Homili 12 Juli 2022

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XV
Yes. 7:1-9
Mzm. 48:2-3a,3b-4,5-6,7-8
Mat. 11:20-24

Jangan malu untuk bertobat!

Ada dua sosok yang menginspirasi saya hari ini untuk merenung tentang pertobatan. Orang pertama adalah Santo Fransiskus dari Sales. Gembala cinta kasih ini pernah berkata: “Allah sangat menghargai pertobatan sehingga sekecil apapun pertobatan di dunia, asalkan itu murni, menyebabkan Dia melupakan segala jenis dosa, bahkan setan pun akan diampuni semua dosanya, jika saja mereka memiliki penyesalan”. Bagi saya perkataan orang kudus ini sangat super. Mengapa? Karena kita semua adalah orang berdosa sehingga kita perlu sadar diri sebagai orang berdosa. Banyak orang saat ini sudah kehilangan kesadaran sebagai orang berdosa. Berkaitan dengan ini kita membutuhkan Tuhan untuk mengampuni dosa dan salah kita. Perkataan Santo Fransikus dari Sales mengingatkan kita pada doa yang selalu kita ucapkan pada saat merayakan Ekaristi: “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.” Bukalah hati kita untuk membiarkan Tuhan memperhatikan iman kita kepada-Nya.

Orang kedua yang menginspirasi saya hari ini adalah Paus Emeritus Benedictus ke-XVI. Beliau pernah berkata: “Jangan takut untuk mengatakan ‘ya’ kepada Yesus, untuk menemukan sukacitamu dalam melakukan kehendak-Nya, memberikan dirimu sepenuhnya untuk mengejar kekudusan, dan menggunakan semua bakatmu dalam pelayanan bagi sesama!” Iman kepada Yesus menyelamatkan kita. Iman kepada-Nya membuat kita berani mengatakan ‘ya’ untuk menjadi kudus. Menjadi kudus berate bersatu dengan Tuhan Yesus. Dialah yang memiliki hak untuk mengampuni dosa dan salah kita. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Akan tetapi, supaya kamu tahu bahwa Anak Manusia memiliki kuasa di bumi untuk mengampuni dosa.” (Mrk 2:10).

Pada hari ini Tuhan menyapa kita dengan perkataan-perkataan yang sangat menguatkan kita semua. Tuhan Yesus mengecam kota-kota yang tidak bertobat padahal mereka sudah mengalami kasih dan kebaikan Tuhan dalam bentuk mukjizat-mukjizat. Pertama, Tuhan mengecam kota Khorazim dan Betzaida. Khorazim adalah sebuah kota di tepi Danau Galilea, tepatnya di sebelah barat laut danau Galilea. Khorazim merupakan salah satu tempat dimana banyak dilayankan pemberitaan dan mujizat Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mencela dan mengecamnya karena tidak bertobat (Mat 11:21; Luk 10:13). Pada saat ini kota Khorazim di samakan dengan Kerazeh, yang berjarak sekitar4 km sebelah utara Kapernaum. Kita masih bisa melihat puing-puing batu dasar yg hitam dari rumah sembahyang. Dari sana kita bisa melihat danau Galilea dan dataran tinggi Golan dan gunung Hermon.

Kota Betzaida terletak di ujung utara danau Galilea. Tempat ini diangkat menjadi kota oleh Herodes Filipus dan diberi nama Yulia, sesuai dengan nama puteri Kaisar Agustus saat itu. Betzaida adalah tempat asal Filipus, Andreas dan Simon (Yoh 1:44; 12:21). Di kota ini terjadi penyembuhan seorang kusta (Mat 8:22-26). Para penghuni kota itu tidak menaruh iman terhadap Yesus sehingga Ia mengutuknya bersama Khorazim dan Kapernaum (Mat 11:21). Kedua kota ini dikecam karena mereka tidak bertobat. Yesus membandingkan kedua kota ini dengan Tirus dan Sidon yang merupakan daerah di luar komunitas Yahudi. Kota Tirus dan Sidon merupakan kota pantai yang berada di wilayah Fenesia, saat ini termasuk wilayah negara Libanon. Tirus menjadi kota terbesar ketiga di Libanon dan merupakan kota peradaban yang dibangun oleh Alexander Agung dari Yunani dan masuk dalam provinsi Suriah di masa Romawi berkuasa.

Kota Khorazim dan Betsaida mengalami kasih dan kebaikan Tuhan namun mereka menutup diri, tidak mengenal dan mengimani Tuhan Yesus. Seharusnya mereka bertobat ketikan mengalami mukjizat-mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus. Hal ini berbeda dengan orang-orang dari Tirus dan Sidon yang terletak di luar komunitas Yahudi tetapi membuka diri kepada keselamatan yang diberikan Yesus Kristus. Sebagai contoh, selama pelayanan Tuhan Yesus yang ekstensif di Galilea, ada sejumlah orang dari sekitar Tirus dan Sidon datang mendengarkan beritanya dan disembuhkan dari penyakit mereka (Mrk 3:8-10; Luk 6:17-19). Tuhan Yesus secara pribadi mengunjungi daerah di sekitar Tirus, dan pada waktu itu ia menyembuhkan anak seorang wanita Siro-Fenisia yang dirasuk hantu (Mat 15:21-29; Mrk 7:24-31). Orang-orang yang dianggap kafir Tirus dan Sidon lebih menyambut Yesus daripada orang-orang Yahudi.

Tuhan Yesus juga mengutuk Kapernaum. Kapernaum merupakan salah satu kota yang paling sering disebut dalam Injil-injil dan terletak di barat laut pantai Laut Galilea. Di sini terdapat rumah santo Petrus dan menjadi markas pelayanan Yesus di Galilea. Di sini Tuhan Yesus menyembuhkan (Mat. 8:5-13), mengajar (Mrk. 1:21), dan memanggil para murid-murid yang pertama (Mrk. 2:1,14). Tuhan Yesus mengecamnya karena orang-orang di sini tidak mengimani-Nya. Tuhan Yesus mengatakan: “Engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!” (Mat 11:23). Bayangkan tempat yang lebih banyak mengalami kasih dan kebaikan Yesus tetapi nyatanya mereka tidak percaya kepada-Nya. Tuhan Yesus memabndingkan dengan dua kota yang berdosa di zaman Perjanjian Lama yaitu kota Sodom. Sodom adalah sebuah kota dari kelompok yang disebut Pentapolis (Kej 10:19; 14:2-3. Sodom terletak di sebelah barat daya Laut Mati. Tempat merupakan tempat menetapnya Lot (Kej 13:12-13). Karena perbuatannya yang melanggar susila yang terkenal di Perjanjian Lama (Kej 13:13; Ul 32:32; Yer 23:14; Yeh 16:48-50) sehingga dirusak (Kej 18:20-19:29) bersama dengan Gomora (Ul 29:22). Kapernaum yang menutup dirinya sehingga tidak percaya kepada Tuhan akan mengalami kemalangan tidak seperti yang dialami Sodom. Tuhan Yesus berkata: “Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.” (Mat 11: 24).

Dengan menyebut nama-nama kota yang tidak merasa diri bersalah, tidak bertobat tidak mengimani Tuhan seperti Khorazim, Betzaida dan Kapernaum ini kita yang mengakui diri sebagai pengikut Yesus Kristus diingatkan untuk membaharui diri, bertransformasi, bertobat untuk hidup layak di hadirat Tuhan. Kota-kota ini begitu akrab dengan Yesus ternyata hidup penduduknya jauh lebih buruk dari orang-orang Tirus, Sidon dan Sodom. Kota-kota yang isi orang-orang yang dianggap kafir ternyata lebih mudah bertobat dari kota-kota yang mengalami kasih dan kebaikan Tuhan.

Khorazim, Betzaida dan Kapernaum adalah kita. Kita sudah dibaptis tetapi banyak kali hidup kita tidak mencerminkan diri sebagai orang yang dibaptis. Hidup kita jauh dari kehendak Tuhan dan tidak memiliki perasaan berdosa. Banyak orang sudah tidak akrab dengan sakramen tobat dan ini sangat menyedihkan. Kita seharusnya sadar diri bahwa dibaptis saja belum cukup. Kita masih butuh Tuhan untuk membaharui kita hari demi hari. Kita perlu bertobat dan semakin serupa dengan Tuhan. Jangan malu-malu untuk bertobat di hadirat Tuhan karena kita semua orang berdosa.

P. John Laba, SDB