Homili 21 Maret 2014

Hari Jumat, Pekan II Prapaskah

Kej 37:3-4,12-13a,17b-28;

Mzm 105:16-17,18-19,20-21;

Mat 21:33-43,45-46

Iri hati masih menguasai dunia!

Fr. JohnAda seorang bapak yang datang untuk berbicara dengan saya di Pastoran. Ia merasa kecewa dengan saudara-saudaranya karena warisan orang tuanya dibagi tidak adil. Ia merasa sepertinya hanya menerima sisa-sisanya saja, ibarat tanah tandusnya yang ia terima sedangkan tanah yang subur sudah dimiliki saudara-saudaranya. Akibat perlakuan ini maka ia merasa benci dengan saudara-saudaranya bahkan pernah berniat jahat terhadap mereka. Saya bertanya kepadanya apakah ia bisa melanjutkan hidupnya hanya dengan mengharapkan warisan orang tua yang tidak seberapa itu. Ia menjawab tidak. Saya mengatakan kepadanya supaya tidak terlalu memikirkan warisan orang tua, tetapi bekerja dengan tekun supaya bisa hidup dari keringatnya sendiri dari pada hidup dengan kebencian kepada saudara-saudaranya. Membenci saudara karena warisan itu dosa dan tidak berguna. Banyak kali kita menyaksikan pribadi-pribadi tertentu yang membenci saudaranya, menganggap mereka sebagai musuh. Iri hati selalu ada di mana-mana!

Yohanes dalam suratnya berkata: “Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya ia berada dalam kegelapan sampai sekarang” (1Yoh 2:9.11). Ia juga berkata, “Barangsiapa membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia dan tidak ada hidup kekal di dalam dirinya” (1Yoh 3:15). Di bagian lain Yohanes berkata: “Barangsiapa yang mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia seorang pendusta (1Yoh 4:20). Nah, dari semua perkataan Yohanes ini dikatakan bahwa membenci saudara, apalagi saudara kandung adalah dosa. Dalam masa prapaskah ini kita semua diajak untuk membenahi diri kita, membangun relasi yang baik dengan sesama saudara yang lain.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini menggambarkan bagaimana rasa benci dan iri hati itu masih merajalela di dunia. Yakub atau Israel memiliki duabelas anak. Anak yang paling disayangi adalah Yusuf. Ia adalah anak dari salah seorang istri Yakub yang lahir di saat Yusuf sudah berusia senja. Ia memiliki jubah yang indah. Dia jujur di hadapan ayahnya dan banyak kali berani membongkar borok saudara-saudaranya terutama dalam hubungan dengan pekerjaan mereka sebagai penggembala ternak.  Dia juga memiliki mimpi yang diceritakan kepada ayah dan saudara-saudaranya sehingga menimbulkan rasa iri hati (Kej 37:11). Pada saat itu Yusuf baru berusia 17 tahun.

Pada suatu kesempatan Yusuf disuruh ayahnya untuk untuk melihat saudara-saudaranya di lemba Hebron, tetapi mereka sudah berangkat ke Dotan. Ketika saudara-saudara melihatnya datang, rasa iri hati muncul kembali dan mereka sepakat untuk membunuhnya. Mereka sepakat dan berkata: “Marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur kemudian menyampaikan kepada ayahnya bahwa ada hewan buas yang menerkamnya” (Kej 37: 20). Ruben sebagai anak sulung berusaha untuk melepaskan saudaranya. Ia menguingatkan saudara-saudaranya untuk tidak membunuhnya tetapi melemparkan ke dalam sumur saja, itu sudah cukup. Ketika Yusuf tiba, saudara-saudaranya melepaskan jubahnya dan memasukkan ke dalam sumur kering. Tiba-tiba para saudagar Midian lewat di dekat mereka maka mereka pun menjual Yusuf dengan harga dua puluh sykal perak (Kej 37:28).

Di dalam bacaan Injil, kita mendengar kisah tentang penggarap-penggarap kebun anggur. Pemilik kebun anggur itu orang yang baik. Ia menyiapkan kebun anggurnya lengkap: lahan digarapi, pagar keliling dipasang, tempat memeras anggur disiapkan dan menara jaga dibangun. Kebun yang sudah siap ini disewakan kepada para penggarap. Para penggarap adalah orang-orang tamak. Pada saat musim panen tiba, tuan kebun anggur menyuruh para hamba untuk meminta bagiannya tetapi mereka dipukul, dilempari dengan batu bahkan ada yang dibunuh. Tuan itu lalu mengutus puteranya sendiri, tetapi nasibnya lebih tragis. Puteranya itu ditangkap, diseret ke luar kebun anggur lalu dibunuh dengan keji. Maka kebun anggur itu akhirnya disewakan kepada orang lain yang lebih bertanggung jawab dalam mengelolanya.

Yesus sedang berbicara dengan para ahli Taurat dan kaum Farisi. Allah Bapa adalah sang pemilik kebun anggur. Ia menyiapkan segala sesuatu lengkap dan diberinya kepada umat terpilih. Para nabi adalah hamba-hamba yang diutusNya tetapi orang-orang Israel tidak menerimanya, bahkan Yesus Kristus PuteraNya sendiri ditangkap, dijual dan dibunuh di atas kayu salib. Perbuatan keji karena iri hati yang berlebihan dari manusia yang tidak menyadari kasih Allah.

Iri hati adalah dosa yang selalu ada di dalam hidup kita. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Rasa iri hati dapat menghantar sampai kepada perbuatan-perbuatan yang terjahat (Bdk. Kej 4:3-7; 1 Raj 21:1-29). Oleh iri hati setan datanglah kematian ke dunia (Keb 2:24). Tentang hal ini St. Yohanes Krisostomus berkata: “Kita saling berperang dan iri hati mempersenjatai kita satu terhadap yang lain… Kalau semua orang dengan gigih merobek Tubuh Kristus, kita lalu akan sampai di mana? Kita sudah mulai menghancurkan Tubuh Kristus… Kita mengatakan bahwa kita adalah anggota dari Tubuh yang satu dan sama, dan di samping itu kita saling menelan bagaikan binatang buas” (Yohanes Krisostomus hom. in Cor. 27,3-4). (KGK, 2538).

Selanjutnya dalam KGK, 2539, iri hati adalah satu dosa pokok. Artinya orang kecewa karena yang lain mendapat untung, dan menghendaki secara tidak terbatas, untuk memiliki sendiri hartanya atas cara yang tidak adil. Siapa yang menginginkan yang jahat bagi sesamanya, melakukan dosa berat. Santo Agustinus melihat di dalam iri hati “dosa setani” (catech. 4:8). “Dari iri hati muncullah kedengkian, fitnah, hujat, kegirangan akan kesengsaraan sesama, dan menyesalkan keberuntungannya” (Gregorius Agung., mor. 31,45).

Mari kita membuang iri hati, kita membangun keadilan dan kasih. Dunia akan berubah menjadi lebih baik ketika iri hati itu keluar dari dunia ini sehingga yang berkuasa adalah cinta kasih dan keadilan.

Doa: Tuhan, bantulah kamu agar dapat keluar sikap iri hati yang selalu menguasai hidup kami dan memiliki hati yang murni untuk mengasihi seperti Engkau sendiri sudah mengasihi kami. Amen

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply