Homili Hari Minggu Biasa XV/A – 2014

Hari Minggu Biasa XV/A
Yes 55:10-11
Mzm 65:10.11.12-13.14
Rom 8:18-23
Mat 13:1-23

Kehendak Bebas Sang Penabur

Fr. JohnDi daerah-daerah agraris, pekerjaan bercocok tanam itu merupakan hal yang lumrah. Sang petani menyiapkan lahannya dengan baik, membajak dan memupuk lahan sambil menunggu musim hujan tiba. Ketika musim hujan tiba, sang petani sudah mengetahui di lahan mana ia akan menabur benih tertentu dan di lahan mana ia menanam sesuai keadaan tanahnya. Ia melakukannya setiap tahun dan menghasilkan panenan yang cukup untuk kebutuhan hidupnya. Kadang-kadang panenan melimpah rua kalau musimnya baik, kadang mengalami gagal panen. Para petani sudah pandai membaca tanda-tanda alam.

Di dalam bacaan Injil hari Minggu ini Tuhan Yesus mengambil sebuah perumpamaan yang sangat sederhana dan kontekstual tentang SabdaNya dan pertumbuhan Sabda itu di dalam hati setiap pribadi. Dikatakan kontekstual karena daerah Galilea subur untuk pertanian. Dari atas perahu ia mengajak mereka untuk merenungkan tentang tanah mereka yang subur yang menghasilkan tanaman yang bisa memberi hidup kepada mereka. Hal yang sama terjadi juga dengan SabdaNya karena “manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Sabda yang keluar dari mulut Allah” (Ul 8:3; Mat 4:4; Luk 4:4). Sambil duduk di atas perahu, Yesus menceritakan bahwa Ada seorang penabur yang keluar dan menabur benih sesuai seleranya. Benih-benih yang ditaburkan itu jatuh di empat tempat yang berbeda yakni di pinggir jalan, di tanah yang berbatu, di tengah semak berduri dan di tanah yang subur.

Bagaimana keadaan benih-benih di tempat-tempat ini? Benih yang jatuh di pinggir jalan itu dilihat oleh burung-burung sehingga memakannya sampai habis. Benih di tanah berbatu hanya memiliki sedikit tanah maka sempat tumbuh tetapi cepat mati karena tanahnya tipis. Benih di antara semak belukar itu bisa bertumbuh tetapi semak itu menghimpitnya sampai mati. Benih yang jatuh di tanah yang baik bertumbuh dengan subur, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat dan ada juga yang tiga puluh kali lipat.

Banyak orang mendengar perumpamaan itu tetapi tidak mengertinya. Para murid juga turut mendengar perumpamaan ini tetapi belum mengerti sehingga mereka meminta penjelasan dari Yesus. Inilah penjelasan Yesus: benih itu adalah Sabda atau Logos Tuhan. Benih yang jatuh di pinggir jalan itu ibarat Sabda Tuhan tentang Kerajaan Allah yang diwartakan dan semua orang mendengarnya tetapi ada orang yang tidak mengerti sehingga datanglah si jahat dan merampasnya. Benih yang jatuh di tanah yang berbatu itu ibarat orang yang mendengar Sabda dan segera menerimanya dengan gembira tetapi tidak berakar. Ketika ada penderitaan, penindasan, penganiayaan karena Sabda maka orang itu menjadi murtad. Benih yang jatuh di antara semak berduri itu ibarat orang yang mendengar Sabda, tetapi ada kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan yang menghimpit Sabda sehingga tidak berbuah. Benih yang jatuh di tanah yang subur adalah orang yang mendengar sabda Tuhan, mengertinya, melakukannya di dalam hidup sehingga menghasilkan buah dalam kelimpahan.

Perumpamaan Yesus ini kelihatan sederhana tetapi sangat mendalam. Mari kita memeriksa bathin kita masing-masing dan bertanya seberapa besar pengaruh Sabda Tuhan di dalam hidup kita. Sabda adalah Yesus sendiri maka pertanyaan yang lebih konkret lagi adalah seberapa besar pengaruh Yesus Kristus di dalam hidup kita. Kita mengakui diri sebagai pengikut Kristus, orang Kristen karena mengikuti Yesus Kristus tetapi apakah hidup dan karya kita menyerupai Yesus Kristus? Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan orang berdosa termasuk anda dan saya maka bagaimana sikap kita terhadap dosa dan orang berdosa? Banyak kali kita lebih menyukai dosa yang diperbuat orang dan menolak orang yang berbuat dosa itu. Yesus tidaklah demikian, Ia berani menghancurkan dosa dan mengasihi orang berdosa. Sabda Yesus memberi hidup kepada manusia sedangkan perkataan-perkataan kita menyakitkan bahkan mematikan sesama.

Tuhan Allah melalui nabi Yesaya dalam bacaan pertama berkata: “Sebab seperti hujan dan salju yang turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikian FirmanKu yang keluar dari mulutKu: ia tidak akan kembali kepadaKu dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55:10-11). Firman Tuhan itu memiliki kekuatan yang luar biasa bagi manusia. Perkataan Tuhan ini membantu kita untuk mengerti Yesus dan perutusanNya di atas dunia. Ia datang dari Bapa ke dunia untuk melaksanakan seluruh rencana dan kehendak Bapa dengan sempurna. Dalam hal ini Yesus membawa penebusan yang berlimpah bagi umat manusia. Ia merelakan diriNya seperti biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati sehingga menghasilkan banyak buah (Yoh 12:24). Yesus juga menjadi makanan rohani yang memberi hidup. Itulah yang selalu kita kenang di dalam Ekaristi.

Apa yang harus kita lakukan? St. Paulus mengingatkan kita dalam bacaan kedua supaya selalu hidup di dalam pengharapan sebagai anak-anak Allah. Paulus mengakui bahwa hidup kita itu indah karena mengalami banyak penderitaan tetapi semua itu tidak ada bandingnya dengan kemuliaan yang dinyatakan kepada kita. Penderitaan dan kemalangan yang dialami di dunia ini tidak ada bandingnya dengan kasih Tuhan yang besar, penebusan berlimpah yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Dengan penebusan yang dilakukan oleh Sang Sabda maka kita pun akan mengalami kemuliaan Tuhan. Dengan harapan yang pasti, Tuhan sendiri akan memerdekakan kita dari kuasa dosa dan masuk di dalam kemuliaanNya. Roh Allah turut bekerja untuk menyempurnakan kita sebagai anak-anak Allah.

Sabda Tuhan pada hari ini memberikan harapan baru kepada kita bahwa Tuhan itu selalu mengasihi kita. Ia memberikan SabdaNya untuk menghidupkan kita dan tugas kita adalah mendengar, menghayati dan melakukan Sabda sehingga segala ciptaan juga merasakan keselamatan dari Tuhan. Kita semua juga diingatkan untuk memiliki hati yang murni sehingga sabda benar-benar bertumbuh dan menghasilkan buah dalam kelimpahan. Kita juga diingatkan untuk selalu hidup dalam pengharapan sehingga bisa mengalami kemuliaan Tuhan sebagai anak-anak Allah. Tuhan sendiri adalah sang Penabur yang memiliki kehendak bebas untuk menaburkan benih-benih SabdaNya di dalam hati kita.

Doa: Tuhan, terima kasih atas SabdaMu laksana hujan dan salju yag menyegarkan hidup kami setiap hari. Semoga SabdaMu mengubah hidup kami, laksana tanah subur dan menghasilkan buah-buah keselamatan bagi diri kami dan sesama. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply