Homili 21 Mei 2015

Hari Kamis, Pekan Paskah VII
Kis. 22:30; 23:6-11
Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11
Yoh. 17:20-26

Kuatkanlah Hatimu!

Fr. JohnSt. Paulus meninggalkan jemaat di Efesus dengan hati yang sedih. Namun ada satu hal yang menarik perhatian kita yakni ia tidak terikat pada orang-orang dan tempat di mana ia melayani. Ia meninggalkan mereka dan tetap percaya bahwa Tuhan akan menumbuhkan mereka. Ia patuh kepada kehendak Tuhan. Ia bahkan mengakui diri sebagai tawanan Roh, ia pergi ke Yerusalem dan tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya di Yerusalem (Kis 20:22). Ketika tiba di Yerusalem ia ditangkap (Kis 21:27) dan diadili oleh orang-orang Yahudi. Ia berusaha membela dirinya dengan berkata: “Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel dalam hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Allah sama seperti kamu semua pada waktu ini.” (Kis 22:30). Ia sekali lagi mengisahkan panggilannya kepada orang-orang Yahudi. Namun demikian, kisah panggilannya tidak menghalangi orang Yahudi untuk mengadilinya. Pengalaman penderitaan Yesus terulang kembali dalam diri Paulus.

Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam pengajaran Paulus di mata orang Yahudi adalah tentang kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Dampaknya adalah pada kebangkitan 0rang-orang mati. Pada waktu itu Paulus berhadapan dengan dua kelompok besar orang-orang Yahudi di Yerusalem. Kaum Saduki tidak mengakui adanya kebangkitan orang mati dan tidak ada malaikat atau roh. Kaum Farisi percaya kepada kebangkitan orang mati dan malaikat serta roh. Kepada kedua golongan ini dan di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Paulus berkata: “Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati.” (Kis 23:6). Perkataan Paulus ini menimbulkan perpecahan antara kaum Farisi dan Saduki. Keributan besar pun tidak bisa dihindari. Tuhan menguatkan Paulus sebagai seorang tahanan dengan berkata: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma.” (Kis 23:11).

Santo Paulus menginspirasikan kita banyak hal. Pertama, Paulus sungguh-sungguh menghayati kehidupan Yesus Kristus. Ia tidak bersalah tetapi diadili laksana seorang penjahat. Ia sendiri tidak putus asa atau merasa takut dengan penjara karena kesetiaan dan kasihnya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memanggil dan mengutusnya. Apakah kita bisa menyerupai St. Paulus? Kedua, Paulus berani bersaksi tentang Yesus Kristus. Dalam situasi sulit pun ia tetap berani bersaksi. Apakah kita memiliki keberanian seperti Paulus? Di saat-saat yang sulit, Tuhan bisa menguatkan kita dengan berkata: “Kuatkanlah hatimu! Beranilah bersaksi!” Gereja mesti mengambil spirit ini untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan di dunia.

Tuhan Yesus dalam amanat perpisahan bersama para murid-Nya mengangkat doa sebagai Imam Agung. Ia berdoa bagi para murid yang mengikuti-Nya kemana pun Ia pergi. Ia juga mendoakan para murid lain yang percaya kepada-Nya karena menerima pewartaan mereka. Tuhan Yesus mendoakan baik para murid-Nya maupun mereka yang percaya karena pewartaan mereka supaya tetap bersatu (ut unum sint) sama seperti Bapa di dalam Putra dan Putra di dalam Bapa dalam persatuan Roh Kudus. Hal yang sama kiranya terjadi juga antara manusia dengan Tuhan. Persekutuan ini, bagi Yesus merupakan suatu tanda bahwa Allah Bapa telah mengutus Yesus Kristus Putra-Nya.

Persekutuan Tritunggal Mahakudus menjadi model bagi persekutuan antar manusia. Yesus mengakui bahwa Ia berada di dalam hidup manusia dan Allah Bapa di dalam Yesus Putra-Nya. Dampak dari persekutuan ini adalah kesempurnaan hidup bagi setiap pribadi. Kesempurnaan berarti dimana Yesus berada, kita juga berada bersama Dia. Nilai luhur yang menjadi perjuangan bersama adalah persatuan antar manusia dan persatuannya dengan Tuhan. Persekutuan yang erat akan menumbuhkan kasih dan kasih itu adalah Allah sendiri. Allah adalah kasih!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply