Food For Thought: Ikat Pinggang Lapuk

Ikat Pinggang Lapuk

Saya memiliki ikat pinggang dan suspender yang dipakai secara bergantian. Saya menyadari bahwa ini adalah kebutuhan pribadi, mengingat bentuk tubuh dan pakaian-pakaian yang saya kenakan. Saya merasa yakin bahwa banyak di antara kita membutuhkan ikat pinggang. Ikat pinggang sering disebut sabuk adalah pita fleksibel, biasanya terbuat dari kulit atau pakaian keras, dan dikenakan di sekitar pinggang. Fungsinya adalah mengikat celana atau bahan pakaian lain supaya jangan meorot, juga berguna sebagai gaya atau mode. Menurut sejarahnya ikat pinggang ini sudah dipakai oleh kaum pria dan wanita sejak Zaman Perunggu. Pada tahub 1920-an orang mulai terbiasa menggunakan ikat pinggang agar celana panjang yang dikenakannya tidak melorot. Sebelumnya, ikat pinggang hanya dikenakan sebagai hiasan atau berkaitan dengan pakaian militer.

Dalam Bahasa Ibrani ikat pinggang biasa disebut ‘avnet atau ‘ezor. Ikat Pinggang biasanya dibuat dari bahan kulit kasar, seperti yang melingkar di pinggang nabi Elia (2Raj. 1:8), dan bermanfaat untuk menahan jubah ketika sedang bekerja di ladang. Yohanes Pembaptis memakai ikat pinggang sama seperti Elia (Mrk. 1:6), yang menguatkan seruannya agar bertobat, seperti Elia (Mal. 4:5-6). Ikat pinggang biasa dipakai dalam upacara tertentu. Para imam besardan sejawatnya menggunakan ikat pinggang dalam upacara resmi. Banyak ikat pinggang terbuat dari kain linen yg disulam, berwarna biru, ungu dan merah tua (Kel 28:4, 39,40; 29:9; 39:29; Im 8:7, 13; 16:4), tapi dipakai juga oleh para pemuka lainnya (Yes 22:21).

Pada hari ini kita mendengar kisah di mana Allah menyuruh nabi Yeremia (13:1-11) untuk memakai ikat pinggang linen yg sudah lapuk. Ikat pinggang lapuk ini melambangkan Yehuda yg sudah ‘lapuk’ tidak berguna lagi untuk apa pun. Mengapa Yehuda diibaratkan dengan ikat pinggang yang lapuk? Ada alasan-alasan tertentu: pertama, Yehuda berkeras kepala dan tidak mau mendengar suara Tuhan. Tuhan mengutus para nabi untuk mengubah kiblat hidup mereka namun mereka tetap menyenangi dosa-dosa mereka. Kedua, Yehuda tidak setia kepada Yahwe. Mereka menyembah berhala. Maka Tuhan berkata: “Bangsa yang jahat ini, yang enggan mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, yang mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti allah lain untuk beribadah dan sujud menyembah kepada mereka, akan menjadi seperti ikat pinggang ini yang tidak berguna untuk apapun. Sebab seperti ikat pinggang melekat pada pinggang seseorang, demikianlah tadinya segenap kaum Israel dan segenap kaum Yehuda Kulekatkan kepada-Ku, demikianlah firman Tuhan, supaya mereka itu menjadi umat, menjadi ternama, terpuji dan terhormat bagi-Ku. Tetapi mereka itu tidak mau mendengar.” (Yer 13:10-11).

Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga termasuk ikat pinggang linen yang lapuk? Mari kita memeriksa bathin dan mengakui kesalahan kita dari hidup kita yang lapuk.

PJ-SDB