Food For Thought: Menuju garis finish

Menuju garis finish

P. John SDBTahun liturgi membantu kita untuk memiliki habitus baru yakni selalu melihat ke depan, penuh harapan dan sukacita. Saya ingat seorang sahabat yang suka mendaki gunung. Dalam perjalanan melewati tempat yang dilaluinya ke gunung, ia biasanya turun dari mobil dan melihat ke arah gunung yang pernah didakinya. Ia selalu berkata saya pernah kesana dan akan tetap pergi ke sana. Ia memandang dengan penuh harapan.

Yohanes memiliki penglihatan tajam tentang masa depan bangsa manusia yang berziarah menuju kekudusan (Why 14:14-20). Ia melihat ada Anak Manusia yang duduk di atas awan dengan mahkota kemuliaanNya. Ia berkuasa atas segala yang hidup dan mati. Seorang malaikat memerintahkanNya untuk menyabit bumi dengan sabitnya karena sudah saatnya untuk memanen. Terjadilah dunia disabit, semua gandum dikumpulkan di tempatnya. Malaikat juga menyuruh untuk menyabit semua anggur di bumi. Dan terjadilah bahwa anggur itu diperas di kilangan sehingga keluar darah yang mengalir.

Gandum menjadi roti adalah simbol Tubuh Kristus dan anggur simbol Darah Kristus membantu kita untuk merenungkan Ekaristi sebagai sumber keselamatan dan pembaharuan hidup. Gandum selalu hidup bersama lalang tetapi karena kesabaran Tuhan maka  gandum bisa menghasilkan roti. Anggur menjadi darah Kristus yang menyucikan. Semua kiasan ini sedang membantu kita untuk menuju ke garis finish.

St. Paulus berkata: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis finish dan aku telah memelihara iman.” (2Tim 4:7).Kita semua sedang berlomba menuju ke garis finish. Steve Refontaine pernah berkata: “Mayoritas orang berlomba lari untuk menemukan siapa yang berlari paling cepat. Aku ikut lomba lari untuk mengetahui siapa yang paling besar nyalinya.” Nah, siapa yang punya nyali besar menuju ke garis finish? Jangan takut, ada Tuhan Yesus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply