Homili 28 Oktober 2017

St. Simon dan Yudas, Rasul
Ef. 2:19-22
Mzm. 19:2-3,4-5
Luk. 6:12-19

Tuhan Yesus saja berdoa

Pada hari ini kita merayakan pesta rasul St. Simon dan St. Yudas Tadeus. Pesta kedua Rasul ini dirayakan bersama-sama dalam liturgi. Ada alasan-alasan tertentu mengapa pesta keduanya dirayakan bersama. Pertama, nama kedua rasul ini ditempatkan secara berurutan oleh para penginjil Sinoptik (Mat 13:55; Mrk 3:18; 14:3 dan Luk 6:16). Kedua, Simon dan Yudas Tadeus sama-sama menjadi martir di Persia. Simon adalah saudara sepupu Yesus, saudara dari Rasul Yakobus tua dan muda. Ia biasa dikenal dengan sebutan orang Zelot yang berarti “yang rajin”, “yang semangatnya meluap-luap” dalam mempelajari dan mentaati hukum Taurat. Dia juga merupakan seorang griliawan bawah tanah yang memberontak melawan orang-orang Romawi pada tahun 67-70M. Yudas, disebut juga Tadeus. Tadeus berarti ‘yang berani’. Dia adalah saudara dari Yakobus Muda. Ia dikenal sebagai penulis surat Yudas. Penginjil Yohanes memberi kesaksian tentang Yudas Tadeus bahwa dialah yang berbicara dengan Yesus pada malam perjamuan terakhir: “Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?” Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” (Yoh 14:22-23). Simon dan Yudas sama-sama meninggal dunia sebagai martir.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengajar kita bagaimana membuat discernment yang baik bagi kehidupan pribadi kita. Dikisahkan bahwa Yesus mendaki sebuah bukit seorang diri untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Yesus mendaki sebuah bukit menunjukkan hasrat-Nya yang kuat untuk bersatu dengan Bapa dalam doa. Ia berdoa semalam-malaman. Doa tanpa melihat lama waktunya. Hal terpenting di sini adalah persekutuan dengan Bapa di surga. Yesus bersatu dengan Bapa dalam doa sebab Ia harus mengambil keputusan untuk memilih mitra kerja-Nya. Mereka yang dipilih-Nya akan diutus sebagai Rasul atau Utusan. Para Utusan atau Rasul melakukan pekerjaan Yesus bukan pekerjaan mereka.

Setelah selesai berdoa, Yesus mendapat mandat untuk memilih para Rasul dari kalangan para murid yang setiap hari mengikuti-Nya. Mereka adalah: “Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.” (Luk 6: 14-16). Dari ribuan para murid yang ada, Yesus hanya memilih 12 orang sebagai Rasul. Maka nama-nama yang ada bukanlah orang-orang terhebat. Mereka adalah orang-orang anawim, orang-orang sederhana yang juga memiliki banyak kelemahan seperti banyak di antara kita. Tuhan Yesus berdoa supaya Bapa menguatkan hati para rasul sebagai utusan Tuhan sendiri.

Mari kita perhatikan nama-nama mereka: Simon Petrus adalah kepala para rasul, namun ia kelak akan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Yakobus dan Yohanes adalah anak-anak Zebedeus yang memiliki ambisi yang tinggi untuk berkuasa. Matius adalah seorang pemungut cukai. Orang banyak tidak menyukai kaum pemungut cukai. Simon orang zelot adalah pejuang bawah tanah untuk melakukan gerakan melawan orang-orang Romawi saat itu. Yudas Iskariot, adalah kepercayaan Yesus sehingga terpilih sebagai bendahara. Ia tidak jujur dalam mengelola keuangan, bahkan gurunya saja dijual dengan harga 30 uang perak. Para rasul pilihan Yesus ini adalah orang-orang lemah tetapi mereka akan dikuatkan untuk melanjutkan karya misi Yesus Kristus.

Banyak orang tetap mencari Yesus dan ingin mendengarkan-Nya. Mereka juga merindukan penyembuhan yang dilakukan Yesus kepada semua orang sakit dan yang kerasukan setan dan roh-roh jahat. Ada yang mendapatkan daya kesembuhan saat menjamah-Nya. Mereka semua mendapat kesembuhan sebab ada daya besar yang keluar dari tubuh-Nya. Pekerjaan-pekerjaan Yesus ini akan dilanjutkan oleh para rasul sebagai landasan kuat bagi Gereja.

St. Paulus mengatakan bahwa para rasul adalah landasan yang kuat bagi Gereja. Sebab itu semua orang menjadi satu. Tidak ada lagi warga pribumi dan non pribumi, bukan lagi orang asing dan pendatang. Semuanya adalah sewarga dengan orang kudus dan anggota keluarga Allah. Para rasul adalah landasan bagi Gereja dan Kristus Yesus adalah batu penjuru. Di atas Yesus sebagai batu penjuru maka seluruh Gereja bertumbuh. Setiap pribadi turut di bangun sebagai tempat bagi kediaman Allah dalam Roh. Yesus saja berdoa. Ia memohon supaya Bapa yang empunya pekerja-pekerja dapat mengirim mereka untuk menjadi mitra kerja Yesus Putera-Nya. Apakah anda juga berdoa seperti Yesus?

St. Simon dan Yudas, doakanlah kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply