Homili Hari Minggu Prapaskah V/B – 2015

Hari Minggu Prapaskah V/B
Yer. 31:31-34
Mzm. 51:3-4,12-13,14-15
Ibr. 5:7-9
Yoh. 12:20-33

Telah Tiba Saatnya!

Fr. JohnKita memasuki Hari Minggu Prapaskah ke-V. Kita semua diharapkan sudah siap untuk mempermuliakan Tuhan. Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini membantu kita untuk menyadari bahwa saat keselamatan dalam rencana Allah sudah tiba. Tuhan Yesus dalam Injil mengatakan dengan terus terang tentang pengorbananNya untuk menyelamatkan manusia sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Saat ini adalah saat yang tepat di mana Bapa memuliakan PuteraNya. Tuhan Yesus menyebut diriNya sebagai biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati agar dapat menghasilkan buah melimpah. Sebagai Putera Allah, Ia belajar menjadi taat dalam penderitaan untuk menjadi pokok keselamatan kekal bagi semua orang yang taat kepadaNya. Dialah pelaksana Perjanjian Allah yang baru di mana Allah mengampuni kejahatan umatNya dan tidak akan mengingat dosa-dosa umatNya.

Dalam perikop Injil hari ini, penginjil Yohanes menceritakan bahwa ada beberapa orang Yunani mengikuti perayaan paskah Yahudi di Yerusalem. Mereka memiliki hasrat untuk berjumpa dengan Yesus. Hasrat mereka disampaikan kepada Filipus dan Andreas. Mereka pun menyampaikan permohonan ini kepada Yesus. Jawaban Yesus terhadap permohonan ini menarik perhatian kita, yakni: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” (Yoh 12:23). Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada peristiwa Kana, ketika Ia memulai perutusanNya. Pada saat itu Ia mengatakan kepada ibuNya: “SaatKu belum tiba” (Yoh 2:5). Ia juga mengungkapkan hal yang sama kepada saudara-saudaraNya yang ingin menghadiri hari Raya Pondok Daun (Yoh 7:6-8). Para lawanNya juga hendak menangkap Dia tetapi saatnya belum tiba (Yoh 7:30; 8:20). Saatnya Yesus itu sesuai dengan rencana dan kehendak Bapa. Pada saatnya yang tepat Ia akan berkata dengan terus terang: “SaatKu sudah tiba untuk dipermuliakan Bapa.”

Perkataan Yesus bahwa saatNya sudah tiba ini adalah pertama kali dalam Injil Yohanes. Perkataan ini bertepatan dengan paskah orang Yahudi. Di tempat kudus yakni di Yerusalem ini orang-orang dari luar Yerusalem, orang-orang bukan Yahudi, dalam hal ini orang-orang Yunani berhasrat untuk melihat Yesus (Yoh 12:20-21). Hasrat orang-orang Yunani ini sekaligus memperjelas pengajaran Yesus bahwa Ia adalah Gembala Yang Baik. Gembala Yang Baik menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya dan bahwa ada domba yang bukan termasuk kawanan domba Israel yang mendengar suaranya akan menjadi satu kawanan dan satu gembala (Yoh 10:15-16). Kita juga mengingat bahwa imam besar Kayafas pernah mengatakan bahwa lebih baik satu orang mati untuk bangsanya. Terhadap ucapan Kayafas ini, penginjil Yohanes menulis: “Dan bukan untuk bangsa itu saja tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai” (Yoh 11:53).

Beberapa orang Yunani yang hendak berjumpa dengan Tuhan Yesus ini mewakili hasrat seluruh dunia untuk “melihat Yesus” (Yoh 12:22). Melihat bagi Penginjil Yohanes berarti mengasihi Yesus, memiliki Yesus seutuhnya. Itulah sebabnya Yesus dengan terus terang mengatakan bahwa sekarang saatnya sudah tiba di mana Bapa mempermuliakanNya sebagai PuteraNya. Yesus dipermuliakan dengan mengangkatNya dari atas bumi ini dan dengan demikian semua orang akan memandang dan bersatu denganNya (Yoh 12:23). Saat atau waktu yang Yesus maksudkan erat terkait dengan saat kematianNya. KematianNya di atas kayu salib adalah saat Ia “diangkat” secara fisik dari atas tanah setelah dipaku lalu digantung di atas kayu salib. Secara rohani, ketika memandang Yesus tersalib, kita percaya bahwa Tuhan mengasihi kita apa adanya.

Salib adalah bagian dari hidup kita sebagai muridNya. Sebagaimana kematian Yesus menghasilkan buah penebusan yang berlimpah, kita sebagai pengikut-pengikutNya juga hendaknya hidup serupa denganNya. Yesus laksana biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati sehingga menghasilkan banyak buah, demikian hidup kita hendaknya menyerupai biji gandum itu untuk keselamatan dan kebahagiaan banyak orang. Kata yang tepat adalah semangat rela berkorban bagi sesama yang lain.

Setiap kali merayakan Ekaristi bersama, kita membuktikan bahwa Yesus ditinggikan di atas bumi dan dengan kematianNya Ia mempersatukan semua orang dari berbagai suku dan bangsa. Ia juga mempersatukan kita semua dan hendaknya persekutuan ekaristis ini menghasilkan buah yang melimpah. Kini telah tiba saatnya di mana sebagai Gereja kita juga menghasilkan buah-buah yang menyelamatkan banyak orang.

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar bagaimana umat Israel merasakan saat yang tepat di mana Tuhan menunjukkan belas kasihNya kepada mereka. Selama tujuh puluh tahun mereka mengalami perbudakan di Babel dan ada saatnya di mana mereka akan dibebaskan dari penderitaann di Babel. Tuhan berkata: “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka.” (Yer 31:31-32). Tuhan begitu baik dan sabar dengan umatNya sehingga relasi yang terputus mau disambung kembali dengan sebuah perjanjian kasih.

Isi perjanjian kasih antara Tuhan dengan manusia adalah: “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman Tuhan, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” (Yer 31:33-34).

Tuhan melalui nabi Yeremia menunjukkan kerahimanNya. Ia sabar dan tetap mengasihi umatNya. Ia membuat perjanjian baru supaya Israel tetap menjadi umatNya dan Dia tetap menjadi Allah mereka. Ia mengampuni mereka dan tidak mengingat-ingat kesalahan mereka. Manusia berdosa merasakan pengampunan yang berlimpah dari Tuhan. Inilah saat yang tepat dan sudah tiba di mana manusia merasakan kasih dan pengampunan Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan? Penulis surat kepada umat Ibrani mengingatkan kita untuk belajar dari Yesus yang taat dan menjadi pokok keselamatan bagi kita. Ia mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkanNya dari maut dan karena kesalehanNya, Ia telah di dengarkan. Yesus adalah anak Allah yang taat maka kita juga hendaknya menjadi anak-anak yang taat kepada Bapa. Kita bisa menjadi taat kalau kita mampu mendengar suara Tuhan dan tidak bertegar hati. Dengan mentaati kita juga bisa mengasihi Tuhan dengan segenap hati kita.

Hari ini adalah harinya Tuhan. Saat yang tepat untuk memuliakan nama Tuhan. Ia ditinggikan di atas kayu salib. Mari memandang dan menyembahNya sebab dengan salib suciNya Ia telah menebus dosa-dosa kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply