Homili 24 Agustus – St. Bartholomeus

Pesta St. Bartolomeus Rasul
Why. 21:9b-14
Mzm. 145:10-11,12-13ab,17-18
Yoh. 1:45-51

Bersama Yesus adalah kesukaanku

Saya pernah membaca sharing tertulis dari para remaja yang mengikuti rekoleksi sekolah. Salah seorang anak remaja menulis dalam lembaran refleksinya begini: “Salah satu harapan saya setelah rekoleksi sekolah adalah dapat berjalan bersama Yesus. Saya ingin bersahabat dengan Yesus. Saya percaya bahwa Dia juga pasti ingin bersahabat denganku. Bersama Yesus selamanya adalah kesukaanku.” Saya sangat terpesona membaca sharing ini. Penulisnya adalah seorang remaja yang biasa-biasa saja, dia duduk di tempat terdepan, diam tenang dan penuh perhatian. Bagi saya sharingnya merupakan representasi dirinya yang nyata. Dia mau menjadi sahabat Yesus selamanya.

Pada hari ini kita memperingati rasul St, Bartholomeus. Menjadi rasul berarti menjadi sahabat Yesus yang siap untuk diutus supaya melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Sang Rasul sebagai sahabat bukan melakukan pekerjaannya melainkan melakukan pekerjaan Tuhan sendiri. Namun siapakah sebenarnya Bartholomeus itu? Nama Bartholomeus berarti ‘Anak Tolomai’. ‘Tolomai’ berarti petani, maka Bartholomeus berarti ‘anak petani’. Namanya ini tentu menunjukkan perbedaan dengan teman-temannya yang bekerja sebagai nelayan, seperti Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes dan Filipus. Lagi pula dia berasal dari daerah Kana yang letaknya cukup jauh dari pantai. Pada saat bertemu Yesus, ia masih duduk di bawah pohon ara. Nama Bartholomeus disebutkan di dalam Injil Sinoptik yakni Matius 10:3, Markus 3:18 dan Lukas 6:14, dan didalam Kisah Para Rasul 1:13. Di dalam Injil Yohanes, dia dikenal dengan nama Natanael, sahabat akrab Filipus dan Yohanes (Yoh 1:45-51).

Karakter yang kuat dari Bartholomeus adalah sikapnya yang jujur, tulus dan setia kepada Yesus. Tuhan Yesus bahkan mengakuinya sebagai ‘seorang Israel sejati, tanpa kepalsuan’. Ia menjadi salah satu nama yang ikut bersaksi dalam kisah kebangkitan Yesus di tepi danau Tiberias. Setelah mendapat kekuatan dari Roh Kudus pada hari Raya Pentekosta, Bartholmeus atau Natanael berani mewartakan Injil di berbagai daerah. Eusebius, sejarahwan Gereja dari Kaesarea (260–340), dalam bukunya ‘Historia Ecclesiastica’, mengisahkan bahwa Bartolomeus menjadi pewarta Injil Kristus dibelahan dunia timur, terutama di daerah India sebagaimana ditulis oleh Santo Hieronimus (340–420). Ia mengisahkan bahwa Pantaenus Aleksandria menemukan bukti-bukti autentik karya missioner Bartholomeus di India pada awal abad ketiga. Kepada Pantaenus, orang–orang India menunjukkan satu salinan Injil Mateus yang ditulis dalam bahasa Ibrani untuk membuktikan bahwa mereka (orang–orang India) telah diajar oleh Bartolomeus kira–kira satu setengah abad yang lalu. Hieronimus selanjutnya menjelaskan bahwa Pantaenus kemudian membawa salinan Injil Mateus itu ke Aleksandria.

Namun demikian ada juga catatan lain dari Gereja bahwa Bartolomeus mewartakan Injil di Hierapolis, daerah Asia Kecil bersama Filipus. Sepeninggal Filipus dan pembebasannya dari penjara, Bartolomeus mewartakan Injil di provinsi Likaonia, Asia Kecil. Orang-oang Armenia menyebut Bartolomeus sebagai rasul mereka sebab dialah yang pertama menobatkan mereka hingga mati sebagai martir Kristus di Albanopolis, tepi Laut Kaspia, pada masa pemerintahan Astyages, Raja Armenia. Bartolomeus juga berkarya di Mesopotamia, Mosul (Kurdi, Irak), Babilonia, Kaldea, Arab dan Persia.

Kisah hidup Bartholomeus menunjukkan jati dirinya sebagai sahabat Yesus berjalan bersama sampai tuntas. Dia hanya mendengar berita dari Filipus sahabatnya bahwa mereka sudah menemukan Yesus yang sudah disebutkan oleh Musa dalam Kitab Taurat dan oleh para nabi. Identitas Yesus disebutkan dengan jelas oleh Filipus bahwa Yesus adalah anak Yusuf dari Nazaret. Sebagai seorang yang kritis ia tidak menelan bulat-bulat perkataan Filipus sahabatnya. Ia malah berkata: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (Yoh 1:46). Sikap Natanael ini wajar saja dan tidak salah, ketika memikirkan Nazaret yang letaknya jauh di gunung, masih terisolasi kalau dibandingkan dengan darah Galilea yang sudah menjadi pusat perniagaan. Filipus tidak banyak berkomentar tetapi hanya mengajaknya untuk datang dan melihat Yesus.

Reaksi Yesus kepada Natanael adalah memberikan sebuah apresiasi yang mengubah seluruh hidupnya. Inilah perkataan Yesus: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (Yoh 1:47). Perkataan Yesus ini memiliki daya tarik dan daya pengubah yang luar biasa. Perjumpaan pertama saja sudah membuat Natanael salah tingkah di depan Yesus. Perhatikan dialog ini: Natanael: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” (Yoh 1:48) Yesus menjawab kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.” (Yoh 1:48). Natanael: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” (Yoh 1:49). Yesus mengarahkannya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu. Dan Aku juga berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yoh 1:50-51).

Tuhan Yesus memang hebat. Ia pandai mengarahkan orang untuk datang, tinggal, bersatu dan berjalan bersama-Nya. Natanael yang tadinya belum punya ide apa-apa tentang tinggal bersama Yesus. Ia hanya diajak oleh sahabatnya Filipus namun ia kemudian berhasil keluar dari genggaman Filipus dan berjalan bebas bersama Yesus sampai tuntas serupa dengan Yesus. Ia mengerti bahwa bersatu dan mengimani Yesus adalah suatu hal yang sangat pribadi. Dia menunjukkan kualitasnya sebagai sosok yang jujur, tulus dan setia kepada Yesus.

Bagaimana dengan kita yang bangga mengikuti Yesus? Apakah kita juga tulus, jujur dan setia kepada Yesus? St. Bartholomeus, doakanlah kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply