Homili Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga – 2015

Hari Raya SP Diangkat Ke Surga
Why. 11:19a; 12:1,3-6a,10ab
Mzm. 45:10bc,11,12ab
1Kor. 15:20-26
Luk. 1:39-56

Segala keturunan menyebut aku bahagia

cuore immacolatoPada hari ini seluruh keluarga besar Kongregasi Salesian Don Bosco (SDB), merayakan Hari Ulang Tahun kelahiran St. Yohanes Bosco ke-200. Santo pendiri kongregasi yang dikenal sebagai pencinta kaum muda ini lahir di Becchi, Italia pada tanggal 16 Agustus 1815. Ia meninggal pada tanggal 31 Januari 1888. St. Yohanes Bosco mempopulerkan devosi kepada Bunda Maria Penolong Umat Kristiani. Devosi ini masih populer di dalam Gereja, khususnya di dalam Kongregasi Salesian Don Bosco. Setiap kali berdoa bersama di komunitas pasti selalu diakhiri dengan doa singkat: “Maria Penolong Umat Kristiani, doakanlah kami.”

Devosi Don Bosco kepada Bunda Maria dimulai di rumahnya sendiri. Ibunya bernama Margaretha Occhiena, selalu mengajarkan Doa Salam Maria dan Doa Malaikat Tuhan kepadanya sejak usia dini. Itulah sebabnya Don Bosco menyatu dengan Bunda Maria. Ia memulai karyanya bersama kaum muda dengan mengajarkan Bartolomeus Garelli sebuah doa Salam Maria. Baginya, semua anak muda yang datang dan tinggal di rumah Don Bosco, diantar sendiri oleh Bunda Maria. Ia mengharapkan agar para Salesian juga mengasihi Bunda Maria karena baginya, semua karya Salesian berada dalam perlindungan Bunda Maria.

Pada hari Minggu ini, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan raganya. Gereja Timur mulai mempopulerkan perayaan ini sejak abad ke-6, sedangkan Gereja Barat (Katolik) mempopulerkannya pada abad ke-7. Baik di Gereja Timur dan Barat, diadakan prosesi panjang untuk menghormati Bunda Maria. Pada tanggal 1 November 1950, Paus Pius XII menetapkan dogma Maria diangkat ke Surga dengan jiwa dan raganya. Gereja Katolik mau menegaskan bahwa Santa Perawan Maria, pada akhir hidupnya di dunia ini diangkat ke surga dengan jiwa dan badannya. Jadi, meskipun Maria termasuk keturunan Adam namun ia tidak bersekutu dengan dosa. Ia dikandung tanpa noda dosa. Mengapa demikian? Karena ia mengalami perlindungan Allah dengan sempurna.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Minggu ini mengajak kita untuk memandang Bunda Maria yang diangkat ke Surga dengan jiwa dan badannya. Penulis Kitab Wahyu menggambarkan secara samar-samar bahwa ada seorang perempuan yang berselubungkan matahari dengan bulan berada di bawah kakinya. Wanita itu melahirkan seorang anak namun bahaya langsung mengancam anak itu yakni seekor naga hendak memangsanya. Namun Tuhan memiliki rencana yang lain karena setelah lahir anak itu langsung dipersembahkan kepada-Nya dan luput dari bahaya. Wanita itu pergi ke tempat yang sudah disiapkan baginya. Wanita ini merupakan gambaran Gereja tentang Bunda Maria. Ia melahirkan Yesus sebagai Putranya. Dialah Yesus yang menyelamatkan manusia.

Ada juga suara yang berseru dari surga: “Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.” (Why 12:10). Hal yang menarik perhatian kita adalah bahwa Tuhan hadir dalam setiap rencana-Nya. Ia mendampingi umat-Nya untuk bersekutu dalam Gereja untuk berdoa bersama-sama. Keselamatan dan kuasa Allah menguasai seluruh hidup manusia. Sang Pemazmur berkata: “Segala keturunan akan menyebut aku bahagia.” (Mzm 45:10d).

Kata-kata Pemazmur kembali diulangi oleh Bunda Maria dalam Magnificat (Kidung Maria). Setelah berdialog penuh sukacita dalam Roh bersama Elizabeth saudaranya, ia berkata, “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.” (Luk 1:48-49). Perkataan Bunda Maria ini tepat. Dialah orang kudus yang paling disapa oleh manusia setiap saat dalam “Salam Maria’. Ia disapa turun temurun oleh generasi manusia. Dia layak disebut berbahagia karena semua orang yang mencintainya, dengan sendirinya akan mencintai Tuhan Yesus Kristus puteranya.

Satu tantangan bagi kita adalah bahwa doa Salam Maria sudah mendarah daging sehingga kita bisa saja hanya mendoakannya tetapi tidak menyadari atau masuk lebih dalam di dalam doa. Doa Salam Maria lewat begitu saja di dalam hidup kita. Padahal kalau kita mendoakan perlahan-lahan dan memahaminya, kita akan menyadari rencana keselamatan dari Tuhan bagi manusia di dalam diri Bunda Maria. Dia penuh rahmat dan Tuhan senantiasa menyertainya. Dia dipuji di antara semua wanita. Dia dipuji karena Yesus Putranya. Kita memohon supaya Bunda Maria menjadi perantara segala doa kita kepada Tuhan sekarang hingga saat kematian menjemput kita.

Apa yang harus kita lakukan?

St. Paulus, dalam bacaan kedua mengajak kita untuk mengingat kembali Tuhan Yesus yang sudah menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Kebangkitan Kristus merupakan jaminan bagi kebangkitan kita sebagai manusia. Dialah satu-satunya yang bisa meniadakan maut untuk selama-lamanya. Oleh karena itu setiap orang yang beriman kepada Kristus akan memperoleh hidup kekal.

Bunda Maria diangkat ke Surga dengan jiwa dan raganya juga menjadi model bagi kita untuk berjalan menuju kepada Bapa. Kekudusan Bunda Maria menginspirasikan kita untuk berbuat baik, mewartakan kebahagiaan kepada sesama supaya setiap generasi manusia senantiasa mengenal Allah sebagai Bapa yang kekal, Bapa yang Mahabaik. Bunda Maria diangkat ke Surga menjadi ratu surga dan dunia. Dia mendoakan dan memimpin kita kepada Yesus Putranya. Mari kita percayakanlah diri kita selalu kepada Bunda Maria.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply