kepada para muridNya supaya jangan takut terhadap semua pengalaman hidup setiap hari. Mereka adalah murid-murid yang tidak akan melebihi Yesus sebagai guru bagi mereka. Yesus saja tidak takut menghadapi kematianNya di salib, Ia justru berani karena inilah kehendak dari Bapa bagiNya. Yesus berkata: “Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa untuk membunh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan jiwa maupun tubuh ke dalam neraka.” (Mat10:28).

Mengapa kita tidak boleh takut? Satu alasan yang pasti adalah karena Yesus menyertai kita hingga akhir zaman. Kita juga lebih bernilai di mata Tuhan Yesus daripada segala ciptaan yang lain. Oleh karena itu kita diharapkan untuk bertumbuh dalam semangat takut akan Allah. Kita mengakuiNya sebagai Tuhan dan Allah kita yang membebaskan kita dari segala dosa dan kematian. Dia menyelamatkan kita semua.

Cobalah kita memeriksa bathin masing-masing. Banyak kali karena takut maka kita sulit untuk melayani Tuhan dengan sukacita. Ketika kita hanya berhenti pada persoalan-persoalan hidup atau masalah-masalah yang kita hadapi maka iman kita pun tidak bertumbuh. Ingatlah bahwa masalah-masalah dan pergumulan hidup yang menakutkan itu lebih kecil dari pada Allah Tuhan kita. Allah kita itu jauh lebih agung mengatasi segala persoalan hidup kita. Asal kita sungguh percaya kepadaNya!

Doa: Tuhan, bantulah kami untuk mampu mengatasi ketakutan-ketakutan di dalam hidup kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply