Food For Thought: Tentang hidup seorang biarawan

Biarawan Sesungguhnya

Pada malam hari ini saya melanjutkan Bacaan Rohani saya tentang biarawan yang sesungguhnya. Saya merasa yakin bahwa Tuhan sudah mengatur rencana ini sehingga bacaan indah ini saya baca dan renungkan bertepatan dengan peringatan St. Antonius seorang Abas yang kita kenang pada hari ini. Saya sendiri tetap mengingat sebuah perkataannya begini: “Kamu mengetahui pandangan-pandangan setan yang menyesatkan. Kamu mengetahui kekuatan dan kelemahan dari setan. Dalam menghadapi semuanya ini, percayakan dirimu seutuhnya kepada pelukan cinta kasih Kristus. Letakkanlah kepercayaanmu sepenuh-penuhnya kepada Yesus. Percayalah bahwa pada akhirnya kamu menang atas segala kejahatan.” Santu Antonius Abas tahu bahwa kita tidak akan luput dengan godaan setan sampai maut memisahkan kita. Maka Yesus harus tetap menjadi segalanya.

Bacaan rohani saya malam hari merupakan kelanjutan dari buku ‘De Imitatione Christi’ karya Thomas A. Kempis. Pada pasal ke XVII dari buku ini, beliau mengajak para biarawan dan biarawati untuk merenung lebih dalam lagi tentang dirinya supaya benar-benar menjadi biarawan atau biarawati yang sesungguhnya. Beliau menulis: “Pakaian biara dan pangkas rambut tonsura hanya sedikit gunanya. Akan tetapi, memperbaiki kelakuan dan mengendalikan hawa nafsu dengan sempurna, itulah yang membuat kita menjadi pertapa yang sesungguhnya. Barangsiapa ingin mencari sesuatu yang lain daripada kebahagiaan jiwanya sendiri, niscaya dia hanya akan menemukan kesukaran dan kesusahan belaka. Juga tidak akan lama ia merasakan kepuasan hidup jika ia tidak berusaha menjadi yang paling hina dan paling rendah di antara semua orang.”

Ada insight tertentu dari kutipan sederhana di atas yang dapat membantu kita untuk mengenal lebih dalam lagi sang biarawan sejati dan mendukung panggilannya dan juga membantu kita untuk menyadari seluk beluk hidup membiara. Bagi Thomas A. Kempis, pada zaman dahulu hingga saat ini ada satu kebiasaan penting dalam hidup membiara yakni mengenakan pakaian biara dan memangkas rambut (tonsura). Kita mengetahui jati diri seorang biarawan atau biarawati dari model jubah dan warnanya. Bagi orang yang hendak ditabiskan juga ada kebiasaan yang disebut tonsura. Di samping pakaian biara, ada tarekat tertentu yang mewajibkan anggota barunya untuk mengganti namanya. Jadi nama yang lama menjadi bagian dari sejarah hidup orang itu, nama baru untuk menunjukkan martabat baru bagi sang biarawan dan biarawati.

Semua kebiasaan dalam membiara ini memang baik adanya. Namun menurut Kempis, hal yang utama dan teritama adalah setiap biarawan dan biarawati haruslah memperbaiki kelakuan dan mengendalikan hawa nafsunya dengan sempurna. Wow, super dan sangat mendalam. Biarawan dan biarawati adalah manusia yang rapuh tetapi ia mau membuka diri kepada Tuhan untuk menguatkannya. Segala kekuatirannya ia serahkan kepada Tuhan (1Pt 5:7). Untuk itu sangat perlu untuk mengendalikan hawa nafsunya dengan tekun berdoa, tekun bekerja, berpasrah kepada Tuhan dan kehendak ilahi-Nya. Para biarawan dan biarawati juga harus berusaha untuk bermatiraga, mengontrol diri dari hawa nafsunya dengan sempurna. Hawa nafsu yang selalu menggangunya adalah kekuasaan, kekayaan dan kejayaan. Ada biarawan dan biarawati yang mungkin haus kekuasaan sehingga tidak focus dalam pelayanannya. Ada yang selalu memfokuskan segala yang harus dikerjakannya dan memberi hasil yang baik. Berusaha untuk mengontrol diri akibat hawa nafsu.

Kata-kata yang menguatkan kita semua adalah barangsiapa ingin mencari sesuatu yang lain daripada kebahagiaan jiwanya sendiri, niscaya dia hanya akan menemukan kesukaran dan kesusahan belaka. Mari para biarawan dan biarawati belajarlah untuk bangkit kembali dan berusaha untuk maju selangkah, dua langkah dan seterusnya ke arah yang lebih baik dan positif.

Biarawan dan biarawati sesungguhnya adalah dia yang berusaha untuk memperbaiki kelakuan dan mengendalikan hawa nafsunya dengan sempurna. Kita mendukung para biarawan dan biarawati untuk memperbaiki kelakuannya supaya layak di hadapan Tuhan yang memanggilnya. Kita mendukung para biarawan dan biarawati untuk bermatiraga terhadap segala hawa nafsunya. Dukungan kita ini akan menjadikan para biarawan dan biarawati hidup dalam kekudusan. Jangan lupa, berdolah untuk para imam, biarawan dan biarawati yang melayanimu.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply